7 - Butuh perhatian kecil

468 37 3
                                    

Gumpalan awan berwarna hitam menghiasi langit pagi hari ini. Menandakan bahwa cuaca sedang buruk hari ini.

Reno menyandang tas punggungnya setelah mandi dan mengenakan seragam sekolahnya. Ia samar-samar mendengar siaran televisi yang mengabarkan prakiraan cuaca hari ini.

Cowok itu sedikit menyisir rambutnya dengan sisir. Setelah ia turun, pandangannya tertuju pada sosok perempuan yang ia panggil mama. Beliau tengah duduk santai di sofa berwarna navy yang beliau beli khusus untuk bersantai.

Ia mengampiri mamanya. "Mama nanti lembur kerjanya?" tanya Reno.

Perempuan itu menyesap teh hangat favoritnya. Memandang Reno sekejap lalu mengalihkan pandangannya ke majalah harian kesukaan mama.

"Iya," jawabnya singkat.

Reno tersenyum. "Aku berangkat dulu, ya, Ma."

Cowok itu memajukan tangannya hendak bersalaman dengan mama. Tapi, perempuan itu menepis tangan Reno, tidak membalasnya.

Ia menghela napas. Menurunkan kembali tangannya dan bergegas keluar sebelum hujan turun.

Namun, Tuhan berkata lain. Baru saja ia akan mengeluarkan motornya dari garasi, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah.

Hatinya bergetar, tatkala ia melihat adegan yang terus terjadi hampir setiap hari itu. Mama sedang mengusap kepala putra sulungnya dengan lembut. Menanyakan hal-hal yang memang sudah seharusnya di tanyakan seorang ibu kepada anaknya.

"Sarapannya udah selesai?" Mama memandan tulus Rakha.

"Udah, Ma." Rakha menyandarkan punggungnya di sebelah mama.

Mama juga mencoba melarang Rakha untuk berangkat sekolah sendiri menaiki motor. Beliau mengajak Rakha untuk berangkat menaiki mobil bersamanya. Karena sedang hujan di luar sana.

Reno mencoba bersabar. Mencoba tidak iri. Mencoba terus untuk tetap menghormati ibunya, meskipun ibunya tidak demikian. Reno mencoba untuk tegar.

Akhirnya Reno berbalik badan dan menghampiri motornya kembali. Ia mengeluarkan kunci motor dari saku dan menyalakan motor itu. Tak selang beberapa lama, Reno melajukan motornya. Cowok itu tak menghiraukan hujan deras yang kini sudah membasahi seragam dan tasnya.

Daripada harus berlama-lama menyaksikan pemandangan yang menyakitkan hatinya, lebih baik ia pergi dari tempat itu. Mengabaikan keselamatannya, Reno mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Ia berbelok ke arah perumahan yang agak dekat dengan lokasi sekolahnya. Ia bingung. Harus kemana sekarang. Seragamnya sudah basah kuyup. Rasanya tidak mungkin jika ia masuk sekolah dengan seragam ini. Pulang ke rumah lagi. Rasanya juga tidak mungkin.

Reno memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Melamun. Tak sengaja ia hampir menabrak seorang gadis yang kini berdiri di depan motornya. Jantungnya berdebar kala mendengar pekikan keras dari gadis yang hampir ia tabrak ini.

Gadis itu mengenakan seragam SMA. Sama dengannya. Ia memegang payung yang berfungsi menghalangi air hujan yang akan mengguyur badannya.

Reno tak asing dengan gadis ini. Iya. Orang yang memberi bekalnya kepada Reno kemarin. Marissa.

Gadis itu mengerjapkan matanya. Berusaha meneliti wajah Reno yang terhalangi oleh kaca helm.

Reno membuka kaca helmnya. Membuat air hujan ikut membasahi wajahnya. Terlihat gadis itu sedikit kaget, ia menutup mulutnya.

"Re-reno?" Gadis itu tergagap.

Reno hanya tersenyum menanggapi.

Gadis itu meneliti penampilan Reno yang basah kuyup dengan seragam sekolah.

RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang