YSIMH | Song

16 0 0
                                    

Satu hal yang sangat ku benci, melihat orang baru merebut milikku.
---

When you hold me in the street
And you kiss me on the dance floor
I wish that it could be like that
Why can't it be like that?
'Cause I'm yours

Malam semakin larut. Namun lantunan lagu dari grup Little Mix yang berjudul Secret Love Song itu menambah keindahan malam dan menambah kemeriahan pesta. Hari ini adalah hari ulang tahun Sifany Thalia Nanditha yang ke tujuh belas tahun. Biasa orang bilang 'Sweet Seventeen'.

Pesta itu sangat meriah. Nuansa pesta yang dibuat se-elegan mungkin membuat semua tamu yang hadir sangat betah berlama-lama disana. Lampu-lampu beserta lampion memberi kesan mewah. Sajian yang dihidangkan juga sangat banyak dan menarik. Sungguh Happy Sweet Seventeen yang mengesankan.

Semua undangan tamu hadir ke pesta itu mulai dari guru-guru di sekolah Fany, teman-teman satu angkatan Fany, dan beberapa kakak kelas 11 serta 12 turut hadir. Di antara banyaknya tamu undangan, Deana juga hadir sebagai sahabat Fany. Hari ini Deana datang bersama Wira.

Iya, benar. Dengan Wira.

Mereka datang bersama.

We keep behind closed doors
Every time I see you, I die a little more
Stolen moments that we steal as the curtain falls
It'll never be enough

"Happy Sweet Seventeen sahabat gue." Deana berlari menghampiri Fany dengan kedua tangan yang membentang ingin memeluk gadis itu.

"Makasih." balas Fany yang juga memeluk Deana plus cipika-cipiki. Tahu lah, kebiasaan kaum wanita.

"Gue ko baru liat lo ya? Reza mana? Dia nggak sama lo? Lo kesini sama siapa?" pertanyaan beruntun dikirimkan pada Deana.

Mendengar itu Deana hanya menyeringai kecil. Menunjukkan deretan giginya yang putih bersih sambil sesekali matanya menatap Wira. Tidak enak, mungkin.

"Hehhee, gue kesini sama Wira."

Bola mata Fany otomatis mengikuti arah sorot mata Deana. Wira. Fany mendapati Wira sedang menatap dirinya dan tersenyum.

"Selamat ulang tahun ya Fany." Wira mengulurkan tangannya.

"Makasih." Fany balas tersenyum. Sedetik setelah itu sorot mata Fany beralih pada Deana. Yang bisa diartikan sebagai tatapan marah.

"Eh iya! Makanan dan minumannya jangan lupa dinikmati ya, Wira. Nanti nyesel lho. Hahhaa." Fany menutup mulutnya setelah tertawa sumbang.

"Hehhee, iya nanti saya makan." Wira mengikutinya.

Kini Fany benar-benar menatap sahabatnya yang cantik ini. Yang datang bersama orang lain dan meninggalkan sahabatnya. Fany menarik kasar pergelangan tangan milik Deana. Menjauh dari Wira yang kini terlihat sedang mengobrol dengan teman satu kelasnya. Deana meringis.

"Aw! Sakit Fan. Lo apa-apaan sih?!" Deana mengusap pergelangan tangan miliknya yang memerah.

"Lo ketemu dia dimana?"

"Dia siapa?" Sebelah alis mata Deana meninggi.

Fany melipat tangan di depan dada, "Wira."

"Oh, Wira?" Deana menjeda. "Di rumah."

Secara mendadak bola mata milik Fany hampir melompat keluar dari tempatnya. "Di rumah gimana?" nada bicaranya agak meninggi.

"Iya, di rumah. Kan gue pergi sama dia dari pagi."

It's obvious you're meant for me
Every piece of you, it just fits perfectly
Every second, every thought, I'm in so deep
But I'll never show it on my face

You're Still in My Heart [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang