Chapter 12 (End)

6.7K 249 34
                                    

Ketika aku bersamamu

Sepertinya aku lupa kenyataan

Bahwa aku pernah terluka oleh masa lalu

"Pagi." Sapaan hangat itu membuat bibir Milly otomatis melengkung tersenyum. Perlahan, ia membuka matanya dan dilihatnya Ryan sudah duduk di sebelahnya.

"Pagi," balas Milly, masih setengah mengantuk.

"Besok orang tuamu akan kemari," beritahu Ryan.

"Benarkah?" Milly beranjak duduk. "Besok ... bagaimana jika kita mengajak orang tuaku jalan-jalan ke tempat-tempat yang kau tunjukkan padaku? Ayahku hanya tahu tempat-tempat wisatanya, tapi tidak tahu tentang tempat-tempat itu."

Ryan tersenyum, mengangguk. "Tapi, sekarang aku sudah lapar menunggumu bangun dari tadi. Maukah kau segera mandi dan sarapan bersamaku?"

Milly tergelak. "Jika ada yang mendengarmu, mereka akan berpikir aku selalu bangun siang."

"Tidak selalu. Hanya ... enam hari dalam seminggu?" sebut Ryan

Milly mendengus geli seraya memukul lengan Ryan sebelum akhirnya ia bangkit dan pergi ke kamarnya.

Saat pertama kali Milly datang ke sini, ia sama sekali tak menyangka ia akan bisa menyambut pagi sehangat ini.

***

"Hari ini, kau akan membawaku ke mana lagi?" tanya Milly antusias saat mereka sarapan.

"Tidakkah kau lelah dan ingin istirahat saja?" Ryan menggodanya.

Milly menyipitkan mata galak. "Kau ingin mengurungku di sini setelah mengambil liburanku ke Maldives?"

Ryan tertawa kecil. "Hanya menunda. Karena itu, aku khawatir jika kau terlalu bersenang-senang di sini, kau akan bosan di Maldives nanti."

Milly mendengus tak percaya. "Kurasa kau perlu pergi ke sana sendiri."

Ryan menggeleng. "Aku tidak punya waktu untuk itu."

"Aku akan bicara pada Ayah," timpal Milly riang.

"Tidak perlu. Dan jangan membuatku terlibat masalah. Selama ini, ayahmu sibuk mencari cara untuk membuatku meninggalkan kantor. Aku tidak punya waktu untuk mengurus hal lain selain urusan perusahaan," ucap Ryan.

"Wah ... kau workaholic?" cibir Milly. "Pantas saja ayahku memintamu tinggal di sini bersamaku. Kurasa Ayah melakukan ini bukan karena Ayah ingin berlibur, tapi karena Ayah ingin membuatmu berlibur."

"Tapi, sejauh ini yang kulakukan hanyalah mengawasimu dan membereskan masalahmu," tukas Ryan.

Milly berdehem. "Itu bonus," ucapnya percaya diri. "Tidakkah menyenangkan bisa berlibur bersama penyanyi terkenal sepertiku? Atau ... kau mau foto bersama denganku?"

Ryan mendengus geli. "Tidak perlu. Terakhir kita berada di gambar yang sama kau membuatku kewalahan. Dan maaf, aku sudah cukup mendapat bonus membereskan masalahmu."

Milly mendesis kesal. "Tapi ... setidaknya kau sempat bersenang-senang, kan?" tanya Milly hati-hati.

Ryan mengerutkan kening, berpikir.

"Kau selalu tampak senang jika melihatku marah-marah, apa kau lupa?" sambar Milly. "Dan setiap kali aku melakukan hal bodoh, kau juga selalu puas meledekku."

Ryan mengangkat alis, dan Milly menyadari lagi-lagi pria itu hanya menggodanya tadi.

"Ugh ... lihat ini. Lagi-lagi kau melakukannya," desis Milly kesal.

Meraih Cintamu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang