Di dalam kamar yang diperkirakan oleh Dino adalah kamar tidur bocah si pemilik tubuh pinjaman Hayun, keduanya sibuk mengobrak-abrik isinya. Berusaha mencari di mana keberadaan gentong besar yang menjadi tempat persembunyian tubuh asli Hayun.
Sudah lima belas menit lamanya mereka mencari ke setiap sudut kamar. Hari pun semakin gelap, hingga mengharuskan keduanya untuk menyalakan senter dari ponsel masing-masing. Namun, belum juga membuahkan hasil. Membuat Dikey mengerang frustrasi.
Ditambah lagi Dino terus saja meracau, menanyakan keadaan Joshua pada kakaknya itu. Meningkatlah rasa stres Dikey. Rasanya ia ingin menjahit mulut Dino menggunakan tali sepatu, agar berhenti beracaukan kalimat yang tidak mengenakkan.
Dino menginjak salah satu keramik yang dirasa bergolak. Nampak hendak lepas. Awalnya, ia tak memperdulikannya sama sekali. Namun berbeda dengan Dikey.
Putra tertua Lee itu mendatangi keramik yang diinjak oleh adiknya. Mengerahkan seluruh tenaga untuk melepas keramik, hingga berhasil menemukan sebuah gembok yang tersembunyi di bawah sana.
Dengan gigih Dikey mencari benda kecil yang mungkin dapat membantunya untuk membuka kunci gembok. Dino mengitari ruangan, menemukan kawat kecil dan segera memberikannya pada sang kakak.
Cara tersebut tidak serta merta membuat pekerjaan keduanya menjadi mudah. Tangan Dikey bergetar hebat. Terlalu gugup. Tangannya basah dan licin akibat keringat dingin.
Dino mengambil alih tugas Dikey. Merebut kawat yang ia dapat tadi lalu mencoba hal yang sama. Berusaha membuka kunci gembok dengan bantuan kawat tersebut.
Memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, akhirnya berhasil juga. Kunci gembok itu akhirnya berhasil dibuka oleh Dino. Sedikit mundur, keduanya bekerja sama mengangkat pintu rahasia di kamar tersebut. Tepat terdiri dari empat buah keramik. Menempel kuat pada pintu rahasia tersebut. Membuat pintu tersebut begitu samar. Pantas saja saat penyelidikan, polisi tidak menemukan keberadaannya.
Ruangan itu sungguh gelap. Tidak ada pencahayaan sama sekali. Bahkan sinar rembulan tidak masuk sedikit pun ke bawah sana. Dikey meminta Dino untuk sedikit mundur. Membiarkan ia sebagai kakak untuk masuk terlebih dulu. Barulah disusul oleh Dino.
"Hyung, tolong arahkan senter ponselmu pada tangga, aku tidak bisa melihat sama sekali," pinta Dino.
Memenuhi permintaan Dino, Dikey menunggu beberapa saat hingga akhirnya sang adik juga turun ke lantai bawah.
Gudang itu benar-benar kotor. Bahkan hawanya sangat menakutkan. Membuat keduanya merinding seketika.
Dan benar saja. Gudang itu tidak memiliki barang lain, selain sebuah gentong setinggi satu meter. Tengah tertutup rapat.
"Hyung," Dino mencengkram ujung kaus polos yang Dikey kenakan dengan sangat kuat. Ketakutan.
Menurut informasi yang ia dan Dikey baca saat di berada Perpustakaan kota kemarin, di dalam gentong tersebut tersimpan tubuh bocah yang telah dipotong kedua tangan dan kakinya.
Dino merinding seketika. Namun, tetap mengikuti langkah kakaknya. Mendekati gentong tua itu.
Baru menyentuh kain penutup gentong tersebut, secara otomatis akan mengirim sinyal kuat pada Hayun. Memberi peringatan bahwa ada seseorang yang tengah mengganggu tidur panjang tubuh aslinya.
⚱️hayun.⚱️
Sejak awal permainan, mata Hayun masih normal. Masih berwarna kecokelatan yang tidak terlalu ketara terangnya. Namun, tiba-tiba saja mata bocah laki-laki itu bersinar terang. Berwarna merah menyala. Seperti robot mainan super hero kesukaan Dikey dulu.
Joshua melihatnya dengan sangat jelas. Rasa ketakutan pemuda ini semakin menjulang tinggi. Tubuhnya bergetar hebat. Mengambil langkah mundur secara perlahan.
Tanpa sadar ia menggigit bibir bawah, saking ketakutannya. Hendak berteriak, meminta bantuan pada Dikey dan Dino yang belum juga menampakkan keberadaan mereka sedikit pun. Joshua tidak tahu sama sekali apakah benar pasangan kakak-beradik itu akan menolongnya dengan mencari sumber kelemahan Hayun dalam rumah tak berpenghuni, atau malah meninggalkannya sendirian yang tengah bermain petak umpet mematikan bersama Hayun.
