2

3.2K 182 5
                                    



"Rei, ada apa ? Kenapa melamun lagi ?"
Tanya seseorang yang melihat Rei hanya diam menatap makanan di depannya. Orang itu tampak khawatir.
"Rei sakit ?"
sambungnya melihat Rei tidak merespon.
"Apa masakanku tidak enak ?"
Tanya nya lagi dengan wajah sedih.
"Aku tidak lapar."
Jawab Rei kemudian berlalu pergi meninggalkan orang itu sendiri. pria tersebut terlihat sedih dan sakit, tapi dia tidak bisa berkata apa-apa.
Diapun membersihkan semua masakannya dengan membuangnya ke tong sampah.
Dia kembali ke kamarnya setelah membersihkan dapurnya dan keluar sambil membawa sebuah tas, dia kembali melihat Rei, kekasih tercintanya kembali melamun dengan tv yang menyala di depannya, tetapi hati dan pikirannya tidak ada di sana. Orang itu kembali menghela napas panjang.


"Apa aku tidak bisa Rei ??"
Tanyanya kemudian berlalu pergi tanpa berpamitan dengan Rei. Karena dia tahu pasti tidak ada respon dari Rei. Rei tetap terdiam di sana, dia tahu kalau orang itu telah pergi tetapi dia enggan untuk membalikkan badannya dan enggan mengatakan


"Selamat jalan" Atau "Hati-hati dijalan" Atau " Jangan pulang telat ya"
Dia tidak mengatakannnya dan mulutnya terkunci rapat.

_______

"Rei, aku pulang."
ucap Kyo melepas sepatunya


Tap Tap Tap
Terdengar langkah kaki yang mengarah ke arahnya belum sempat dia berdiri tegak sebuah beban telah mendarat di tubuhnya dan menggantung di sana dan sedikit mengacaukan keseimbangannya tetapi dia bisa menahan berat tersebut.


"Selamat datang Kyo!"
Ucapnya senang memeluk Kyo erat.
"Rei, sudah berapa kali kukatakan, ini sangat berbahaya. Bagaimana kalau tadi aku belum siap dan kita akan terjatuh ke lantai?!"
"Kyo akan selalu siap. Aku percaya dengan Kyo!"
Jawabnya senang. kyo tidak bisa berkata apa-apa hanya senyum yang bisa dia tunjukkan sekarang.

"Rei, ini sudah larut malam, kenapa belum tidur ?"
Tanya Kyo duduk di sofa sambil menarik napas panjang karena lelah, dilihatnya jam menunjukkan jam 2 pagi. Rei datang dan duduk di pangkuannya.
"Rei tidak bisa tidur tanpa Kyo."
"Maaf. Maaf. Banyak kerjaan dikantor jadi harus diselesaikan semuanya. Bagaimana ? Apa kita bisa tidur sekarang ?"
"Iya."
kyo mengemut bibir Rei sebeum berpindah ke kamar mereka.

_______

"Aku pulang.."
ucapnya lesu dan lelah, dia tertawa karena mengatakan hal tersebut. Karena dia berharap seseorang menyambutnya, tapi...


Hening..
sesuai dugaannya dia tidak akan mendapatkan sambutan apapun. Dia berjalan masuk apartemennya dan melihat jam tangannya menunjukkan pukul 11 malam, dia pun menghela napas.
"Rei pasti sudah tidur."
Gumamnya menatap pintu kamar yang terkunci rapat. Dia pun duduk di sofa masih terasa hangat.
"Apa Rei tadi di sini ?"
Pikirnya menyentuh sofa tersebut. Dia tersenyum pahit lagi.
Dia bahkan tidak mau mengucapkan walau dia baru saja pergi.
"Apa kau segitu membenciku Rei ?"
Tanyanya menghempaskan tubuhnya ke sofa.


Dia ingat Rei yang melamun di sini, dia tahu apa yang dipikirkan Rei, tetapi dia tidak marah ataupun merasa kesal padanya. Yang dia rasakan adalah kesendirian dan kesedihan, tanpa dia sadari air mata mulai menetes dari mata lelah nya. Dia menutup kedua matanya dengan lengannya, tetap saja air matanya tidak juga berhenti.


"Apa aku tetap tidak bisa Rei ?"
Isaknya tanpa suara.
"Apa yang harus kulakukan agar Rei bisa menerimaku ?"
Tanyanya lagi setelah terdiam beberapa saat


Tik Tok Tik Tok

Hanya terdengar suara detakan jam dinding yang menggema di ruangan tersebut karena sepi. Di malam yang dingin dia pun terlelap di sofa setelah lelah menangis.
Rei berdiri dibalik pintu kamarnya menatap kosong sofa di depannya yang membelakanginya, dia meninggalkan tempatnya setelah mendengar seseorang masuk, dia menutup pintu kamarnya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur.


"Maaf.."
Ucapnya mulai meneteskan air mata.

Dia kembali terbangun setelah tidur beberapa saat. Dia mendapati dirinya masih dengan setelan jas dan tasnya tergeletak di lantai dengan barang-barang di dalamnya berserakan keluar. Kembali dia memandang pintu kamar Rei dan berpaling memunguti barang-barangnya berserakan di lantai dan memasukkan ke dalam tas kerjanya.

Tetapi tangannya terhenti setelah matanya menangkap sebuah kotak persegi kecil yang terbalik dengan pita yang terikat rapi di sana. Dia mengambilnya dan membuka kotak pesegi itu. Berkilau, berkilau karena cahaya lampu. Cincin emas putih itu berkilau dengan indahnya dengan sebuah berlian mungil kecil tertanam pada cincin tersebut. Dia menatapnya sambil tersenyum pahit.


"Happy Birthday, Rei."
Ucapnya masih dengan senyuman pahit.
Dia membayangi suatu hari Rei akan menerima cincinnya dan dipakaikan olehnya ke jari manisnya, kemudian Rei akan tersenyum sambil mengatakan


"Terima Kasih"
Tetapi bayangan itu harus dihapusnya karena tidak mungkin Rei akan tersenyum padanya seperti itu, dia membuang jauh-jauh bayangannya barusan dan kembali mengemasi barang-barang yang sempat terhenti karena kotak kecil itu.

Dia bangkit dengan lunglai dan berjalan masuk kamarnya kemudian lagi-lagi dia melemparkan tas tersebut hingga isinya berhamburan, tapi dia tidak peduli lagi. Dia membuka bajunya dan menghidupi air shower, dia membiarkan air dingin membasahi tubuh telanjangnya. Dia tidak bergeming, dia hanya diam diri di bawah siraman air dingin. Tubuhnya mulai menggigil tetapi dia tetap tidak bergeming. Tubuhnya juga mulai membeku, tapi tetap dia tidak bergeming.
Rei mendengar suara air shower dari kamar sebelahnya. Dia terdiam dan terjaga semalaman mendengar air shower itu yang berhenti pada jam 4 pagi dan kemudian hening. Tidak ada lagi suara dari sebelah. Dia pun tidak berniat tidur lagi. Dia kembali sibuk dengan pikirannya.

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang