Chapter 1

5.9K 328 18
                                    

You're the one that I hold to
How could you let me go?


"Aku tidak tahu jika kau bisa bermain gitar." Milly menatap kekasihnya dengan takjub.

Pria itu tersenyum. "Karena kekasihku akan menjadi penyanyi terkenal, tentu saja aku harus bisa bermain gitar agar nanti tidak mempermalukanmu."

Milly tergelak. "Apa hubungannya jika aku menjadi penyanyi dan kau harus bisa bermain gitar? Sebagai kekasihku, yang perlu kau lakukan hanyalah berada di sampingku dan mencintaiku," ucapnya.

"Kau benar-benar tidak mengharapkan apa pun lagi dariku?" tanya pria itu.

Milly mengangguk. "Aku hanya membutuhkanmu, di sampingku."

Pria itu meletakkan gitar dan menarik Milly ke sisinya. Dirangkulnya bahu Milly dan menyandarkan dagunya di puncak kepala Milly.

"Aku sudah melewati banyak hal bersamamu. Kita sudah jatuh bersama, menangis bersama, tertawa bersama. Menurutmu, apa lagi yang bisa membuatku pergi dari sisimu?" ucap pria itu.

Milly tersenyum. "Apa kau tahu apa impianku?"

Pria itu melepaskan rangkulan dan menatap wajah Milly. "Menjadi penyanyi terkenal dan membuktikan pada ayahmu bahwa kau bisa mewujudkan impianmu."

Milly menatap kekasihnya tanpa keraguan saat menggeleng, membuat pria itu mengerutkan kening bingung.

"Impianku sekarang, adalah bersamamu. Kau dan aku," Milly berkata.

Pria itu tercekat. Ia lantas tersenyum lembut dan merengkuh Milly dalam peluknya. "Kau dan aku," pria itu mengulangi.

Milly tersenyum dan membalas pelukan pria itu.

***

Milly membuka mata dan untuk kesekian kalinya mendapati matanya basah. Mimpi itu lagi. Milly beranjak duduk dan menghapus air matanya. Selama lima tahun terakhir, ia tidak pernah bisa lepas dari mimpi itu. Kenangan dari masa lalu. Mimpi terburuknya.

Suara dering ponsel mengalihkan pikiran Milly dari mimpinya. Ia mengangkat telepon dari manajernya dan hanya menjawab beberapa pertanyaannya dengan gumaman setuju. Milly kembali menjatuhkan tubuh di atas tempat tidur setelah pembicaraan dengan manajernya berakhir.

Setidaknya, ada hal baik hari ini. Tour promo albumnya sudah selesai dan ia bisa berlibur. Milly tersenyum ke arah langit-langit kamarnya. Ia bahkan sudah bisa membayangkan indahnya Maldives. Akhirnya ... ia bisa menikmati hari tenangnya setelah ini.

Dengan semangat liburannya, Milly melompat bangun dari tempat tidur dan segera bersiap untuk pulang ke rumah orang tuanya.

***

"Memangnya siapa yang menyuruh Ayah bekerja begitu keras hingga sakit seperti ini?" kesal Milly ketika mendapati ayahnya mengeluh lagi karena tidak bisa ikut acara liburan perusahaan besok.

"Ini bukan karena bekerja," ayahnya membela diri. "Ryan sudah membereskan semua pekerjaan untuk Ayah, jadi pekerjaan sama sekali bukan masalah."

"Tapi Ibu bilang, Ayah sakit karena terlalu lelah, kan?" sengit Milly.

"Tapi, itu bukan karena pekerjaan," ayahnya berkeras.

Milly menatap ayahnya kesal. "Lalu, karena apa?"

"Ayahmu terlalu senang untuk acara liburan bersama para karyawan perusahaan besok. Dia juga berkeras mengurus semuanya sendiri. Dari penginapan dan tujuan wisata. Dia bahkan pergi untuk mengecek penginapannya sendiri. Dan beginilah akhir dari kekeraskepalaannya," urai ibunya yang baru masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi makan siang.

Meraih Cintamu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang