Part I

297 84 180
                                    

Nayra memergoki Kevin, pacarnya bersama cewe lain di kelas yang sudah kosong, mereka sedang berpelukan, Nayra melihat mereka dari belakang, betapa terkejutnya ketika Nayra tahu cewe itu adalah Sonya, sahabatnya sendiri. Nayra teriak, Kevin kaget, Nayra bergegas pergi Kevin menyusulnya, berusaha menjelaskan yang terjadi, Nayra mendorong Kevin sambil menangis.

                            ~*~*~*~*~

Hari itu hujan, tidak lebat, tapi cukup membuat beberapa mahasiswa enggan pulang dulu dan menunggu hujan reda di kampus. Ada yang asyik bercengkrama, bercanda, membuat kegaduhan kecil di koridor. Tapi tidak demikian dengan Nayra. Dia sedang tenang duduk bersandar di dinding, seraya mengamati hujan, sesekali mengecek handphonenya. Nayra mendesah, beberapa kali dia coba menghubungi Kevin, pacarnya, tapi tidak diangkat-angkat.

Resah, Nayra berpikir, bukannya kalau pulang mereka harus selalu bersama-sama, bukannya hari ini mereka sudah janjian untuk pergi ke suatu tempat, makanya Nayra menungguinya, tahu Kevin keluar kelas lebih lama daripada Nayra. Kevin mengirim SMS kalau dia hari ini pulang terlambat.

Bukan sekali ini, Nayra sering menunggu Kevin. Mungkin karena jabatannya itu, ya Kevin anggota dewan mahasiswa. Kevin juga populer, baik karena prestasinya, penampilannya, pembawaanya yang ramah dan supel. Semuanya. Sama sekali berbanding terbalik dengan Nayra. Nayra itu kuper, penyendiri, pemikir, tak ada prestasi, cenderung biasa saja dalam akademis atau berpenampilan, dan tertutup, setidaknya semua itu menurut dia sendiri.

Padahal bagi sebagian besar mahasiswa yang mengenalnya, Nayra sebenarnya lumayan cantik dan menarik, hanya saja sikap-sikapnya tadi yang jadi bahan penilaian utama orang-orang. Ada lagi, menurut orang kelebihan yang Nayra miliki adalah dia kaya, ya orang tuanya penyokong dana terbesar bagi kampusnya. Beberapa dosen dan mahasiswa seangkatannya pun segan sama Nayra karena hal ini. Tapi menjadi kaya kan bukan kelebihan melainkan status.

Nayra malah merasa agak beban dengan statusnya, soalnya dia disegani karena kayanya bukan prestasinya.

.

Nayra kembali melihat jam, sudah pukul empat lewat, tapi masih belum ada tanda-tanda dari Kevin, baik penampakannya maupun suaranya dari handphone. “Ini bagaimana sih.. Kevin..? SMS ajalah kalau sibuk banget” Nayra melihat-lihat sekeliling, cukup banyak mahasiswa yang sudah pulang, padahal masih hujan, pasti mereka cape nungguin hujan yang lumayan awet itu.

.

Nayra beranjak dan mulai menyusuri koridor, tempat yang ia tuju adalah kelas Kevin. Pertama diliriknya kelas Kevin, kemudian dilihat dengan seksama, ada beberapa orang, tapi tak ada Kevin. Dia hendak bertanya ke teman kelasnya, tapi entah dia seperti agak ragu untuk bertanya, baginya, teman Kevin itu, mereka suka mau ikut campur urusan Kevin, kepo istilahnya. Kalau ada sesuatu yang terjadi sama Kevin, bak elang mereka langsung menerjang nanya-nanya Kevin ini itu, khususnya soal hubungan.

Untungnya Kevin bisa menjaga privasi, Nayra selalu mengingatkan hati-hati sama teman-temannya, akrab boleh, tapi tak semua hal harus mereka tahu terlebih soal hubungan Kevin dengannya.

Masalahnya Kevin populer sih, jadi semua orang ingin tahu, Nayra juga sebenarnya populer, kembali lagi karena statusnya. Nayra melihat beberapa kali ke dalam kelas Kevin, teman Kevin di kelas sepertinya sadar Nayra melihat-lihat dari tadi, dia menghampiri Nayra.

“Hei, loe Nayra kan? Nyari Kevin ya, dari tadi ngelongo ke kelas melulu”, teman cowo Kevin, Nayra tahu tuh cowo lumayan sering bareng Kevin, Nayra kira kayaknya dia tahu Kevin kemana. Nayra mengangguk pelan sambil memalingkan mukanya.

Gadis Yang SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang