It's okay
Because you're with me
"Apa?! Tinggal di sini selama beberapa hari lagi?!" Milly benar-benar tak bisa berkata-kata ketika mendengar permintaan, tidak, perintah ayahnya.
Milly menatap Ryan dan mendapati pria itu hanya mengedikkan bahu. Tadinya Milly tidak percaya ketika Ryan yang mengatakan itu padanya, tapi kini ia semakin tidak percaya karena ayahnya benar-benar mengatakannya sendiri.
Milly bahkan belum sempat mengatakan apa pun lagi ketika ayahnya sudah menutup telepon. Milly menatap ponselnya dengan ngeri.
"Tidak ... apa maksudnya aku harus tinggal di sini selama beberapa hari lagi sampai Ayah dan Ibu menyusul?" Milly menoleh pada Ryan.
Pria itu mengedikkan bahu.
"Aku bahkan belum sempat berlibur ke Maldives, tapi kini Ayah memaksaku tinggal di sini lebih lama lagi. Apa ini masuk akal?" Suara Milly meninggi. "Apa Ayah benar-benar ingin melihatku gila di sini?!"
Ryan meringis. "Kurasa Direktur juga ingin berlibur bersama keluarganya, jadi ..."
"Lalu, kenapa kemarin tidak berangkat bersama-sama kita?!" potong Milly galak.
"Karena jika begitu, kau tidak akan ada di sini saat ini," sahut Ryan enteng.
Entah kenapa, sikap santai Ryan itu hanya membuat Milly semakin kesal. Milly menuding wajah Ryan. "Kau! Lagi-lagi kau menganggap kemarahanku ini lucu, kan?!"
Ryan menggeleng. "Di mana hal lucunya jika aku juga harus ikut terkurung di sini bersamamu?"
Milly mengerjapkan mata. "Ah, benar. Ayah juga memintamu tinggal untuk menemaniku ..."
Ryan mengangguk.
"Tapi, kenapa kau bisa sesantai ini?!" Milly kembali mengamuk hanya melihat betapa tenangnya Ryan menghadapi semua ini.
"Lalu, aku harus bagaimana? Toh aku tidak bisa menolak perintah Direktur," ucapnya.
"Setidaknya, kau harus mencoba menolaknya!" kesal Milly.
"Sudah, tapi akhirnya tetap seperti ini." Ryan masih sesantai sebelumnya.
"Apa yang kau katakan pada Ayah?" tuntut Milly.
"Kukatakan bahwa aku harus segera kembali ke kantor karena ada banyak pekerjaan yang harus kuurus setelah tertunda oleh liburan ini," sebut Ryan.
Milly mengerang frustrasi. "Harusnya kau berkata bahwa kau tidak bisa karena kau tidak mau, dan bukannya karena alasan kantor seperti itu!"
"Bagaimana mungkin aku mengatakan hal seperti itu pada Direktur?" protes Ryan.
"Karena ... ah, sudahlah!" Milly akhirnya menyerah. Berbicara dengan Ryan hanya akan membuatnya semakin emosi. "Aku akan bicara pada Om Danu tentang ini," katanya seraya meninggalkan kamar mereka untuk mencari Om Danu.
***
"Aku sudah memesan villa untuk kau dan Ryan, jadi jangan khawatir!" seru Om Danu ke arah punggung Milly yang berjalan meninggalkan restoran dengan amarah memuncak.
"Bagaimana?" Kehadiran Ryan di tangga menghentikan Milly yang hendak kembali ke kamarnya.
"Jangan bicara padaku jika kau tidak ingin kuhajar," desis Milly galak.
Ryan mengangguk, lalu menepi dan memberi jalan pada Milly. Namun, pria itu tidak meninggalkan Milly sendiri dan malah mengikutinya.
"Dan jangan ikuti aku!" kesal Milly seraya berbalik cepat. Namun kemudian, ia kehilangan keseimbangan karena tiba-tiba berbalik. Detik berikutnya, ia mendapati dirinya jatuh di pelukan Ryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cintamu (End)
RomanceBagi Milly, impian adalah segalanya. Ketika berjuang demi impiannya, ia melepaskan pria yang dicintainya. Setelah lima tahun, semua itu terbayar lunas dengan kesuksesannya. Meski begitu, masa lalu Milly merupakan mimpi buruk yang masih membuatnya...