YSIMH | Berubah (part 2)

8 1 0
                                    

Di dalam kelas 10 IPA 2 ramai siswa yang menghuni kelas tersebut. Ruangan tersebut sudah hampir penuh. Satu persatu siswa terlihat bermunculan dari balik pintu.

"Lo kemana aja sih?!" Fany berdiri dan sempat menggebrak meja dengan kedua tangannya saat melihat Deana yang baru memasuki kelas 5 menit sebelum bel berbunyi.

Karena hal itu, seluruh penghuni kelas menatap Fany juga Deana secara bergantian. Mereka penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Namun itu hanya terjadi sebentar lalu mereka disibukkan dengan kegiatannya masing-masing.

Deana mengerjapkan mata. "Gue habis sarapan," ucap gadis itu datar. Gadis itu terlihat meletakkan tas miliknya di samping tas milik Fany. Itu dilakukannya karena mereka teman satu bangku.

Gadis itu mendudukkan tubuhnya di kursi miliknya, "Emang kenapa sih?" Deana balik bertanya.

"Kenapa?"

Deana mengangguk.

"Lo itu kemana aja sih dari tadi? Tumben-tumbennya lo masuk kelas se-siang ini. Nggak biasanya." Fany mengungkapkan kekesalan.

"Lho, gue itu sarapan di kantin. Laper. Lo kenapa sih?!" Deana mulai curiga.

"Harusnya gue yang nanya lo kenapa?. Bukan lo."

"Lo tuh bisa nggak sih nggak sambil marah-marah gini?"

"Nggak" Fany ketus. "Gue itu nggak suka ya lo jadi kayak gini."

"Nggak suka gimana maksudnya?"

"Lo tuh berubah." ungkap Fany. "Lo bukan lagi Deana Parvita Adrian yang gue kenal selama lebih dari 5 tahun. Lo beda." keluh gadis pemilik manik coklat terang itu dengan berkaca-kaca.

"Fan" Deana mendekatkan telapak tangannya pada pundak Fany. Namun Fany menepisnya.

"Gue nggak ngerti sama apa yang sebenarnya terjadi sama lo, Dey." menarik napasnya buru-buru. "Gue nggak mau bawa orang lain soal masalah ini. Tapi ini semua salah Wira."

Bola mata Deana membulat sempurna. "Kok lo jadi bawa-bawa dia?" tatapan marah Deana berikan khusus untuk Fany.

.
.
Di tempat lain. Seseorang sedang duduk di bangku miliknya dan mengeluarkan buku pelajaran Bahasa Indonesia yang akan dipelajari di awal hari ini. Tetapi tiba-tiba saja semua itu muncul. Cowok itu menatap kosong papan tulis yang berada lurus di hadapannya. Ia memutar kedua bola matanya seperti ada sesuatu.

"Ini kenapa lagi ya? Apa ada masalah?" ia bertanya pada dirinya sendiri. "Tapi apa, dan siapa?"

Seorang cowok unik. Itulah Gibran Prawira Pratama yang kerap disapa Wira. Sederhana dan pengertian sangat lekat pada kepribadiannya. Satu hal unik yang juga sangat mengesankan darinya yaitu ia bisa mengetahui dan merasakan jika ada yang sedang memikirkan atau membicarakannya. Asalkan namanya disebut oleh mereka. Mereka adalah siapa saja, baik yang suka atau pun tidak suka padanya.

"Atau... Deana" pikirnya. "Semoga dia nggak pa-pa"

.
.
"Kenapa emang? Nggak suka?" bentak Fany.

"Iya. Gue nggak suka." Deana lebih galak.

Seluruh siswa di dalam ruangan itu terkejut. Mereka melemparkan tatapan masing-masing kepada Deana, lagi. Mereka sudah dibuat penasaran oleh Deana.

Mendengar itu, Fany menjadi kesulitan bernapas. "Dey, gue mohon sekali ini aja lo coba buat ngertiin gue. Jujur gue nggak mau ribut sama lo kayak gini." ucap Fany sambil menyentuh dadanya yang mulai terasa sesak.

"Ngertiin apa Fan? Nggak ada yang perlu dimengerti." tegas Deana. "Dan kalau pun memang ada, itu harusnya lo yang belajar buat mengerti." lanjutnya seraya mengarahkan telunjuknya pada Fany yang terlihat lemas.

Melihat semua kejadian ini, Reza tidak bisa tinggal diam. Dia tidak secuek itu sehingga tak ada niatan untuk pura-pura tidak perduli dengan keadaan sekitar.

"Cukup!" Reza bangkit dan menggebrak mejanya secara bersamaan.

Cowok pemilik mata sipit itu berjalan menghampiri keduanya. Berhenti tepat diantara keduanya. Reza menghadap ke arah Deana dan menyingkirkan telunjuk gadis itu. Memaksanya untuk turun.

Kini ia sudah berbalik menghadap Fany. Ia melihat betapa tersiksanya gadis itu untuk mengatur napasnya. Sangat terlihat dari wajahnya yang berubah pucat pasi. Reza merangkul punggung gadis di hadapannya yang sebentar lagi akan terkulai. Ia mengangkat tubuh Fany dengan kedua tangannya yang kuat itu dan berbalik. Menatap Deana.

"Bener kata Fany. Lo berubah, Dey." Reza melalui Deana yang tetap berdiri disana dan sempat bersenggolan bahu dengannya. Cowok itu hendak membawa Fany ke UKS untuk dirawat disana.

Sekarang tidak ada lagi yang menyalahkannya. Deana lega. Namun sesaat setelah Reza melaluinya seperti tadi Deana mematung. Dan mulai berkaca-kaca. Sampai akhirnya ia menangis.

***

Jujur aku sendiri nggak ngerti kenapa jadi seperti ini:"
Aku sedih karena tokohnya kaya nyata. Awalnya mau begitu, ehh sekarang malah jadi begini. Aku bingung.
Kenapa hidup serumit ini? Kalo nggak begini bukan hidup namanya.

Semua butuh proses, guys.
Harus sakit dulu😊

Sekian dan terimakasih

Salam manis dari si manis

Jessica

You're Still in My Heart [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang