Bahkan hal terkecil pun
Bisa menjadi hal yang berkesan
Hingga tak terlupakan"Apa aku juga harus ikut?" Milly menatap Ryan dengan jengah dari tempat tidurnya.
"Kurasa karena alasan itulah saat ini kau ada di sini," Ryan menjawab.
Milly mendengus. "Haruskah kuingatkan kau, aku di sini di luar kemauanku. Jadi, jangan berharap banyak."
"Aku tidak, tapi para karyawan sepertinya berpikiran sebaliknya," ucap Ryan cuek.
Milly mengerang kesal ketika bangkit dari tempat tidurnya. "Kenapa aku harus melakukan ini?" protesnya.
"Kudengar, kau harus melakukan ini untuk bisa berlibur." Ryan tampak begitu santai meski Milly sudah nyaris meledak karena kesal. Pria itu kini bersandar di sisi pintu kamar Milly yang terbuka.
"Dan sekarang, kau akan menggunakan itu untuk mengancamku?" sengit Milly.
"Apa aku mengatakan itu?" Ryan bahkan tampak terhibur oleh kekesalan Milly.
"Kuingatkan kau, aku tidak akan mau melakukan apa pun bahkan meskipun mereka memohon padaku!" seru Milly frustrasi.
"Kurasa juga begitu," sahut Ryan, masih sesantai sebelumnya.
Milly benar-benar membenci pria itu. Sungguh.
***
"Kupikir, tadi kau tidak ingin melakukan apa pun bahkan meskipun mereka memohon padamu," bisik Ryan ketika Milly menerima gitar dari MC di acara api unggun malam itu.
Milly melirik Ryan dengan tatapan penuh dendam. "Lalu, aku harus bagaimana? Kau bahkan tidak membantu," balasnya dalam desisan.
"Apa yang bisa kulakukan?" tanyanya kemudian.
Milly mendesis kesal. "Tutup saja mulutmu yang menyebalkan itu," sengitnya.
Milly menyesali kata-katanya ketika Ryan menatap bibirnya, mengingatkan Milly akan insiden sore tadi. Milly berdehem, dan ia bisa melihat sorot geli di mata Ryan sebelum pria itu mengalihkan tatap dari Milly dan kini menatap ke depan.
Milly menarik napas dalam, berusaha menyingkirkan bayangan insiden sore tadi dari kepalanya. Lalu, ia mendengar suara dalam kepalanya, suara yang selalu mengusiknya, menyiksanya, menumpahkan air matanya,
"Maaf ..."
As I watch the rain outside
I think of the time when you leave
Leaving who was loving you, me
Like it's nothing coldly you left meIf I could erase
I'll wipe all the memories
All those damn beautiful times
Cause it's just killin' me insideTime will heal all of my pains
And I'll learn to smile again
You who left me behind
I'll completely eraseForget you completely, flawlessly
Beautifully I'll leave the past behindSuara tepuk tangan memyambut akhir lagu Milly. Ketika Milly akhirnya mengangkat wajahnya, ia berusaha tersenyum. MC acara itu memuji penampilannya. Om Danu bahkan dengan bangga mengatakan bahwa dengan kemampuan seperti ini, ia tidak heran jika Milly lebih memilih berada di atas stage daripada di kantor.
Begitu perhatian Om Danu dan para karyawan teralihkan oleh penampilan berikutnya, Milly bangkit dari duduknya dan meninggalkan orang-orang. Namun, alih-alih naik ke kamarnya, Milly malah menyusuri halaman samping penginapan. Ia baru menghentikan langkah begitu tiba di taman depan penginapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cintamu (End)
RomanceBagi Milly, impian adalah segalanya. Ketika berjuang demi impiannya, ia melepaskan pria yang dicintainya. Setelah lima tahun, semua itu terbayar lunas dengan kesuksesannya. Meski begitu, masa lalu Milly merupakan mimpi buruk yang masih membuatnya...