Bunyi mesin kopi mengolah kopi, dan dentingan gelas. Aroma kopi semerbak memenuhi tempat itu. Suasana cozy pun tercipta dengan latar musik pop jazz mengalun.
"Udah mau pesan masnya?"
"Oh nanti dikit lagi tunggu temen saya."
Kian kembali mengecek jam di pergelangannya untuk beberapa kali. Jam 14.20. Janji bertemu sebenarnya dari 20 menit lalu, Kian mulai berpikir apa mungkin yang ditunggunya itu nyasar.
Kafe yang diduduki Kian ini memang susah-susah gampang mencarinya, karena jalan berkelok-kelok melewati rumah-rumah. Kian pun menelpon.
"Halo, Nayra?"
"Iya?"
"Di mana posisi kamu?"
"Aaa aku dii.. di mana sih ini? Lagi di lampu merah, di depan papan nama dokter gigi.."
"Oh berarti nanti abis lampu merah kamu belok kiri aja ya, lurus terus, ada bengkel belok kanan masuk ke gang kecil, nah kafenya di sepanjang gang."
"Oh oke."
Telepon ditutup.
15 menit kemudian.
Dari luar kaca kafe, Nayra terlihat berjalan masuk, penampilan Nyara kala itu dengan denim blue jacket padu padan dengan kemeja tanpa lengan di dalamnya. Menjinjing Tote bag. Dan rambutnya yang panjang sebahu digerai, simpel saja, tapi karena pada dasarnya cantik, tetap menarik.
Kian menyunggingkan senyuman, melihat yang dinanti telah datang.
Tanpa mencari-cari, sosok Kian sudah berdiri siap menyambut."Hei Kian apa kabar?" Mengulurkan tangannya, bersalaman, tak lupa senyum. Nayra melihat sekilas penampilan Kian yang memakai jaket kasual outwear. Tampak cool.
"Baik, Nayra gimana?"
"Baik dong."
"Susah ya nyarinya?"
"Apanya?" Nayra masih asyik melihat-lihat sekeliling kafe jadi lamban menanggapi pertanyaan Kian.
"Kafenya."
"Oh iya sih lumayan tapi yah masih Jakarta ini ha ha." Kini dia sudah duduk, tasnya ditaruh di bangku sebelah.
"Mau pesen apa? Aku pesenin ke counternya."
"Oh mmm apa ya.. yang spesial di sini aja."
"Oke aku tahu ntar ya." Dengan langkah cepat menuju counter barista berada, memang sudah haus atau tak mau membiarkan Nayra menunggu lebih lama.
10 nenit kemudian Kian membawa dua cangkir hot latte.
"Kamu udah sering ke sini?"
"Enggak juga sih, kadang-kadang aja."
"Wah anak kafe juga ya. Eh tuh semuanya pada serius sama laptopnya." Nayra dari tadi memerhatikan pengunjung kafe itu.
"Iya rata-rata mahasiswa, pekerja kantoran."
"Hmm enak banget!" Hot latte tak dibiarkan dianggurkan terlalu lama, Nayra menyicip beberapa kali.
"Syukur deh kamu suka."
"Oh iya ini.. kan kamu nagih sisa hutang kan. Tapi kamu enggak tahu persisnya berapa jadi yah menurut perhitunganku aja, tunggu." Terlihat merogoh sesuatu di tas.
"Serius berapa aja enggak masalah sih lagian saya..."
"Lagian apa? Nah inih."
Uang dalam amplop cokelat disodorkan di meja.
"Nanti aja bukanya he he."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Yang Sempurna
RomanceNayra, gadis pengidap sindrom panic attack hanya ingin bahagia, hanya ingin disayangi tanpa ada syarat apapun, itu kan hal mendasar bagi manusia, ga ada salahnya, tapi kenapa sangat susah sekali, ini yang sering ada dalam benak Nayra.