Sepasang suami istri saling berpelukan bahagia. Setelah tiga tahun menikah, akhirnya mereka dikaruniai seorang anak yang masih menempel kuat dalam rahim si istri. Mengucap banyak syukur, karena telah menantikan kabar ini sejak tahun pertama pernikahan.
Memberi kabar pada siapa saja yang kebetulan lewat depan rumahnya. Berujar bahwa mereka segera mendapat seorang anak yang sehat dan sempurna. Tidak peduli dengan jenis kelamin apa nantinya.
Setiap hari si suami membawa banyak buah dan sayur. Untuk memenuhi gizi si cabang bayi. Diolah sedemikian rupa, karena seringkali istrinya mengeluh mual dan tidak bisa mencerna setiap makanan yang disuapnya dengan baik.
Kepalanya pusing. Dihitung, sudah empat kali ia memuntahkan makanan. Dipaksa pun akan berakhir dengan percuma. Lagi-lagi semuanya akan dikeluarkan.
Tetangga mereka menyempatkan diri untuk bertamu sebentar. Membawakan beberapa bongkah jahe hasil panen mereka hari ini. Berharap dapat membantu mengurangi rasa mual si ibu hamil dengan jahe tersebut.
Sejak malam itu, jahe menjadi sahabat keluarga kecil mereka, karena berhasil menghilangkan rasa mualnya dalam sekejap.
Kehamilannya telah menginjak umur sembilan bulan. Bidan di kampung itu memprediksikan sang ibu akan melahirkan tiga hari ke depan. Si calon ayah diminta agar tak terlalu sering meninggalkan istrinya. Meski harus ke ladang untuk memanen sayuran. Ibu hamil tua tidak boleh ditinggalkan terlalu lama.
Si ibu menjerit kesakitan kala matahari baru menyapa dunia. Suaminya yang hendak pergi ke kebun sayur mengurungkan niatnya. Menggopoh, tertatih. Hingga sampai ke tempat tinggal bidan kampung.
Di luar prediksi. Ibu hamil itu melahirkan anaknya di hari kedua. Selisih satu hari dari prediksi awal. Semua orang yang menyaksikannya bersuka cita. Tanpa terkecuali. Riuh rasa syukur yang terus mereka panjatkan. Ibu itu melahirkan dengan selamat.
Namun, semua terdiam kala melihat bidan kampung malah tak melakukan hal serupa. Ia terdiam. Memperhatikan bayi laki-laki yang masih merah berlumuran darah dengan penuh kasihan.
"Kenapa?" tanya si ayah anak yang baru lahir itu.
Semua orang yang menyaksikannya turut membatu. Membuka telinga mereka lebar-lebar. Bersiap mendengarkan kalimat apa saja yang akan dikeluarkan oleh wanita berusia 72 tahun itu.
"Maaf," lirihnya.
Semua orang merasa tidak ada yang aneh pada bayi laki-laki itu. Tangisannya nyaring. Napasnya berhembus dengan teratur. Kulit merahnya sama persis dengan bayi baru lahir pada umumnya.
"Bayi ini autis."
Pasangan yang baru menjadi ayah dan ibu itu terguncang. Kenapa? Harusnya tidak begini. Anak kami sehat dan sempurna! Ini tidak sama dengan anak yang hidup dalam bayangan kami!
⚱️hayun.⚱️
Dikey asik bermain sendiri dengan beberapa robotnya. Tidak peduli pada adik kecilnya yang terus berteriak memanggil. Minta diperhatikan. Ingin bermain bersama.
Dino akhirnya menyerah juga. Bahkan tangisannya tak dapat diindahkan kala sang kakak sama sekali tak memperdulikan kehadirannya di sana. Masih asik bermain sendiri dengan robot yang bisa mengeluarkan suara tembakan dan cahaya lampu berwarna merah.
"Mama, hyung tidak mau bermain dengan Dino!"
Dino berlari mendatangi sang mama. Menangis nyaring dengan air mata yang sudah membasahi wajah polosnya. Memeluk kaki wanita paruh baya yang sedang memasak makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayun (✓)
Fanfiction[Joshua, DK and Dino Seventeen horror Fanfiction] Joshua, Dikey dan Dino, adalah tiga mahasiswa yang memutuskan untuk mencari kontrakan terdekat dengan kampus mereka. Menemukan satu rumah yang akhirnya menjadi hunian mereka untuk sementara waktu, te...