11th Thing - A Decision

438 54 0
                                    

a/n italic : bahasa cina

"Ya, aku sudah makan, Ma," Kyulkyung sedikit risih dengan sifat ibunya yang selalu seperti ini. Ya, sebenarnya ini hal yang wajar, mengingat ia sudah sangat hebat melepas anaknya ke negara lain saat masih SMA.

Kyulkyung sebenarnya tak memiliki ketertarikan khusus dengan negeri ginseng tersebut. Di kampung halamannya, Tiongkok, ia sudah nyaman. Namun entah kenapa wanita bernama asli Zhou Jieqiong ini akhirnya membuat keputusan nekat tersebut. Ayah dan ibunya sampai kaget.

"Apa yang kau inginkan?" Ayahnya bertanya-tanya. Selama ini, anak pertamanya ini tak pernah bercerita pernah dibully. Apa yang memutuskannya pindah ke negeri orang?

"Ingin mandiri," Begitu kata Kyulkyung. Ibunya menggeleng-geleng.

"Kau bisa ngekos di tempat lain jika ingin mandiri. Tapi jangan ke negara lain. Bagaimana kami menjengukmu, hm?" Kyulkyung diam. Sebenarnya ia tau ia nekat.

Ayahnya menghela nafas, "Ada apa? Katakan dengan jujur atau aku takkan menyetujui apapun setelah percakapan ini selesai,"

"Aku ingin menjadi penyanyi di sana," Ucap Kyulkyung pada akhirnya. Dia memejamkan matanya, seakan takut dengan kata yang akan dikeluarkan orangtuanya setelah mendengar alasannya.

Sebulan yang lalu, saat sedang berjalan-jalan dengan temannya di Shanghai, Kyulkyung ditawari sebuah agensi asal Korea. Matanya membelalak saat memegang kartu nama orang itu. Ia terdiam. Temannya menyarankan untuk ikut, dan mengatakan pada ayah ibunya secepatnya.

Kyulkyung punya suara yang bagus. Teman-temannya tau itu, bahkan gurunya. Saat dirinya ditawari oleh agensi Korea, teman-temannya heboh. Satu sekolah jadi membicarakannya, mengingat menjadi penyanyi bahkan idol di Korea sangatlah sulit. Walaupun banyak sekali orang dari negara mereka yang sukses di sana.

"Lalu?" Kyulkyung menelan salivanya. Ia takut saat ayahnya seperti ini, seperti tak menyukai pilihannya. Memang, kalaupun ia di posisi mereka, pasti ia akan begitu juga. Melepaskan anak perempuannya ke negeri orang, orangtua mana yang tak khawatir.

Kyulkyung memberanikan diri, "Saat libur musim panas nanti aku akan ke sana. Berlatih di sana selama waktu itu, lalu kembali ke Taizhou. Aku akan mencari pekerjaan sambilan untuk menambah uang saku. Kumohon, ini pilihanku," Tuturnya. Ayahnya menghela nafas lagi. Sementara ibunya sudah kembali ke dapur, membiarkan suaminya yang mengurus kemauan putrinya.

"Itu berat kau tau?" Kyulkyung mengangguk.

"Aku berjanji akan bersungguh-sungguh, Ayah. Setelah lulus pun aku akan kuliah di sana," Katanya.

"Lalu kapan kau kembali?"

Kyulkyung tau, ayahnya sangat berat melepasnya.

"Aku memang sudah dewasa. Sudah sepantasnya kalian melepasku. Tapi, di sisi lain aku masih putri kecil kalian, aku pasti akan pulang, sekedar melihat kalian atau makan malam bersama. Doakan aku," Kyulkyung tertunduk. Satu persatu air matanya jatuh. Mimpinya terus menariknya, sekaligus membingungkannya. Ia ingin mewujudkan, tapi ia juga ingin tetap bersama orangtuanya di sini. Ia tau ini egois.

"Baiklah," Kyulkyung menatap ayahnya.
"Jangan nakal di sana. Kapan kau berangkat, gadis kecil ayah?"

Kyulkyung memeluk ayahnya. Gadis kecil ayah, dulu panggilan itu sangat disukainya. Sejak SMP, ia mulai tidak suka dengan panggilan sayang dari ayahnya dan pernah membentak ayahnya karena memanggilnya seperti itu di depan temannya. Mengingatnya saja Kyulkyung sudah malu.

Setelah percakapan waktu itu, setiap libur Kyulkyung pergi ke Korea. Pulang-pergi antar dua negara memang tak efisien, namun mau bagaimana lagi. Kyulkyung masih sekolah. Ia akan menghabiskan masa sekolahnya di Cina dengan teman-temannya dengan baik, lalu pindah ke Korea untuk memantapkan dirinya. Masalah bahasa pun awalnya sempat menjadi kekhawatiran, namun secara ajaib ia bisa mengatasi itu dengan cepat. Ia sudah cukup mahir berbahasa Korea sekarang, walaupun sekadar kata sederhana.

Kyulkyung tamat dari SMA di Taizhou dengan hasil yang baik. Ibunya sempat berbicara, untuk memastikan apakah semuanya berjalan baik-karena kalau hanya memutuskan menjadi idol, itu akan sulit. Tidak semua trainee yang saat menjadi idol, grupnya akan besar. Bahkan beberapa dari mereka harus bubar. Itu sama saja seperti menghabiskan waktu untuk hal yang tidak pasti kan?

"Semuanya bagus. Yah, kalau memang itu jalanku, aku akan lebih berusaha. Aku akan bertanggung jawab dengan keputusanku," Jawabnya mantap. Ibunya memeluknya. Mereka menangis lalu tertawa bersama kala itu.

Kyulkyung pindah ke Korea seminggu setelah tamat. Di sana ia belum mendapat tempat tinggal, jadi setelah sampai ia akan langsung mencarinya.

Seorang teman sesama trainee merekomendasikan sebuah tempat. Harganya lumayan murah, namun ia harus rela berdesakan dengan beberapa gadis lainnya.

Kyulkyung memencet bel itu sekali. Ia menunggu. Lalu seorang gadis pendek membuka pintu,

"Annyeonghase--" Ia terdiam sebentar. "N-Ni hao?"

****

Pic : Kyulkyung

101 Things About 11 Girls [I.O.I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang