Hai kalian 😊 pa kabar? Makasih banyak yang dah mau nunggu lanjutan ini cerita 🙇. Sebenernya part ini yang paling menggalau, udah hapus ketik entah berapa kali, kek gak dapet aja gitu alurnya. Akhirnya karena udah mentok gak ada ide lain ya udahlah publish aja, dari pada nunggu lebih lama nanti anaknya si dobe karatan. 😂😂😂 monggo selamat membaca 😘
---
"Aduhh! Sasuke sakiiitt, ini anak kamu mau keluar" teriakan Naruto menggema di koridor rumah sakit yang lagi ramai. Tangan lentiknya mengacak rambut sang suami tiap kali kontraksi itu datang. Sasuke sudah pening, dari sepanjang jalan ke rumah sakit jemari si kepala duren ini tidak mau meninggalkan rambut bokong ayam hingga buatnya menjadi layu. Iya, rambut kebanggaan Sasuke sekarang roboh setengah.
Sasuke masih membungkuk di samping ranjang yang sedang di dorong menuju ruang operasi. Jujur saja punggungnya sudah sakit, tapi mau bagaimana tangan Naruto tidak bisa lepas. "Aaaa Nar, Nar, sakiit lepas dulu sebentar" bujuk Sasuke. Naruto yang mendengar suara suaminya menoleh dengan tatapan tajam. "Temeee! Lebih sakit mana, rambutmu apa perutku" Naruto kesal.
"Kau dasar laki-laki brengsek, tidak mau ikut merasakan sakitku. Padahal ini juga gara-gara burung sialanmu yang bertelur sembarangan dalam perutku brengsek!" Naruto tidak malu berkata vulgar, masa bodo rasa sakitnya lebih bisa menutupi malu.
Orang-orang yang mereka lewati sepanjang jalan berhenti beraktifitas, melihat arak-arakan heboh si cucu yang punya bangunan ini. Seperti yang sudah-sudah, bukan keluarga terpandang ini yang merasa malu. Para tenaga medislah yang harus lebih menebalkan muka jika mereka diharuskan arak-arakan bersama yang mulia baginda Naruto. "Iya, iya, salah burungku, salah burungku" Sasuke menjawab berulang kali saat kedua tangan tan bekerja lebih keras. Menggelengkannya kekanan-kiri dengan brutal, membuat Sasuke rasa ingin muntah di tempat.
"A-anu, Naruto-kun, tolong lepaskan kepala suami anda. Kita sudah sampai ruangan bedah" seorang Dokter pendamping menginteruksi. Naruto yang tadi masih fokus dengan rasa sakit dan kepala Sasuke, terdiam menegang. Dan mulailah air mata menganak dari manik sejernih samudera. "Sas, perutku mau di belah Sas. Bagaimana ini, aku takut. Kita gantian ya, kamu saja yang jadi pasien" rengek Naruto dengan memegang erat lengan berbalut seragam sekolah.
Memandang istri yang ketakutan, Sasuke jadi tak tega. Meski Naruto itu garang, tapi pria pirang satu ini kesayangannya ia ingin membantu mengatasi rasa takut Naruto meski sedikit. "Sensei, apa saya boleh menemani istri saya menjalani persalinan di dalam?" Sasuke meminta ijin. Walau tidak mungkin menggantikan posisi Naruto, paling tidak ia bisa menggenggam tangan si pirang untuk memberikan kekuatan.
Dokter itu berfikir beliau sedikit tak yakin untuk memperbolehkan Sasuke masuk, bukan karena tidak diizinkan hanya saja Shizune bilang suami Naruto ini masihlah terlalu muda, takutnya ia pingsan lebih dulu sebelum bayinya di angkat keluar.
"Tapi anda harus meminta ijin terlebih dahulu pada Dokter shizune, karena saya disini hanya sebagai dokter pendamping" ia memilih jawaban aman. "Ada apa ini, kenapa kalian masih belum masuk" Shizune datang dengan seorang perawat. "Ah Kebetulan dokter sudah datang, ini tuan Sasuke meminta ijin menemani istrinya melahirkan" dokter wanita tadi menjelaskan.
"Begitu. Tapi apa kau yakin Sasuke-kun? Naruto akan menjalani Caesar dan mungkin akan di bius total untuk menghindari hal yang tidak di inginkan. Jadi tidak apa-apa meski tak di temani" jelas Shizune. "Hm, saya hanya ingin menemani untuk memberinya kekuatan" Sasuke mengangguk dengan yakin, membuat para perawat disana tersentuh. Dan Shizune tak punya pilihan selain memperbolehkan calon ayah ini masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of TemeDobe : M.B.A (Married By Accident)
AléatoireKisah satu malam yang berbuntut panjang