Di sore hari, di suatu kelas.
"Baik semuanya, karena jam KBM telah usai. Mari kita tutup dengan doa. Doa di dalam hati mulai!"
Seluruh siswa menundukkan kepala lalu berdoa.
"Ilham, langsung pulang ya gausah pacaran." Ujar Bu Jihan mengejek.
"Huuuuuuuuu" sorak seluruh siswa terkecuali Reza dan Deana.
Selepas Bu Jihan meninggalkan kelas, siswa berhamburan keluar kelas. Siswa-siswa kece mulai beraksi. Reza, Ilham, dan Dani tampil dengan seragamnya yang di keluarkan. Menggendong tas sebelah saja.
"Za, futsal nggak lo?" Tanya Dani seraya menepuk pundak milik Reza.
Ilham pun turut menepuk pundak kedua temannya itu. "Ikut aja Za. Ikut yak? Yaa?" Ilham menaik turunkan alisnya.
"Heh" Dani menoyor kepala Ilham geram. "Lo gausah ikutan mukul mukul gue ngapa?!" Dani menaikkan tasnya sembari menatap sinis pada Ilham.
Sedangkan Reza hanya diam tanpa merespon.
"Ikut ya Za." Pinta Ilham yang kini diikuti Dani. Keduanya memohon sambil berlutut bak pengawal Raja di hadapan Reza. Reza menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka. "Iya."
"Bro, kita duluan ya." Andi pamit pada ketiganya. Melenggang pergi bersama Erina, kekasihnya.
***
Sedangkan, di taman sekolah terlihat Fany menarik tangan Deana. "Apaan sih Fan?" Fany menghentikan langkahnya sejenak.
Fany berbalik dan menatap Deana, "Lo katanya mau minta maaf sama Reza?"
"Ya iya, tapi gausah tarik-tarik tangan gue juga kali. Sakit." Deana cemberut sambil meringis. Karena memang Fany menggenggam pergelangannya begitu erat. Namun Fany tetap jalan saja tak menghiraukan keluhan sahabatnya itu.
Ketika sampai di bangku taman, barulah Fany melepaskan genggamannya. "Duduk!" Pinta gadis itu.
Deana tak merespon dan hanya menatap kesal sembari memegangi pergelangan tangannya yang terasa ngilu. Beberapa saat kemudian, Deana mendudukkan diri di sebelah kanan Fany.
"Mau cerita apa?" Tanya Deana yang masih kesal.
Fany masih tidak menjawab dan hanya tersenyum getir. Raut wajah Deana berubah. "Fan" Deana menyentuh lembut tangan sahabatnya.
"Lo tau nggak sih? Gue iri banget sama lo." Kini Fany menoleh menatap iris coklat milik Deana. Membuatnya melepaskan tangannya. "Lo pinter, cantik, dan banyak orang suka sama lo." Fany kembali menatap lurus ke depan.
"Termasuk..." Fany menjeda. "Reza, sahabat lo dan Wira si orang baru itu." Kini Deana menatap sahabatnya. "Dan lo juga tau lah kalau gue suka sama Wira." Fany mulai meninggikan suaranya. "Tapi nggak apa-apa. Nggak masalah buat gue. Selagi sahabat gue bisa bahagia kenapa nggak?" Fany menatap meyakinkan Deana.
"Tapi Lo tau gak sih?" Lanjutnya lagi. "Reza selalu ada buat lo. Bahkan disaat lo gak nggak perduli sama sekali. Waktu itu, waktu lo sakit bahkan pingsan di kelas, dia siap buat nolong lo bahkan dia tetap perhatian sama lo sampai akhir. Sekalipun lo nggak menganggap dia."
"Maksud Lo?" Deana membuka suara.
"Yang lo pikir itu Wira, dia sebenernya Reza. Dia yang bawa lo ke UKS, dia yang minta gue beli bubur bahkan ngasih duitnya untuk itu. Dia juga yang kasih lo semua hal yang bahkan nggak dia miliki."
Deana terdiam. Berkaca-kaca. Matanya menatap lurus penuh pertanyaan.
"Dia nungguin lo di UKS waktu lo belum buka mata." Ucap Fany lembut. "Dey, gue mohon sama lo. Kali ini aja lo dengerin apa kata hati lo. Bukan apa yang lo pikirkan. Coba lo inget-inget lagi apa yang lo rasain ketika sama Reza, apa yang lo rasain ketika lo sama Wira. Karena kebahagiaan itu dirasakan, Dey. Bukan dipikirkan." Tukas Fany.
Fany menatap Deana yang kini membalas tatapnya. Mengambil tangan Deana dan menggenggamnya. "Gue yakin lo bisa bahagia. Dengan cara lo sendiri." Fany tersenyum. "Sebelum semuanya terlambat."
•••
Terima kasih❤️
Jangan lupa vote + comment ya kawan:)
See you babay
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Still in My Heart [On Hold]
Teen FictionTentang dia yang tertinggal di ingatan setelah ada kamu ------ Terkadang kamu butuh waktu untuk bisa menerima bahwa kamu mencintainya hanya karena kamu belum siap. [SLOW UPDATE] Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara 'Vote' dan 'Tambahkan ke perpu...