13 - Kesayangan

418 35 3
                                    

Follow everywhere I go
Top over the mountains or valley low
Give you everything you've been dreaming of
Just let me in, ooh
~Lily

💦

Reno ingin berteriak.

Ia menatap sekelilingnya. Sekolah mulai sepi. Malam hampir menyapa, tapi ia tak kunjung pulang. Kenapa? Dokter Dio yang berpesan akan menjemputnya, nyatanya hingga saat ini belum menjemputnya. Dua jam ia menunggu. Uangnya habis untuk membeli makanan di kantin tadi. Ingin berjalan, tapi tempat tinggalnya sekarang berada jauh dari sekolahnya. Ingin menumpang seseorang, tapi tak ada yang ia kenal.

Reno mendengus saat ia melihat mobil yang tak asing dan seseorang yang baru saja keluar dari dalam mobil itu. Ia berdiri mendekati orang itu.

"Saya kira dokter nggak akan jemput saya," ujarnya.

Dokter Dio tertawa kecil. "Iya, saya lupa kalau saya punya anak baru."

"Lain kali, saya naik angkot aja deh, nggak usah di jemput."

Reno masuk ke dalam mobil, begitupun juga dengan dokter Dio. Dokter itu melajukan mobilnya perlahan keluar dari area sekolah.

"Tadi kenapa nggak kepikiran naik angkot?"

"Uang saya habis, tadi di palakin sama temen-temen saya, Dok."

Dokter muda itu menaikan sebelah alisnya. "Kenapa kamu nggak lawan?"

"Eh, maksut saya, bukan yang kayak preman gitu. Cuma kalau saya punya rejeki lebih, saya akan traktir teman saya."

Cowok itu menggaruk tengkuknya. Merasa tidak enak dengan dokter itu. Masalahnya, itu bukan uangnya, tapi uang dokter Dio. Dan ia menggunakannya seenak udel.Dokter Dio hanya menjawabnya dengan bergumam. Lama mereka saling terdiam. Hingga tanpa sadar, mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di pelataran Rumah Sakit swasta yang besar. 

"Kita ke Rumah Sakit dulu, saya mau tahu keadaan kamu saat ini."

Reno hanya terdiam menatap langit yang mulai memperlihatkan warna hitam pekat, tatkala ia teringat kembali bahwa tubuhnya sekarang sedang digerogoti penyakit. Jiwanya terancam.

***

Bau harum ayam madu buatan mama menghampiri inderacium Rakha. Ia tersenyum, kemudian menghampiri mamanya yang baru saja selesai memasak makan malam dan tengah menata meja makan.

"Wih, kayaknya enak nih, Ma!"

Mamanya tersenyum hangat, melihat Rakha menyukai masakannya dan mulai mengambil nasi.

"Kalo Reno ada di sini, dia pasti bakal habis tiga sampai empat piring," ujarnya di ikuti dengan tawa kecil.

Ekspresi mamanya mulai berubah. "Jangan pernah sebut dia."

Rakha berhenti menyuapkan sendok ke mulutnya dan menatap mamanya. "Emang kenapa, Ma?"

"Mama benci sama orang yang sudah mencelakai anak mama, Rakha."

"Aku harus bilang berapa kali sih, Ma? Reno itu nggak nyelakain aku. Kecelakaan itu murni karena kecerobohan aku sendiri."

RegretfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang