Pagi ini aku harus menyelesaikan makalahku kali ini. Yang benar saja ini sudah 4x aku terlambat buat menyelesaikan makalah murahan ini! Aku ini anak bagian seni, apa hubungannya coba seni dengan masak-memasak?! Hugh!
"Hei. Lelaki yang dibawah pohon! Kau jurusan tata boga dan pastries bukan? Boleh aku minta bantuanmu?" Sambil setengah berlari dan berteriak mata gelap Susan ke arah lelaki tersebut.
"Ya! Ada yang bisa kubantu?"
"Aku mahasiswi fakultas seni, jurusan seni modern. Kebetulan aku mendapatkan bagian wawancara dengan fakultas tata boga dan pastries? Bisa kau membantuku?"
"Tentu saja. Aku bersedia. Oh ya sebelumnya kenalkan namaku Fernando. Kau bisa sebut Nando atau Fer, sesukamu saja," sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Damn! Sorot mata lelaki ini sangat mengintimidasi-ku. Fakultas seni tentu saja tidak memiliki mahasiswa lelaki dengan tatapan hangat begini. Sahutku dalam hati.
"Oh iya. Aku Susan. Jadi? Mau wawancara dimana? Sudah mau hujan, atau besok saja, diper... pustakaan kedokteran? Karena disana sepi heheeh," kekehku dengan rada canggung.
"Ini," sambil menyodorkan kartu namanya "disini saja. Kami buka jam 8 pagi - 7 malam silahkan berkunjung. Aku siap untuk wawancaramu."
Apa dia entrepreneur? Hebat sekali!
"Makasih, besok aku datang kesini. Terima kasih ya sekali lagi!" Sambil melambaikan tanganku, menutup sedikit bibirku dengan kamus etika profesi, dan mengedipkan mata kiriku.
...............
Sudah 5 jam aku menunggu disini sejak pukul 10 pagi, tapi sosok yang kutunggu tak kunjung menampakkan dirinya juga.
"Miss, biasanya jam berapa pimpinan anda datang?" Tanyaku kepada sekretaris tersebut.
"Maaf Miss, biasanya Pak Virnando telah tiba pukul 9. Sudah 3 hari ini belum ada telepon masuk ataupun kabar yang lebih jelas Miss." Sapanya dengan sopan "kalau memang tidak keberatan, silahkan tinggalkan pesan saja Miss, atau perlu saja buat appointment untuk esok?" Lanjutnnya dengan lengkungan dibibir.
"Buatkan appointment saja untuk esok jam 10 pagi, atas nama Irene. Saya perlu bicara dengan Pak Virnando. Terima kasih. Kalau begitu saja pamit, masih ada janji temu dengan kolega lain." Tuturku dengan sedikit kesal dan tergesa.
"Maaf telah menunggu Miss," sambil membungkukkan badannya sang sekretaris tersebut mencatat apa yang kupesankan.
Harapku untuk esok, semoga aku melihat sosok yang telah 5 tahun tak kutemui itu. Saat itu kita masih 21 tahun, kita masih terlalu belia untuk paham. Tapi 5 tahun sudah berlalu, kita telah 26 tahun. Cukup matang untuk memahami bukan?
...........
Aroma kopi pekat dan bau obat telah bercampur dihidungku untuk saat ini. Kepalaku terasa nyeri, tanganku terasa kaku, dan sekujur tubuhku rasanya lemah. Kubuka perlahan mataku, hal pertama yang kulihat ada 2 lelaki yang menemaniku saat ini.
Yang satu duduk sambil memejamkan mata disofa dan yang satu lagi menunduk sambil mengenggam jemariku.
Kepala yang tertunduk itu telah bangun dan melihat kearahku.
"Fin, kamu udah sadar? Apa yang kamu rasain? Sakit? Kaku?" Tanyanya dengan khawatir. Aku merasakan tangannya yang cukup bergetar saat mengenggam jemariku.
"... a... ku... han.. ya merasa sed... ikit ka.. ku," ternyata bibirku masih sangat sakit dan tidak ada tenaga untuk membuka suara.
"Kamu udah 3 hari terbaring disini. Kata dokter gejala awal ini normal, jangan paksaiin diri kamu buat keras dulu ya." Sorot mata Wan terlihat sangat khawatir terhadapku. "Aku minta maaf, udah bentak dan ngebuat kondisi kamu secara nggak lansung begini. I am so sorry Fin," air matanya tidak jatuh, tapi terlihat berkaca disudut matanya.
"I... am... okay Wan. Jan.. gan salah... in dirimu lagi."
"Boss kamu memilih disini dari sejak kejadian itu, aku udah nyuruh dia buat pergi. But... he made you like this, I hate him. Kamu secepatnya harus keluar dari kantor itu, atau mungkin kamu mau balik lagi ke modelling? I can help you, sugar. Aku gamau kamu begini."
