Part XI

38 9 14
                                    

Nayra di klinik kecantikan dan kali ini dia berhasil menjalani perawatan oksigen. Wajahnya berseri setelah perawatan, stres bisa dilupakannya sejenak. Keluar klinik Nayra melihat kafe di sebelah klinik, langsung dia teringat akan Kian sang pemuda baik nan ramah yang peduli padanya.

~*~*~*~*~

Hiruk-pikuk suasana kantin karyawan di mall, jam istirahat para karyawan mall ini lalu lalang di kantin, mengerubungi stand penjaja makanan. Antusias memilih makanan mana yang ingin disantap sehabis melepas lelah melayani berbagai tipe pelanggan di toko masing-masing.

Beda pemandangan di bagian pinggir sisi paling kiri barisan tempat duduk, seseorang tampak termenung, mendiamkan makanan di sampingnya persis. Kian dialah yang temenung di kantin karyawan mall, dia memikirkan pertemuan dengan ayahnya kala itu, begitu membekas. Tak diketahui Kian juga bahwa setelah pertemuan itu, mata-mata ayahnya semakin mengawasi Kian, bahkan saat ini di kantin, dari bangku berjauhan, ada dua orang. Tak lama ada dua orang juga menghampiri meja makannya.

"Eh ada si Kian nih!"

"Eh iya woy bro! Kok bengong gitu? Kenapa loe makanannya ga dimakan nih buat gue aja ya ha ha!"

"Weitss jangan donk itu kan punya dia ngaco loe!"

Kian hanya bisa tersenyum, dia mendekatkan piringnya lagi.

"Gimana bro, kerja hari ini? Cape enggak? Kalo gue cape mampus ha ha!"

"Gue juga kan gue restoran pizza ya, ada aja deh tuh mintanya noh yang beli. Yang dagingnya berapa biji, enggak pake jagung, tomat, keju tiga macem. Halah! Yah emang sih spesialisasi restoran tempat gue tuh emang bisa modifikasi sesuai keinginan pelanggan tapi kan jangan seenaknya juga donk!"

"Ya kan emang gitu restoran tempat loe, loenya aja protes! Kalo kita sih ya Kian, ya hampir setiap hari ruame deh tuh apalagi sabtu minggu pas diskon wkwk! Restoran gue eh tempat kerja gue mengutamakan kecepatan pelayanan jadi kayak ada batas waktunya gitu buat kita ngelayanin jelasin deh Kian!" Sibuk menyuapi makanan ke mulut sendiri.

Kian yang baru menyendok beberapa makanan disuruh menjelaskan, menelan suapan terakhir, memutar bola matanya jengah dan bicara. "Hmm iya gitu ha ha. Batasnya yah sekitar sepuluh menit-an. Mentok-mentok 15 menit makanan harus sudah nyampe di tangan customer."

"Wah masaknya ngebut itu berarti?"

"Ya iya wkwk! Tapi kita tuh ada pemasak canggih bisa masak cepet gitu deh! Terus juga penghangat canggih jadi jika ada sisa berlebih tinggal angetin kalo ada yang mesen lagi! Sip!" Rekan Kian menjelaskan.

"Oh gitu."

"Oh iya tarus-terus suka rame juga pas hari-hari tertentu terutama nih ya pas dia yang ngelayanin ha ha ya enggak Kian?" Menyenggol siku ke Kian.

"Maksudnya? Si Kian waiternya?"

"Jelasin deh Kian!"

Baru saja akan hendak menyuap, Kian disuruh menjelaskan lagi. Kali ini agak tak mengenakkan pernyataan barusan dari teman sejawatnya itu.

"Jelasin apa?" Mata Kian agak mendelik.

"Ya itu masa enggak ngerti sih kalo restoran tuh suka rame gara-gara siapa?"

Kian menenggak minuman tapi dia tak lanjut menjelaskan hanya respon dengan satu kata, "Au."

"Wah pura-pura dia. You-lah bro! You! Sadar diri kan loe bro."

"Oh iya ngerti-ngerti! Maksudnya si Kian nih ganteng yak ha ha! Tapi serius bro rame?"

"Wah cewe-cewe tuh biasanya eh enggak ada nyonya-nyonya juga pada nanyain dia atau enggak minta dilayanin! Eh kesannya kayak apaan aja 'dilayanin' wkwkwk!"

Gadis Yang SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang