4th Thing - Somi's Weakness

648 89 0
                                    

"Somi-ya, kenapa seragammu penuh noda merah begini?" Tanya Sejeong. Somi meringis, Kenapa gadis itu berteriak sih.

"Ini darah? Somi-ya! Jawab aku," Suara Sejeong mulai meninggi. Nayoung dan Yoojung yang sedang menonton televisi pun tertarik.

"Wae?" Nayoung sedikit berteriak. Yoojung mendatangi kamar mereka.

"Omona! Ini darah kan? Sebanyak ini? SOMI-YA, KAU KENAPA? KAU BAIK-BAIK SAJA? OMO KEMARI KAU," Yoojung dengan heboh mendatangi Somi di pojok tempat tidur. Wajah Somi terlihat seperti seseorang yang pasrah. Sungguh, ia tak ingin menceritakan ini kepada mereka.

"Aniya eonni, bukan darah, sungguh." Sangkalnya. "Itu cat, cat merah, tadi aku ada kelas melukis." Katanya. Mencoba meyakinkan.

"Lalu cat itu tumpah ke seragammu?" Nayoung bertanya. Wajahnya yang serius membuat Somi takut.

Somi mengangguk, "Iya, aku minta maaf. Aku yang akan mencucinya," Kata Somi. Ia bahkan tak mau melakukan eye contact dengan yang lain. Ia hanya ingin mereka pergi dan masalah selesai.

Sejeong menghela nafas, "Lain kali hati-hati. Aku kira kau dipermainkan lagi, Somi-ya. Katakan padaku jika kau diperlakukan tidak baik, oke? Aku akan menghajar mereka, Sungguh." Yoojung juga melakukan gerakan seperti memukul lawan. Somi hanya mengangguk.

Bukan ingin Somi merahasiakan dari mereka. Malah, Somi sangat ingin menceritakan semua hal yang terjadi di sekolahnya belakangan ini. Ia tak bisa tidur saat malam karena memikirkan itu. Namun, ia juga tak bisa mengatakan tak ingin pergi sekolah. Semuanya bisa curiga. Apalagi Sejeong.

Somi memang keras kepala. Ia yang ingin tinggal di Seoul sendirian, menyewa kamar di sebuah bangunan bertingkat dua ini. Ibu dan Ayahnya bahkan sempat marah besar dengan gadis itu. Ia masih SMA. Di tempat tinggal mereka dulu juga ada sekolah yang cukup bagus. Tapi Somi tetap bersikeras ingin ke Seoul agar mandiri.

Ah, bahkan Somi sendiri geli membayangkan janjinya belajar sungguh-sungguh. Ia ingin tinggal di Seoul karena mimpinya, yaitu menjadi seorang idol papan atas. Ia juga telah menjadi trainee di sebuah perusahaan yang tak terlalu besar. Yah, Somi akan memulai dari bawah dulu, toh kalau ini jalannya ia akan sukses sekalipun dari agensi kecil.

Ia merahasiakan semua itu dari orang tuanya, dan juga semua member 101's House. Syukurlah tidak ada yang curiga. Somi juga tidak pernah berlatih apapun di rumah, kecuali saat semua orang sedang pergi dan rumah benar-benar kosong, barulah ia beraksi. Itupun dengan selalu waspada.

Agensinya mengatakan bahwa jika ia serius, ia bisa debut lebih cepat. Karena menurut mereka, Somi sangat cocok untuk menjadi idol. Ideal. Visualnya yang unik dan mengagumkan, Suaranya yang memiliki ciri khas, dan kemampuan dancenya yang bagus. Dia juga memiliki segudang bakat lainnya. Tinggal menunggu waktu, begitu kata mereka.

Tapi tetap saja, dimana kau terlihat perfect, disitu lah kau akan dijatuhkan. Somi menjadi sasaran bully teman sekelasnya. Ia hanya memiliki seorang teman, Kim Dani. Awalnya Dani juga membullynya, namun karena Somi secara tak sengaja menemukan gadis itu hampir diculik(Somi menghajar lelaki mesum itu) maka ia juga sangat berhutang budi. Jadilah ia menjadi pelindung Somi sekarang. Walaupun dampaknya tidak banyak.

Cukup banyak yang dilakukan mereka pada Somi. Seperti sering mengucilkan, mengolok visualnya yang berbeda, menyuruhnya mengerjakan tugas bahasa inggris, mengerjainya, mencampakkan tas dan segala isinya, menumpahkan minumannya—ke tubuh Somi pastinya, menyembunyikan barangnya dan banyak lagi. Somi sebenarnya bisa melawan dengan taekwondonya. Toh dia sudah sabuk hitam. Namun ia merasa belum waktunya. Balas dendam perlu waktu, pikirnya.

Kemarin, seorang laki-laki kurus tinggi nan jelek menendang bangku Somi. Katanya, ia marah karena Somi melempar pensil kearah—padahal pensilnya hanya jatuh dan menggelinding mengenai kaki cowok bodoh itu. Ia mengumpat lalu menyiramkan cat merah di meja Somi ke seragamnya. Dani marah, lalu menarik rambut cowok itu. Mereka menjadi semakin panas saat beberapa anak cewek juga menyerang Dani dan Somi. Somi menendang laki-laki itu dengan tekniknya lalu membawa Dani pergi dari kekacauan.

"Jangan begini lagi, Somi-ya. Lawan mereka. Lihat kau, sangat bodoh." Sarkas Dani. Somi tersenyum pahit. Benar memang.

"Aku takut berdampak buruk pada diriku. Jika Ayah dan Ibuku tau, mati aku,"

"Lalu kau mau menahannya? Aku terpaksa pakai cara lain kalau begini," Somi menahannya.

"Jangan. Biarkan aku dengan pilihanku. Aku masih bisa menahannya, Dani. Gomawo," Somi membersihkan noda di bajunya. Dani yang sudah tau begitu keras kepalanya gadis ini hanya bisa pasrah dan menolong gadis itu membersihkan dirinya.

Yah, andai saja mereka tau Somi sangat menyeramkan. Ditambah beberapa gadis serumahnya. Bisa mati mereka semua, Batin Dani.

🍦

Selamat hari raya idul fitri teman-teman. Lice mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas semua kesalahan Lice. Selamat mudik dan semangat makan!

101 Things About 11 Girls [I.O.I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang