Seluruh ketakutanku lenyap
Hanyadengan keberadaanmu, di sisiku
"Ugh, aku tidak suka kera-kera usil itu," keluh Milly ketika ia bisa melihat kera-kera di jalan depan sana.
"Kau takut?" Ryan tentu tak akan melewatkan satu kesempatan pun untuk meledek Milly.
"Tidak!" sambar Milly.
Ryan mendengus kecil. "Tadi kau bisa melewatinya dengan baik," cetusnya.
"Tadi karena ..." kau menggendongku, Milly menambahkan dalam hati. Dan sepanjang jalan turun tadi, ketika mereka tiba di zona banyak kera, kera-kera itu lebih memperhatikan Ryan daripada Milly. Namun, kali ini ... "Aku terlalu sibuk khawatir kau mungkin akan menjatuhkanku jadi aku tidak sempat memikirkan kera-kera itu. Tapi, sekarang ..."
"Kau mau aku menggendongmu lagi?" Ryan menawarkan.
Milly mendesis kesal. Mau sejauh mana ia menjatuhkan harga dirinya di depan pria ini?
"Tidak perlu. Aku bukan anak kecil," sengit Milly.
"Seingatku, kau sama sekali tidak mengeluh tentang itu saat kita turun tadi," dengus Ryan geli.
"Itu karena tadi jalanannya turun, jadi kupikir itu juga tidak terlalu berat. Lagipula, aku tadi benar-benar lelah. Tapi kali ini, kita akan berjalan naik. Bagaimana bisa aku ..."
"Lalu, bagaimana bisa kau mendaki naik kali ini jika turun saja kau tidak bisa?" balas Ryan santai.
Milly menatap pria itu dengan gusar. "Terserah saja! Kau naik saja dulu dengan karyawan lainnya. Aku mau istirahat!"
Milly lalu berjalan turun beberapa tangga dan berbelok ke arah bangku di area istirahat. Setidaknya, ia tidak ingin dipermalukan lagi di depan para karyawan ayahnya ini.
Sama seperti sebelumnya, rombongan mereka berjalan lebih dulu dan meninggalkan Milly di belakang, dengan Ryan, lagi. Entah Milly harus mengeluh atau bersyukur karena ini. Meski ia tidak suka mendengar komentar-komentar mengesalkan Ryan, tapi ia juga tak yakin ia bisa melewati kera-kera itu sendiri.
"Kita bahkan belum terlalu jauh naik, tapi kau sudah kelelahan?" Lagi-lagi Ryan memamerkan komentar menyebalkannya.
Milly melirik pria itu dengan kesal, tapi sebelum ia sempat memaki Ryan, pria itu menyodorkan sebotol minuman padanya.
"Jangan buang tenagamu untuk bicara hal yang tidak perlu," Ryan berkata. "Kita masih sangat jauh dari atas."
Milly bahkan terlalu lelah untuk membalas komentar menyebalkan Ryan. Membayangkan perjalanan naik di depannya saja ia sudah bisa merasakan lelah. Pikiran itu membuatnya mendesah panjang, lelah.
***
"Ini ... tidak bisakah kau ikut naik juga?" Milly berusaha untuk terdengar setenang mungkin saat menanyakannya, meski ia tahu ia gagal.
"Kenapa? Kau juga takut naik kuda?" dengus Ryan geli.
Milly mengumpat pelan. Belakangan, pria ini terlalu sering menertawakannya, kan? Bahkan di saat Milly marah pun, Milly masih bisa tampak lucu di matanya.
"Kau mau jalan lagi?" tawar Ryan.
Tanpa berpikir, Milly mengangguk cepat, yang langsung disesalinya ketika ia mendengar tawa kecil Ryan.
"Sebentar lagi kita sampai. Lagipula, jika kau berjalan lagi, kau hanya akan mengeluh sepanjang jalan, jadi duduk saja di sana dengan tenang," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cintamu (End)
RomanceBagi Milly, impian adalah segalanya. Ketika berjuang demi impiannya, ia melepaskan pria yang dicintainya. Setelah lima tahun, semua itu terbayar lunas dengan kesuksesannya. Meski begitu, masa lalu Milly merupakan mimpi buruk yang masih membuatnya...