"Gini..." Rakha memulainya. Yang lain mulai berekspresi serius.
"Kalian ngerasa aneh sama hotel ini gak?" Pertanyaan itu yang pertama kali keluar dari mulut Rakha.
"Anehnya?" Tanya Robby.
"Yaa gue ngelihat kejadian yang kita alami disini aja tuh sudah bikin gue beranggapan kalau hotel ini tuh pasti ada apa-apanya," Jelas Rakha.
"Contohnya?" Tanya Robby lagi.
"Awal Kita datang kesini. Gak kayak hotel ini mah, Terus Nenek itu, Lagi ada kucing yang selalu dilihat sama Vira,"
"Iya juga, Jadi harus gimana dong? Kita masih punya waktu 3 hari lagi di hotel ini,"
"Yaa nikmatin dulu lah, Gausah dianggap terlalu aneh kenapa sih. Setiap bangunan penunggunya ada kok. Sudah biasa lagi," Ujar Khasyim sebagai penutup pembicaraan mereka.
•=•
Suara petikan dawai gitar menemani dikesunyian gelap malam dalam ruangan kamar Fiona. Selain itu, Dia juga menyanyikan beberapa nada lagu.
/Sllashh/ Gorden kamarnya tertiup angin sehingga terbuka sedikit. Dia meletakkan gitarnya lalu menutup gorden itu dan mengunci Jendelanya. "Sepertinya akan turun hujan,"
•=•
"Heum jadi penasaran siapa Nek Yanti itu," Vira tenggelam dalam lamunan akan sosok itu lagi.
"Kenapa gue terus memikirkannya?"
"Apa ada yang salah dengan gue ya?"
"Ah tidak, kenapa jadi gue yang salah?"
"Tapi, Nenek Yanti itu sebenarnya siapa sih?"
"Yang dibilang Ariska waktu itu benar tidak ya...Apa tanyakan langsung saja ya?"
Ada banyak pertanyaan yang dia lontarkan. Sampai pada akhirnya dia tak sadar dan sudah tertidur. Hingga pada pagi hari ia membuka matanya dan melihat sudah ada roti dan teh di atas meja sebelah tempat tidurnya.
"Siapa yang membawakan ini?" Tanyanya sambil membersihkan matanya dari kotoran sehabis bangun tidur.
"Semalam dingin sekali ya," Kata Robby sembari menyantap sarapannya.
Mereka kecuali Vira sudah berkumpul di ruang makan. "Hujan semalam cukup deras," Tambah Fiona.
"Iya betul tuh. Sudah pakai AC tambah dingin deh,"
"Vira mana ya?" Tanya Rakha.
Fiona yang sedang mengolesi rotinya dengan selai itu menjawab, "Dia memang sering bangun agak siang,"
"Ah itu dia baru datang!" Robby antusias melihat Vira yang sudah rapi dan tampak cantik meski hanya berpakaian sederhana mendekat ke meja mereka. Lalu Vira bergabung bersama mereka.
"Ehh mana sarapan lo? Lo tidak sarapan ya? Sedang diet?" Tanya Fiona.
"Tidak kok. Hanya saja tadi saat gue bangun sudah ada sarapan di kamar jadi sudah makan duluan,"
"Owh begitu,"
"Gue tidak tahu siapa yang memberikannya tapi darimana dia tahu gue suka selai Blueberry? Misterius sekali," Lanjut Vira.
"Hotel ini semakin aneh karena cerita lo itu," Kata Rakha.
"Jangan - jangan yang memberikan itu hantu penunggu hotel ini!" Kata Robby keras.
"Heh! Gue bukan hantu ya!" Tiba-tiba Khasyim membantah.
"Ehh.. Jadi itu," Vira yang ingin bicara terpotong oleh Khasyim yang berkata, "Ya emang gue bukan hantu kan gue manusia,"
Dia tertawa. "Kenapa? Apa kalian mengira gue yang ngasih roti itu? Ahhahah lucu sekali,"
"Ya maafin ya, emang kadang suka gak benar juga orangnya," Ucap Saudara kembarnya itu. Suasanya jadi agak canggung karena tawa Khasyim yang semakin menjadi. Tidak ada yang perlu ditertawakan tapi dia malah ketawa lepas begitu.
•=•
Hai Vira ku yang manis, bagaimana kabarmu? Apa kau makan banyak disana? Ibu dan Ayah akan menyusul kesana. Kemungkinan akan sampai besok karena kamu membaca ini saat kami sudah mau lepas landas.
Itulah isi pesan yang dikirimkan oleh Silvi pada Vira.
"Huwaa mereka juga akan datang rupanya! Senangnya!!" Jika digambarkan ekspresi Vira itu seperti senyumnya lebar dengan matanya yang akan tertutup jika dia senyum. Dia.Sangat.Senang, Tak lupa ia mengirimkan pesan balasan.
Berikutnya, Ada pesan lainnya yang masuk.
Kak Vira kau tahu? Aku akan menyusulmu kesana bersama tante juga dan yang lainnya kesana! Tunggu aku juga ya!
Vira mengecilkan senyumnya dan berkata, "Haaa kenapa anak itu harus ikut jugaa!!" Cemberut dia sekarang.
•=•
Sehari sebelum mereka berangkat ke Bali. Putri merasa gelisah saat tidur. Dia terus menggerakkan anggota tubuhnya tidak jelas arahnya. Bahkan dia juga berkeringat dan sesekali bersuara seperti sedang mengigau. Putra yang juga mengerti itu membangunkannya. Ia juga meminta Kelly membawakan air untuk membantu agar Putri cepat bangun.
*uhuk uhuk
"Syukurlah," Kelly menarik napas lega setelah Putri bangun. "Kau mimpi buruk?"
Putri memeluk ayahnya gemetar, "Ayah cepat bawa Aku ke Kak Vira, Cepat Ayah, Ku mohon..."
Yang lain kebingungan apa yang terjadi sebenarnya. Sementara Putri terus meminta hal yang sama.
"Hubungi Kak Silvi," Perintah Putra. Kelly mengambil ponselnya.
"Hallo,"
•=•
Silvi merasakan sesuatu yang tidak enak. Perasaannya aneh. Dia tidak bisa menceritakannya pada Wira karenanya sudah tertidur pulas. Tidak sopan rasanya ketika harus membangunnya. Sampai pada akhirnya ponselnya berdering...
"Hallo,"
Itu Kelly. Dia menjelaskan semuanya dari telepon. Silvi tahu, dia bisa merasakannya juga. Karena itu perasaannya tidak bagus.
"Kalau begitu aku akan pesan tiket," Kata Silvi kemudian menutup teleponnya.
Keesokan harinya di pagi hari. Wira yang baru tahu akan itu agak bingung, Tapi karena tiketnya sudah dipesan maka dia ikut dan membatalkan pertemuan kantornya untuk hari ini.
Next Part?
Tunggu saja ya ^^Oiya btw Hallo!! Sudah lama aku gak update :( kebetulan hari ini aku punya banyak waktu untuk menulis jadi aku update :D
Terima Kasih sudah membaca! <3
![](https://img.wattpad.com/cover/149041738-288-k846278.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
6 : The Number Of Death
HorrorSequel Lorong Lantai Tiga . . Silvi yang sudah bertahun - tahun memiliki kemampuan Indera ke - 6 memutuskan untuk menutupnya dan akhirnya ia menikah dengan Wira. Dari hasil pernikahannya mereka dikaruniai satu anak perempuan yang diberi nama Vira. ...