Part II

159 63 122
                                    

Keesokannya di kampus, Nayra kuliah seperti biasa. Apa yang menimpanya tak menjadi penghalang buatnya ke kampus. Dia memutuskan untuk melupakannya, walau susah, walau dia akan bertemu dengan Kevin atau Sonya di kampus lagi, dia tidak peduli. Begitu juga status hubungannya kini, belum putus tapi sudah tak bersama lagi, Nayra sendiri tak tahu. Nayra ke kelasnya, dia duduk, di bangkunya di baris ke dua dari belakang. Jam menunjukkan pukul 8 kurang 10 menit, belum mulai pelajaran. Selang beberapa saat, Sonya masuk. Dia datang bersama temannya. Duduk di depan asyik sambil mengobrol dengan temannya, suara Sonya mengobrol cukup kencang diselingi canda tawa. Nayra melihatnya dengan wajah kesal. Apa maksudnya itu, ngobrol kencang-kencang begitu, apa dia sengaja karena tahu gw disini, gumam Nayra, jadi mungkin Sonya bercanda membicarakan dirinya. Sonya sudah bukan Sonya yang dikenalnya selama ini. Sonya tak menganggap dirinya lagi sebagai sahabat, dia sudah ada teman baru. Kalau dia memang sahabat, dia tak akan memperlakukan Nayra seperti sekarang, dan dia tak akan punya affair dengan Kevin. Sonya, gadis yang terkenal cantik di kampus. Rambutnya selalu tergerai panjang, selalu memakai make up, high heels, sehari-hari di kampus itulah penampilan Sonya. Pembawaannya yang supel membuat dia cepat mendapat teman, salah satunya teman yang datang ke kelas bersamanya sekarang. Kevin bahkan tunduk dengan pesona Sonya. Tak lama, Kevin masuk, dan duduk tak jauh dari Sonya. Nayra melihat Kevin, perasaannya jadi tak tenang. Kemudian dosen masuk.

"Yak semuanya, kita mau bikin project, siapkan kelompok anggota 3 orang ya..! Ga pake ribut." Tanpa basa-basi, dosen langsung memerintahkan semua mahasiswa membentuk kelompok. Tentu, semua murid mencari-cari teman untuk kelompoknya. Sonya memberi isyarat pada Kevin untuk berkelompok bertiga dengan teman Sonya, Kevin mengangguk, Nayra melihat mereka. Ada perasaan bergejolak dalam diri Nayra. Mayoritas murid sudah berkelompok, kecuali Nayra yang masih sendiri, tidak ada yang mengajaknya, kemudian Nayra mengacungkan tangan.

"Pak! Saya boleh sendiri saja pak untuk project ini?" seru Nayra ke Dosen di depan.

"Lho Nayra kenapa?" tanya dosen heran.

"Saya rasa lebih enak sendiri pak."

"..Oke kalo kamu merasa begitu..Kalau kamu sanggup, ya--"

"Sanggup pak," jawab Nayra yakin.

Semua murid berbisik-bisik mendengar Nayra, Sonya tersenyum licik. Kevin melihat Nayra dengan ekspresi prihatin.

Saat istirahat, Nayra di koridor, tanpa sengaja mendengar percakapan teman kelasnya.

"Eh eh tadi kenapa ya, si tuan putri sendiri aja, biasanya betiga tuh ama Kevin ama Sonya."

"Iya ya, mereka kemana-mana kan selalu betiga.."

Nayra yang mendengar percakapan itu, jadi agak kesal, dia berlalu, dan jalan dengan perasaan resah. Ya, dia ingat saat-saat mereka selalu bertiga.

Nayra tidak fokus berjalan sampai menabrak bahu mahasiswa lain. Mahasiswa itu marah, saat tahu Nayra yang menabrak, dia membiarkan dan pergi. tak lama Nayra papasan dengan Sonya.

"Bisa kita bicara sebentar, Nay?"

"..Mau bicara apa ha?" ketus Nayra.

"Jujur gw prihatin ama loe Nay, loe ga pa-pa kan?" tanyanya mengamati Nayra.

Nayra diam saja, malas menjawab.

"Anak-anak bingung kenapa kita ga bareng-bareng lagi, ya gw sih ga bisa bilang apa-apa, tapi kenyataannya seperti itu." Sonya ngomong sambil memperhatikan kuku-kukunya. Sonya memang mementingkan penampilan.

"Langsung aja loe mao ngomong apa." Nayra kesal melihat tingkah Sonya.

"Gw cuma mao bilang, diantara loe ama Kevin udah ga ada apa-apa lagi sekarang. Dan gw ama loe juga, semuanya udah over buat loe." Sonya berkata penuh penekanan, dia menyeringai.

Gadis Yang SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang