※ Delapan Bulan ※

4.3K 321 72
                                    

Part ini membosankan sumpah... ih greget idenya tiba-tiba hilang buat part ini, gak tau dah apaan yang di tulis, penting delapan bulan ini keisilah. Otaku udah berasap mikir buat part lapan, jadi nikmati ae lah apa yang ada jangan mau macem-macem, lagi PSBB ini aing-nya gak bisa kmana-mana buat cari inspirasi, jadi ngunduh apa aja yang ada di otak ok... oh iya berhubung sekarang bulan puasa, aye mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, tetap jaga diri dan kesehatan ditengah pandemik ini. Jangan lupa cuci tangan!! Ah kan ngebacotnya jadi kepanjangan, dah lah aing kabur dulu. Sebelum itu nih aku kasih 💋❤ buat klean yang setia nunggu 😚

"Burung KAKAK tua~
Singgah di jendela~
Kakak memang TUA~
Burungnya tidak muda~

Tekdung~ tekdung~ oh susah~
Tekdung~ tekdung~ ulala~

Burungnya sudah tua~"

Naruto menggoyangkan bokong semok didepan Itachi yang memandanginya kesal. Ia mengibaskan kemonceng seperti seseorang yang sedang membersihkan debu, kemana pun Itachi melangkah dia ada dibelakang.

"Akukan sudah minta maaf Naru-chan. Kamu tau, kata orang jaman dulu pamali sedang hamil menjelekan seseorang, nanti anaknya mirip. Kamu mau?" Itachi berbicara selembut mungkin, meski kesalnya sudah sampai ubun-ubun, Itachi masih sadar siapa backing Naruto di Uchiha.

"Lah bodo amat~ bodo amat lah~
Lah bodo amat~ bodo amat lah~
Lah bodo amat~ amatlah bodo~~

Ini anak~ bang Sasuke~
Jangan mimpi~ mirip bang tachi~"

Dilema anak pertama. Lahir duluan, nikahannya belakangan. Kalau tidak dinistai, pasti dipojokkan. Mungkin ini akan menjadi catatan mental permanen untuk Itachi, dia akan mengingatnya.

JANGAN LAGI MEMBUAT NARUTO MARAH

yah. Akan Itachi ingat, akan dihafal tiga kali sehari kalau perlu.

Apa kalian penasaran, sebenarnya apa yang terjadi hingga nyonya muda ini terus menerus menyanyikan lagu hit untuk itachi? Mari mundurkan beberapa jam sebelumnya. Tepat dimana pada ruang tamu yang hening dan damai.

Pagi ini, Mikoto sedang sibuk merebus jamu-jamuan untuk Naruto. Malam tadi Sasuke mengantarkan mantu kesayangan untuk menginap. Dia akan pergi ke suna dua hari, meninjau pembangunan proyek disana menggantikan Fugaku yang masih di Korea. Karena Sasuke tidak tenang meninggalkan istri sendirian dirumah, maka si pirang dititipkan pada ibunya.

Seperti biasa, Naruto keluar dari kamar belakangan. Paling terakhir kalau sarapan. Ia menghampiri Itachi yang sedang membolak-balik kertas putih diruang tamu, menunggu supirnya menjemput.

"Ohayou Naruto" Itachi tersenyum manis
"Ohayou Aniki, belum berangkat?" Naruto duduk manja, menyandarkan kepalanya pada pundak si abang

"Lima menit lagi jemputannya datang" timpal Itachi, tak memandang lawan bicara. Dia masih sibuk memisahkan berkas untuk meeting pagi ini.

"Tadi pagi-pagi sekali siapa yang datang?" Naruto teringat bel rusuh pagi buta tadi, yang membangunkan ia hingga tak bisa terpejam lagi.

"Oh, itu Conan sekertaris ku. Dia mengantarkan berkas untuk meeting pagi ini. Ibunya sakit dan harus segera dibawa kerumah sakit, makanya dia kemari pagi-pagi untuk minta ijin sampai siang nanti" Itachi menjelaskan. Si pirang disampingnya hanya membulatkan mulut manggut-manggut

"Naru-chan, sarapan dulu nak. Nanti ngobrolnya dilanjut lagi" Mikoto berteriak dari arah dapur

"Sarapan dulu sana, Aniki juga sudah mau berangkat" Itachi menggerak-gerakan bahu yang disandari Naruto. Menjadikan sipirang mencebik seketika.

"Ish... bantu bangun" rengeknya menjulurkan tangan kedepan. Perut Naruto sudah buncit, susah untuk bergerak bebas.

Karena Itachi abang yang pengertian, tidak hanya membantunya bangun Itachi pun memapah tubuh Naruto sampai duduk di kursi makan. Ia mencium rambut Naruto yang selalu wangi jeruk, dan kemudian berpindah ke pipi ibunya sebelum berangkat.

Story of TemeDobe : M.B.A (Married By Accident)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang