PART 5

87 23 7
                                    

Sambil temanin oleh EVERYNIGHT sis 👌

Hah.
Pimpinan? Berbeda?
Dia itu seorang pimpinan. Tapi, gayanya? Tidak seperti layaknya atasan yang menggunakan kemeja rapi dan jas. Yah memang benar kalau perusahaan ini tidak menekankan untuk berpakaian formal. Tetap saja dia itu atasan.

Nada bicaranya terkesan sangat menekan, mengcekam dan bossy. Itu bukan kegugupan tapi lebih bercanda. Sekedar basa-basi yang payah.

Sangat salah untuk aku menilai pria seperti itu sangat cocok untukku. Hanya Wan yang cocok. Wan terkesan minimalis, rapi, kasual, dan terlebih lagi Wan menggunakan jam tangan. Penting bagi seorang laki-laki untuk tau akan waktu dengan menggunakan jam tangan. Toh jam tangan juga tidak merusak dalam gaya berbusana.

Aku masih tidak habis pikir untuk dapat menghadapi orang seperti itu.

Kutelepon tim yang bekerja sama dengan aku untuk rapat bareng menyelesaikan apa yang harus kita selesaikan dengan penebit Adas.

Setelah rapat tersebut selesai. Kutelepon Wan.
Aneh. Tidak diangkat.
Tumben.
Wan tidak pernah mematikan handphonenya kecuali saat dalam penerbangan? Ah! Mungkin saja handphonenya habis baterai tidak mungkin untuk handphone zaman sekarang dapat bertahan lebih dari 24 jam apabila tidak ada koneksi internet.

........
Dia. Wanita yang telah kusukai sejak SMA dulu. Seorang anak perempuan lugu yang sekarang telah berubah menjadi seorang wanita yang sempurna.

Terkesan sangat pas untuk dia menggunakan balutan sweater pendek, celana training, topi hitam dengan detail rantai disamping kirinya serta tak ketinggalan sneakers putihnya yang sering dipakainya saat dulu remaja.

Dia sudah berubah. Menjadi wanita yang matang dan siap untuk kenal dengan aku ditahap selanjutnya.

Tpai, ada satu yang menganjalku. Dia bekerja di Daeganto? Ah sial! Itu sedang dipegang oleh Virnando sekarang. Ah bisa-bisa aku akan dimangsa lagi oleh Vir.

Tidak, untuk kali ini tidka aku lepaskan. Meski dia lebih ampan dari aku namun aku juga membangun bisnis ini dari remaja. Sama seperti dia.

Daeganto bukan milik Vir. Vir. Bukannya kau sudah punya perusahan game-mu sendiri? Kenapa masih kau ambil Daeganto itu?
Sial!

.......
Sore ini badanku sudah sangat lelah karena bekerja seharian, baru kali ini aku merasakan lelah yang lebih daripada belajar. Maklumla ini perkerjaan pertamaku wajar saja bila aku merasakan yang capek teramat sangat.

Kuingat cupcake-ku pada bakery Fernando. Setelah bersiap-siap dan mandi kukenakan pakaian jumper hitam dan celana pendek untuk melengkapi penampilanku kali ini.

Kling.
Bunyi bel pintu masuk saat seseorang memasuki pintu tersebut.

"Hai, gimana? Kamu benerin nyimpen cupcakenya buat aku?" Tanyaku pada Fernando.

"Tentu saja. Ini aku simpan 2 cupcake tiramisu untukmu. Mau makan disini? Aku temanin gratis ice caffe lattee" tawarnya dengan senyum.

"Boleh juga, beneran gratis ice caffe lattee? Asik. Makasih ya, udah nyimpen cupcake buatku sekarang dapat gratis juga minuman." Kekehku dengan sangat tersipu.

Sambil menikmati cupcake tiramisu dan ice caffe lattee ku. Aku merasakan kalau mereka berdua memang sangat identik tapi berbeda jauh dalam tindakannya. Wajar saja Fernando terlihat rapi dan sopan tidak seperti Vir yang terlihat arogan dan arukan.

Kuangkat wajahku. Dan saat aku melihat keluar jendela sedikit kumemicingkan mataku untuk melohat jelas siapa sosok diluar jendela tersebut sambil menatap marah kearahku.

"Kenapa? Siapa memangnya?" Tanya Fernando sambil mengikuti arah mataku


Singkat dulu ya untuk part ini.
Nanti diupdate lagi kok tenang saja👌👌

TO: THOMASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang