Semua manusia hidup di dunia ini dengan membawa nasibnya tersendiri. Jangan salahkan apa yang telah atau saat ini terjadi, karena semua itu sudah diatur oleh-Nya. Jangan menyalahkan siapapun atas apa yang kamu rasakan saat ini, Ingat ... Semua itu akan indah pada waktunya. Tetap bersyukur agar nikmat itu lebih terasa oleh diri kita sendiri
------------------------
Aku menarik Nafa menuju kelas. Aku sekarang benar benar emosi. Guru tadi pun benar benar berhasil menghancurkan moodku hari ini. Sesampai di kelas, aku membereskan semua buku buku ku dan membawa tasku. Aku ingin pulang sekarang. Masa bodo dengan pelajaran. Daripada mood ku hancur dan mengacaukan pelajaran ini jadi aku lebih baik pulang.
Tapi saat aku hendak keluar, tanganku di tahan oleh Nafa. Aku menoleh "APA ??" tanya ku dengan nada yang sangat dingin
"Lo mau kemana ? Kenapa lo bawa tas dan buku buku lo ?" tanya Nafa
"Cabut, mood gue hancur banget haru ini." timpal ku
"Gimana sama pelajaran lo ? Lo mau ketinggalan banyak pelajaran ? Lo nggak takut jika orang tua lo marah ke lo ?" tanya Nafa
"Masa bodo dengan pelajaran. Izinin gue, bilang aja kalau gue lagi ada masalah yang harus gue selesaiin." ucapku lalu melepaskan cekalan tangan Nafa dan berlalu meninggalkan Nafa.
Kini aku berada di dalam mobil. Aku tak tau lagi harus pergi kemana. Jika pulang pasti kena marah. Aku sekarang benar benar bingung. Tapi aku memutuskan untuk pergi ke suatu danau yang sangat tersembunyi. Tidak banyak orang yang tau letak danau itu, aku melajukan mobilku kesana dengan cepat sehingga melewati batas rata rata.
Di sinilah aku, di sebuah danau yang sepi dan tidak ada satupun orang berada di sini. Aku sekarang benar benar sedih. Aku meruntuki nasib ku sendiri. Aku bingung kenapa semua orang membenci diriku ? Kenapa semua orang tidak mau menerima kehadiranku ? Apa aku punya salah ? Sehingga semuanya seperti ini. Aku menangis terisak isak mengingat semua kejadian dimana semua orang benar benar membenci diriku. Aku menjerit di danau ini untuk melampiaskan kekesalanku "APA SALAH KU, KENAPA SEMUANYA MENYALAHKAN DIRIKU. APA AKU INI HANYA SEBATAS SAMPAH YANG HIDUP ? APA AKU TIDAK PANTAS BAHAGIA ? APA AKU HARUS MENGHADAPI SEMUA MASALAH ? AKU CAPEK DENGAN SEMUA INI. ANDAI TUHAN MAU MENCABUT NYAWAKU. CABUTLAH SEKARANG, AKU BENAR BENAR TIDAK INGIN HIDUP DI DUNIA INI. AKU TERSIKSA .. AARRGHHHHH ..."
Aku menangis sejadi jadinya. Tapi saat itu juga ada yang menepuk pundakku dari belakang. Dengan spontan aku langsung membalikkan badan. Aku sungguh terkejut ketika ternyata guru yang tak di ketahui namanya sekarang berada tepat di depan ku.
Aku buru buru menghapus airmataku. Tapi ternyata sudah terlambat, guru itu sudah melihat airmataku.
"Kamu kenapa ? Kamu kenapa bolos jam pelajaran ? Kamu kesel ke saya karena saya sudah memberikan hukuman kepadamu ?" tanya guru yang tak ku kenali namanya
"Bukan gitu pak, saya ingin menyendiri aja dulu. Mood saya ancur mulai dari tadi pagi. Jika mood saya ancur maka jangan salahkan saya kalau saya bakal ngehancurin kelas itu. Jadi daripada saya ngehancurin lebih baik saya pergi dari sana." jelasku sambil mengusap air mataku yang masih ada.
