Dino melangkah mundur, diikuti pula oleh Joshua. Namun, Dikey tak menggeser kakinya sedikit pun. Menunggu respon dari Hayun yang masih diam di tempatnya berdiri.
Hayun malah mengangkat tinggi-tinggi gunting rumput kesayangannya. Mulai menyeringai, sebagai respon atas ajakan Dikey untuk bermain bersama.
Sama seperti anak-anak seusianya, Hayun senang bermain. Mana mungkin ajakan bermain dari Dikey ditolaknya begitu saja.
"Hyung jangan bercanda!" Ujar Dino, amat pelan.
Termuda itu gemetar setengah mati. Hendak lari, namun takut Hayun akan mulai mengejarnya karena berlari adalah tanda bahwa permainan telah dimulai.
"Jangan ada yang membuat pergerakan secara tiba-tiba," Dikey memperingatkan.
"Kau yakin?" akhirnya Joshua turut bersuara. "Kalau kita diam saja, yang ada anak itu akan mencincang kita hidup-hidup."
"Hyung percaya saja padaku, okey? Aku akan berusaha."
Mata ketiganya semakin melebar, melihat Hayun mulai melangkah maju. Tertawa nyaring, kembali memagut gunting rumputnya.
Tek!
Rumah itu sudah gelap gulita. Menambah rasa ketakutan pada Dino dan Joshua. Kecuali Dikey. Dengan percaya diri, ia menantang Hayun agar segera mulai bermain.
Hayun yang tadinya sempat hanya menampakkan raut wajah datar tanpa ekspresi, kini menyinggungkan senyuman. Semakin lama, semakin lebar. Hingga menampilkan giginya yang sama sekali tak rapi. Tak terawat.
Senyuman Hayun membuat Dino bergidik ngeri.
Kembali melebarkan senyuman, Hayun berteriak lantang. "Hyung, bersembunyilah! Aku akan menemukan kalian!"
Sontak Joshua, Dikey dan Dino berlari kencang menaiki anak tangga. Menuju lantai dua yang cukup memiliki banyak ruangan. Sedikit terpeleset karena karpet yang tipis, Dikey menarik Joshua dan Dino agar mengikuti langkahnya. Masuk ke dalam salah satu kamar. Bersembunyi di dalam lemari pakaian.
Dikey tak tahan mendengar racauan Dino yang terus mengomel padanya. Menyalahkan sang kakak karena telah mengajak Hayun bermain seperti ini.
Dikey tak mau disalahkan. "Jika tidak seperti ini, dia tidak akan mau melepaskan kita, bodoh!"
"Dikey, jaga ucapanmu!" Tegur Joshua.
Dalam keadaan genting pun, masih sempat-sempatnya mereka bertiga berkelahi.
Brak!
Hayun membanting pintu. Satu persatu semua kamar yang ada di lantai dua, ia buka secara paksa. Berujar kalau sebentar lagi ia segera menemukan Joshua, Dikey dan Dino. Hendak dijadikan santapan Hayun selama beberapa minggu ke depan. Atau mungkin, dalam hitungan bulan.
Napas Dino tertahan. Mendengar Hayun baru saja membuka pintu kamar. Nampaknya, kamar itu telah masuk giliran untuk Hayun periksa. Kamar yang menjadi tempat persembunyian mereka sekarang. Keringat dingin terus mengucur deras. Menutup mulut menggunakan kedua tangannya, agar tak bersuara sedikit pun.
Sedikit mundur ke belakang, Dikey merangkul dua orang tersayang yang tengah bersamanya. Berkeyakinan kuat bahwa misi permainan ini dapat ia lalui dengan baik.
"Hyung, aku datang!" teriak Hayun.
Meski keadaan gelap gulita, tentu Hayun masih bisa melihat benda-benda di sekitarnya dengan cukup jelas. Berbanding terbalik dengan tiga orang rekan bermainnya sekarang. Merasa sedikit kesulitan karena penglihatan mereka yang sangat terbatas.
Bahkan saat menaiki anak tangga pun, Dino sempat terjatuh beberapa kali. Tak melihat apa yang sudah diinjaknya.
Kamar yang menjadi tempat persembunyian mereka adalah kamar yang berada di paling ujung rumah. Wajar jika ruangan itulah yang kini menjadi kamar satu-satunya yang belum diperiksa oleh Hayun.
Mendatangi sebuah lemari pakaian yang berukuran begitu besar dan kokoh, Hayun memandangi pintu lemari tersebut dengan senyuman yang begitu lebar.
