"Tentang apa?"
Fany menatap sahabatnya itu lekat-lekat. Tatapannya jatuh tepat di kedua bola mata coklat bercahaya itu.
"Tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamu." Fany menjawab pertanyaan Deana dengan nyanyian. Membuat gadis itu memutar bola matanya, lagi.
"Serius." Kali ini dia mulai gemas dengan apa yang dilakukan Fany kepadanya. Terlihat dari tingkahnya yang menunjukkan tangannya sudah mulai gatal untuk menggaruk wajah cewe dihadapannya ini.
Fany terkekeh pelan saat melihat tingkah pacarnya itu. Apa!! Pacar?? Iya pacar. Mereka kan kemana-kemana selalu berdua. Udah lengket kaya tokek.
"Jadi," Fany menggantungkan kalimatnya di awal. "Reza itu... suka deketin lo kan?" Ia terus menjeda kalimatnya. "Nah si Tania itu nggak suka sama kalian berdua. Maka dari itu,"
"Bisa to the point nggak?" Melirik Fany sinis.
Fany menatap Deana masih dengan mulut yang terbuka. Ia terkekeh senang. "Jadi, Reza itu suka sama lo. Daaan... itu alasan Tania sebarin foto lo sama Reza. Tujuannya itu biar lo jauh dari Reza dan dia bisa deketin Reza deh" Fany memamerkan deretan gigi miliknya yang tertata rapi di akhir kalimatnya.
Dan kini Deana yang terlihat bodoh. Wajahnya yang lucu itu, dan untuk apa mulutnya menganga seperti itu?! Sekarang sudah lebih dari 5 detik dan Deana masih begitu.
"Oyy!!" Sontak membuat Deana melompat kaget. Fany menghamburkan lamunan gadis itu. Deana kesal dengan orang aneh ini. Lalu ia memukul paha Fany dan mendorong bagian pinggang Fany. Jarinya mulai menjelajah dan menggelitik. Fany yang merespon membalasnya dengan satu sentuhan saja. Benar. Satu sentuhan jari telunjuk di leher dan pinggang Deana. Membuat keduanya berperang untuk saling menjahili satu sama lain. Deana menarik guling miliknya dan mengayunknnya tepat mengenai wajah Fany.
Saat mereka sedang asik bermain perang guling, terdengar suara ketukan. Deana menoleh ke arah pintu dan diikuti oleh Fany. Kenop pintu bergerak dan...
"Sayang, kamu belum makan kan? Ayo makan dulu. Udah mama siapin di meja. Sama Fany juga." Perintah Via yang tak lain dan tak bukan merupakan ibu dari Deana. "Fany belum makan juga kan?" Lanjutnya bertanya pada Fany.
Fany hanya mengangguk mengiyakan.
"Ya udah kalian keluar dulu. Makan, terus lanjutin perang guling deh", wanita paruh baya itu terkekeh saat mengingat bagaimana ekspresi wajah anaknya saat ia masuk tadi.
"Mama..." ucap Deana manja.
Wanita itu dengan cepat mengatupkan bibirnya dan menarik pintu itu sampai mereka tidak bisa melihatnya lagi.
Deana memperbaiki posisi kepalanya. Kini ia sudah melihat wajah bulat Fany. "Kita makan dulu yuk!"
Fany menoleh dan sangat bersemangat. Lalu berdiri, "Let's go!!!" Serunya gembira. Fany berjalan lebih dulu dan Deana di belakangnya.
"Soal makan aja semangat. Saking semangatnya, lupa kalo ini bukan rumahnya", batin Deana sambil terkekeh pelan. Sekarang mereka menuju ke dapur.
Keduanya mendudukkan dirinya di kursi dan makan dengan lahap sampai semua lauknya habis. Hari ini Deana makan banyak karena Fany. Karena jika ada sahabatnya itu, ia akan bertambah nafsu makannya. Setelah semuanya selesai mereka mencuci tangan mereka di wastafel beserta piring-piring yang mereka pakai makan.
"Reza pernah titip surat buat lo" kalimat itu tiba-tiba dilontarkan Fany. Membuat Deana menoleh memperhatikan sahabatnya itu. Gadis itu meletakkan piringnya dan berbalik menatap Fany.
"Surat? Surat apa?" Tanya Deana spontan.
"Hmm... gue bawa ko. Nanti gue tunjukkin pas udah di kamar." Jelas Fany.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Still in My Heart [On Hold]
Roman pour AdolescentsTentang dia yang tertinggal di ingatan setelah ada kamu ------ Terkadang kamu butuh waktu untuk bisa menerima bahwa kamu mencintainya hanya karena kamu belum siap. [SLOW UPDATE] Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara 'Vote' dan 'Tambahkan ke perpu...