"Tapi kenapa kamu berteriak seperti tadi ? Kamu ada masalah ?" tanya guruku lagi
"Tidak pak, saya cuma lagi dalam mode emosi." jawabku sambil menunduk
"Saya boleh ngomong sesuatu ke kamu ?" ucap guruku
"Boleh pak, tapi ngomong ngomong nama bapak siapa ?" tanya ku penasaran
"Kita cari tempat duduk lalu saya akan jelaskan semuanya." ucap guru itu lalu meninggalkanku yang masih berdiri mematung.
Guru itu sudah menemukan tempat duduk dan dia melambaikan tangan kepada saya sebagai isyarat CEPAT KESINI. aku buru buru ke sana, tidak enak kalau membuat sang guru menunggu.
Aku duduk di samping dia. Setelah itu, dia menjelaskan semuanya "nama saya Achmad Maliji. Kamu bisa panggil saya pak Maliji. Saya mengajar di sana karena saya menggantikan bu Rina guru matematika. Bu Rina lagi sakit kanker otak dan dia butuh perawatan khusus. Usia saya masih terbilang muda karena masih berumur 21 tahun." jelas dia panjang lebar
Aku sangat terkejut ketika mendengar kabar kalau Bu Rina sedang mengalami kanker otak "bapak yakin Bu Rina menderita kanker otak ?" tanya ku tak percaya
Dia hanya mengangguk saja. Aku sekarang sungguh sedih mendengar kabar ini. Tapi tiba tiba dia bicara "kamu ingin meninggal dunia ? Kamu berdoa agar tuhan mencabut nyawamu secepatnya ?" tanya pak maliji
Aku diam, aku tidak bisa menjawab pertanyaan dari pak maliji. Sebenarnya aku masih ingin hidup tapi jika memang kenyataannya seperti itu mungkin aku memilih meninggal
"Kenapa kamu diam ? Kamu tidak bisa menjawabnya ? Sudah ku duga." ujar pak maliji lagi
Aku masih diam membisu. Aku sekarang sangat kalut. Tapi pak maliji tiba tiba berbicara lagi "kamu tau, semua orang yang ingin hidup di dunia ini. Bahkan yang menderita penyakit penyakit yang mengancam nyawanya, mereka terus berjuang agar mereka bisa pulih dan kembali normal. Tapi sekarang apa yang kamu lakukan ? Kamu ingin supaya tuhan mencabut nyawamu ? Kamu yakin dengan doamu itu ? Apakah kamu tidak memikirkan bagaimana nasib orang tuamu jika kamu meninggalkaan mereka untuk selamanya ? Gimana nasib teman temanmu yang sudah terlanjur sayang kepadamu ? Apa kamu memikirkan perasaan mereka ? Apa kamu tau kesedihan mereka saat kamu meninggalkan mereka semua ?" nasehat pak maliji kepadaku.
Aku menangis sejadi jadinya sekarang. Aku berdiri dan membelakangi pak Maliji "di dunia ini tidak ada seorangpun yang menyayangiku. Mereka hanya menganggapku seperti sampah yang tidak berguna lagi. Keluargaku malah tidak pernah memperhatikan aku sama sekali. Mereka membiarkanku dan mereka selalu mengejek ku yang tidak tidak. Aku lelah dengan semua ini pak, ujian ini terlalu berat untukku." jawab ku sambil memunggungi pak Maliji
Tiba tiba aku kaget, karena ada yang menepuk pundakku dari belakang. Aku yakin jika itu adalah Pak Maliji.
"Tidak ada orang tua yang tidak sayang kepada anaknya sendiri. Mereka sayang kepada semuanya tapi hanya saja mereka menunjukkan rasa kasih sayang yang berbeda kepadamu. Mungkin kamu anak yang mereka sayangi, tapi mereka tidak mau menunjukkan sikap itu karena menurut mereka itu tidak adil." jelas pak Maliji yang tiba tiba sudah berada di sampingku.

KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE LOVE
Fiksi RemajaMenunggu itu perih, kau tak akan tau apa yang akan terjadi dengan apa yang kau tunggu. Dan, cinta itu misteri. Hari ini kau bisa bahagia dengan kata cinta. Namun, mungkin esok kau akan menangis dengan itu.