Senyuman lebar itu, perlahan berubah menjadi lebih tipis. Hingga hilang begitu saja. Hayun menciumi lemari yang tebuat dari kayu itu. Tapi tak mencium aroma kehidupan di dalam sana. Padahal, ia yakin sekali bahwa ketiga mangsanya memang tengah berada di dalam sana.
Tok! Tok! Tok!
"Hyung?" panggil Hayun, dengan lembut.
Namun, tak mendapat jawaban sedikit pun.
Tentu saja! Siapa yang bersedia merespon panggilan anak berbahaya seperti Hayun? Yang ada mereka akan menjadi santapan lezat nantinya!
Pintu lemari itu berdecit pelan, saat Hayun mulai membuka pintunya. Yang ada hanyalah berpuluh-puluh pakaian yang bergelantung panjang di sana. Tak melihat ketiga hyung kesayangannya itu sama sekali.
"Hyung! Di mana kalian? Aku lapar!" Teriak Hayun, dengan lantang. "Tikus di rumahku sudah habis. Aku butuh makan untuk menghidupi adik kecilku!"
Brak!
Hayun membanting pintu lemari. Mulai frustrasi di mana harus mencari tempat persembunyian Joshua, Dikey dan Dino.
Mendengar teriakan Hayun yang semakin lama semakin terdengar menjauh, Dikey bernapas lega. Memerintah kedua orang yang juga bersamanya itu melepas pegangan terhadap hidung masing-masing.
Ya, mereka bertiga memang masih berada di dalam lemari pakaian itu. Namun untungnya, koper Dino yang menyimpan banyak pakaian masih berada di dalam kamar. Sehingga ketiganya dapat menggantung kembali pakaian tersebut dan bersembunyi di baliknya.
Dikey juga memerintah Joshua dan Dino agar menutup hidung masing-masing. Agar Hayun tak mencium keberadaan mereka di dalam sana sama sekali.
Perlahan membuka sedikit pintu lemari itu dan melihat keadaan di luar sana, Dikey memberi kode agar Joshua dan Dino mulai keluar dari persembunyian. Kembali menyusun strategi baru, bagaimana caranya agar mereka dapat keluar dari rumah mengerikan itu tanpa diketahui oleh Hayun sedikit pun.
Namun tanpa diduga suara derap langkah yang tengah berlari, kembali terdengar. Untuk kembali masuk ke dalam lemari, rasanya tidak memungkinkan. Pasti kali ini Hayun dapat menemukan mereka bertiga dengan tanpa kesulitan yang berarti.
Tidak ada pilihan lain lagi, ketiganya hanya bisa bersembunyi di bawah ranjang.
"Hyung! Aku tahu kalian di dalam kamar ini!"
Benar saja, Hayun kembali masuk ke dalam kamar itu. Bahkan Dino belum sempat memasukkan seluruh tubuhnya ke bawah ranjang tersebut. Membuat Dikey terbelalak olehnya dan segera menarik Dino.
Untungnya, Hayun tak melihat kaki kanan Dino yang belum sempat masuk tadi.
Bocah laki-laki itu masih setia memeluk gunting rumputnya. Membuka pintu lemari dengan sangat lebar.
Amarahnya telah memuncak. Menjulang tinggi. Tanpa basa-basi ia mengarahkan gunting rumput tersebut dan mengguntingi baju yang tergantung di sana tanpa sisa.
Hayun semakin kesal dibuatnya, karena melihat keadaan lemari itu telah kosong melompong. Tak ada Joshua, Dikey atau pun Dino di dalam sana.
Ketiganya masih saja menutup hidung rapat-rapat. Takut aroma kehidupan ketiganya akan tercium oleh Hayun.
Dino yang berada di paling ujung kanan, menutup matanya rapat-rapat. Enggan membuka mata sedikit pun, saking ketakutannya.
Ia terus melafalkan do'a, meminta pertolongan pada Tuhan.
"Hyung!" pekik Hayun, dengan begitu ceria.
Tanpa sadar, ternyata Hayun sudah berada dengan posisi tengkurap. Persis di samping Dino. Tersenyum lebar, karena mangsanya telah berada di depan mata.
Mengeluarkan gunting rumput kesayangannya, "hyung, kau jaga!"
Srek!
TBC
16.09.2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayun (✓)
Fanfiction[Joshua, DK and Dino Seventeen horror Fanfiction] Joshua, Dikey dan Dino, adalah tiga mahasiswa yang memutuskan untuk mencari kontrakan terdekat dengan kampus mereka. Menemukan satu rumah yang akhirnya menjadi hunian mereka untuk sementara waktu, te...