Sambil menggerakkan sedikit tubuhku untuk terbangun pada posisi duduk bersandar, "Wan.... , I am okay. Meskipun this is not my dream job, aku nggak bisa seenaknya keluar dari posisi... ini hanya karena hubungan kita ini. We have to professional, right? Remember our #8rules?... "
"Always love each other professions," sahut kami serempak.
Sedikit senyum Wan mengembang dari bibirnya. Kita tak ada kekecewaan lagi pada dirinya akan diriku. Aku harap.
.........
'Sudah 2 hari ini dia belum juga menyadarkan dirinya dari pejaman mata tersebut dan aku masih menunggunya untuk kembali melihat senyumnya.'
'Ini hari ketiga dan aku harap dia telah membuka matanya Tapi satu yang aku ketahui saat dia membuka mata tersebut pastilah lelaki yang ada di sampingnya yang mampu mengembalikan senyumnya.'
Saat aku melihat dengan mataku senyum itu memang telah dimiliki oleh Wan. Wan memang telah memberikan dunianya kepada dia Fiona.
Aku masih berpura-pura untuk memejamkan mataku, tapi aku mendengar apa yang mereka ucapkan.
Mungkin aku memang tidak pantas untuk menemaninya tapi aku harus tetap berusaha untuk menemani Fiona semampuku, karena aku menyukai dia.
"Tenang saja Ms. Hertsey, kamu bisa kapanpun untuk melepas posisu apabila memang kau keberatan dan ragu akan jabatan itu, aku tau aku salah 3 hari yang lalu. Pacarmu sangat berdedikasi menemanimu," kekehku dengan sedikit candaan.
"Tidak apa-apa sir. Wan juga sedikit berlebihan kepadamu, dan itu semua wajar. Ini pertama kalinya bagiku. Tidak semudah itu untukku dapat melepaskan posisi ini sir, aku harap kau tetap mempekerjakan ku." Senyumnya sangat manis kepadaku, ah tapi aku tahu lelaki disampingnya tak tertandingi.
"Saya permisi dulu. Sepertinya kalian butuh waktu berdua. Heheh, silahkan masuk kantor lagi Miss apabila kau merasa sembuh 100%, penerbit Adas juga bisa memaklumi kondisimu. Saya pamit juga Wan." Haya ada senyum tanpa arti dari bibir mereka berdua. Yang kusadari satu untuk hari ini 'Orang-orang Asia sangat setia.'
Sesampainya di Pent House-ku. Sangat kosong dan sepi, tidak ada pembantu, butlers, ataupun hewan peliharaan hanya ada dingin yang menggelitik. Dan lansung aku merebahkan diriku dikasur.
Esok paginya, aku membersihkan diriku dan menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Sesampainya di kantor Laura sekretarisku lansung memasuki ruanganku dengan riuh dan cemas dalam dirinya.
"Good morning sir. Anda dari mana saja 3 hari ini tanpa kabar? Untung saja Mr. Daeganto tidak berkunjung. Tidak banyak pekerjaan untuk saat ini sir, tapi ada memiliki satu appointment dengan Irene jam 10 pagi untuk hari ini, dia wanita kemarin datang berkunjung, memiliki rambut gelap, tinggi sekitar 160 cm, tidak meninggalkan kartu nama atau nomor telepon selebihnya tidak ada lagi. Ada yang ingin ditanya sir?"
Wait. What?! Irene! Nama itu sudah lama tak kudengar, apa benar dia si perempuan dulu itu? Tapi Amond dan Dom tidak memberikan kabar apapun. Sial! Aku teringat oleh sampah itu!
"Aku tidak kenal, jangan buat sembarang janji." Sahutku dengan sedikit dingin.
"Maaf sir, tapi anda sudah 3 hari tidak datang dan nomor anda tidak aktif-aktif saya kira ini penting. Wanita itu sudah menungu 5 jam sejak kemarin pagi hingga siang."
"Yasudah, kalau nanti dia datang suruh lansung ke lobby kantor utama saja, jangan keruanganku." Dengan kesan sedikit memaksa.
"Baik sir, akan saya sampaikan."
Sekeluarnya Laura, lansung kuambil handphone-ku, mengaktifkannya, tak kuduga ratusan pesan dari Amond, Dom dan Jake yang menyatakan bahwa benar, wanita itu kembali. Tepat saat 5 tahun.
Jangan lupa VOTE and KOMEN ya para pembaca❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Sudah tembus 300 mata. Terima kasih banyak❤️
Maafkan typo, terima kasih bila koreksi 👍
KAMU SEDANG MEMBACA
TO: THOMAS
RomanceTo: Thomas Seorang aktor bertemu dengan seorang calon sarjana arkeologi.