Namun tanpa ia sangka, Hayun malah berlari cepat keluar dari rumah Joshua, Dikey dan Dino. Setelah sebelumnya meraih gunting rumput yang tertimbum kelopak bunga mawar putih terlebih dulu. Ia meloncat bak seekor kucing. Kucing liar yang begitu benci pada manusia.
Larinya begitu cepat. Joshua yang berusaha mengikuti langkahnya menjadi tertinggal jauh. Namun, tetap berusaha untuk mengejar. Karena ia yakin, Dikey dan Dino tidak mungkin meninggalkannya. Keduanya pasti masih berada dalam rumah Hayun. Karena bocah laki-laki nan menggemaskan namun berbahaya itu berlari masuk ke dalam rumahnya, pasti sekarang Dikey dan Dino-lah yang menjadi incaran selanjutnya.
Hanya berbekal senter ponsel yang bahkan sekarang sudah terasa panas akibat menyalakan lampu terlalu lama, Joshua begitu ketakutan hendak memasuki rumah kosong Hayun. Rumah itu sungguh tak terawat sama sekali. Bahkan sesekali ia lihat tikus berkeliaran, terkejut dengan keberadaan manusia di sana.
"DIKEY, DINO, KALIAN DI MANA?" Teriak Joshua. Karena ia memang tak bisa mengejar Hayun sama sekali. Lari bocah itu terlalu laju meninggalkannya.
"HYUNG!"
Begitu jelas bahwa suara itu adalah suara Dino. Terdengar begitu jelas ia bergetar hebat. Ketakutan.
"JANGAN KE SINI, HYUNG!"
Suara kedua membuat Joshua menghentikan langkahnya sejenak. Itu adalah suara Dikey. Ahh, anak itu. Padahal begitu jelas bahwa yang berada dalam situasi bahaya adalah dirinya. Kenapa masih saja berusaha melindungi Joshua? Ditambah lagi luka yang ada di perut laki-laki tanggung itu membuat Joshua merasa bersalah.
Merasa gagal untuk menjaga kedua adik tersayangnya.
Tak peduli dengan teguran Dikey, Joshua masih saja mencari sumber suara kedua adiknya.
Brak!
Joshua tak sadar bahwa lantai kamar yang ia masuki memiliki pintu rahasia di bagian lantai. Ia kehilangan keseimbangan, hingga dirinya turut jatuh ke gudang bawah tanah tersebut.
Membuat Dikey terbelalak khawatir. Hendak mendatangi Joshua. Namun, Hayun malah berada tepat di hadapan pemuda Hong itu.
Meski gelap, ponsel Joshua entah jatuh ke arah mana hingga ponsel tersebut mati, hanya ponsel Dino dan Dikey yang menyala, namun cengiran yang tercetak di wajah polos Hayun begitu jelas terlihat. Menyambut kedatangan Joshua yang bahkan rasa sakit akibat terjatuh dari tangga berketinggian tiga meter tidak lagi terasa. Rasa takut telah memenuhi terlebih dulu.
Hayun melangkah maju, mendatangi Joshua. Joshua merangkak mundur, untuk menghindar.
Brugh!
Dikey tak peduli. Seseorang yang baru saja ia pukul adalah bocah belum genap berusia enam tahun, ia bersikap masa bodoh. Yang penting Joshua tak disentuh oleh bocah mengerikan seperti Hayun.
"Hyung," Dikey segera menghampiri. Membantu Joshua berdiri.
Dino mengikuti. "Hyung tidak apa, kan?"
Keduanya lengah, terlalu sibuk mengkhawatirkan Joshua. Memastikan hyung tersayang mereka baik-baik saja, setelah beberapa saat bermain dengan iblis berbentuk bocah kecil seperti Hayun.
Tanpa disangka, Hayun bangkit dari tempatnya terjatuh setelah menerima pukulan Dikey. Gunting rumput yang sempat terhempas jatuh, ia ambil kembali.
Joshua yang melihat tindakan Hayun, berteriak keras. Memperingatkan kedua adiknya. Namun, yang dituju Hayun hanya satu orang. Hanya satu orang yang belum berhasil ia lukai.
"DINO, AWAS!"
Srek!
Dino mematung beberapa saat. Membuat Dikey dan Joshua melebarkan kedua mata, begitu terkejut. Kejadian itu begitu cepat. Dikey tak sempat menyelamatkan adiknya.
Tubuh Dino terhempas jatuh, ke arah depan. Menampilkan gunting rumput yang menancap kuat di punggung lebarnya.
TBC
27.09.2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayun (✓)
Fanfiction[Joshua, DK and Dino Seventeen horror Fanfiction] Joshua, Dikey dan Dino, adalah tiga mahasiswa yang memutuskan untuk mencari kontrakan terdekat dengan kampus mereka. Menemukan satu rumah yang akhirnya menjadi hunian mereka untuk sementara waktu, te...