9

1.3K 108 4
                                    



Rei bercermin memandang bayangan nya sendiri dan menyentuh bekas luka di bagian rusuk kanannya. Walau luka itu secara fisik sudah sembuh, tapi bagi Rei luka itu belum sembuh dan masih terasa sakit jika dia memandangnya.
"Kyo.."
Isaknya.
"Kyo! Kenapa kyo pergi tanpa kata-kata ? kenapa ? Kenapa Kyo membuat Rei sangat menderita dan sakit?! Sudah 2 tahun lamanya kita tidak bertemu, tapi Rei merasa Kyo ada di sini, bersama-sama dengan Rei. Menemani Rei. Dan karena kyo Rei menyakitinya. Rei menyakitinya kyo!"
Ucap Rei di depan cermin wastafel. Dia melihat wajah senyum Kyo dicermin dia pun menyentuhnya tetapi wajah itu telah menghilang dan digantikan seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. Rei menatap wajah sedih dan tersakiti itu dari balik cermin.


"Apa aku tidak bisa menggantikannya Rei ?"
Tanyanya lirih, Rei hanya diam.
"Jika Rei tidak bisa melupakannya, kenapa tidak Rei mencoba memikirkanku? Mencintaiku ? Dia hanya masa lalu Rei. Dan aku adalah masa depan.. Tidakkah kau memikirkan perasaanku sedikit saja?"
Sambungnya. Membuat Rei tertegun.


"Aku sangat mencintai Rei! Aku ingin hidup bahagia bersama Rei! Aku ingin menjadi seseorang yang berguna untuk Rei, melindungi Rei dari bahaya dan sakit! Aku ingin diperhatikan sedikit saja oleh Rei. Pernahkan Rei memikirkanku walau hanya sedetik saja ? Sedetik saja sudah sangat berarti bagiku."
ucapnya lirih dan memandang ke bawah kakinya, Rei tidak bersuara sedikitpun.


"Kita sudah menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya dan tidak sekalipun Rei memikirkanku, memikirkan perasaanku.. Waktu itu aku sangat bahagia mendapat perhatian Rei, Rei merawatku dan peduli padaku. Kupikir Rei sudah membukakan hatinya untukku, ternyata dugaanku salah. Rei tetap lah Rei yang terjebak dalam masa lalu dengan orang itu. Aku tidak pernah bertemu dengannya, tidak pernah mendengar suaranya, tidak tahu rupanya. Tapi yang kutahu dia sangat beruntung karena Rei tetap mencintainya walau dia sudah tiada. Aku benar-benar cemburu dengannya, cemburu karena dicintai sepenuh hati oleh Rei. Apa akunya yang bodoh ? Mencoba merebut hatimu darinya ? Iya.. aku benar-benar orang yang paling bodoh! Ironis sekali..."
ucapnya tertawa pahit memikirkan kebodohannya. Dia terdiam sejenak kemudian melanjutkan lagi


"Mulai sekarang kau bebas Rei. Anggap saja hubungan kita hanya sebatas teman serumah. Dengan begitu Rei bisa memikirkannya dan melupakanku. Terbayang-bayanglah dengan masa lalu mu Rei.."
Ucapnya terhenti lagi.


"Walau begitu aku akan tetap mencintaimu.. Bersamamu sangat berarti bagiku.."
sambungnya sambil memaksakan senyuman hangat.
Rei benar-benar terhanyut dengan nya.


"Selamat tinggal, Rei."
Ucapnya kemudian dan dia pun menghilang dari balik pintu tanpa membalikkan tubuhnya lagi, karena jika dia berbalik dia tidak akan bisa melepaskan Rei, tidak akan bisa melupakannya. Tidak akan bisa.
Dia pun meneteskan air mata dan berjalan pergi dari apartemen. Dia tidak akan kembali lagi. Dia tidak mau bertemu dengan Rei lagi.


Karena cinta, dia menderita~
Karena cinta, dia tersakiti~

Dia terlalu mencintainya, hingga terlalu sakit untuk mencintai seseorang itu. Dia menangis dalam mobilnya,
"Kenapa cinta begitu rumit.."
Ucapnya kemudian melajukan mobilnya meninggalkan parkiran apartemennya.

Rei masih terdiam dalam kamar mandi dan cermin di depannya. Tidak sekalipun dia berbalik atau menahan kepergiannya.
Dia sedang mencerna semua perkataanya barusan. Dia sudah menyakitinya, membuatnya menderita dalam ketergantungan. Menyakitinya bukan hanya sebulan atau dua bulan, melainkan 2 tahun.
Dia menyakiti seseorang yang tulus mencintainya, menerima semua masa lalu dan lagi dia tahu bahwa dia tidak akan mendapat balasannya. Tetap dia mencintainya dengan tulus.


"Benar-benar bodoh!"
Dia benar-benar egois, egois hanya memikirkan masa lalu nya dengan Kyo yang jelas-jelas hanya bayangan masa lalunya dan tidak akan kembali lagi. Dan sekarang dia bertemu seseorang yang tidak memperdulikan masa lalunya tetap mencintainya, bahkan mengorbankan perasaannya hanya untuk dirinya, untuk kepentingan tidak bergunanya.
Rei akhirnya tersadar dengan perasaanya saat ini.
Sebenarnya dia memikirkannya, tetapi perasaannya pada kyo terlalu besar sehingga dia melupakan hal kecil itu.
Rei akhirnya benar-benar sadar, dia pun berlari keluar mencoba mencarinya. Kali ini nama yang dia sebutkan sudah berbeda bukan "Kyo" lagi melainkan "Yuya".
Dia terus mencari Yuya di sekitar apartemen. Kemudian pencariannya terhenti karena suara telepon, dia segera mengangkatnya.
"Halo Yuya!"
ucap Rei langsung tanpa tahu siapa peneleponnya.
"Maaf, ini benar keluarga saudara Yuya Kazegawa ?"
Tanya seseorang diseberang telepon.
"Iya. Ini dengan siapa ?"
Tanyanya merasa kan firasat buruk.
"Kami dari pihak kepolisian hendak mengabarkan bahwa saudara yuya mengalami kecelakaan. Dan dia telah di bawa ke rumah sakit...."
Rei tidak lagi mendengarkan kelanjutan pembicaraan polisi. Dia berlari keluar secepat kilat setelah mendengar nama rumah sakitnya. Dia menghentikan sebuah taksi dengan tubuhnya sendiri dan segera masuk ke dalam taksi yang di dalamnya ada orang lain. Penumpang itu tidak bertanya, tapi sang sopir yang marah.


"Ini darurat. Segera antarkan aku ke rumah sakit. Kumohon!"
mohon Rei pada sang sopir, sang sopir tidak mau mendengarkannya dan mengusirnya keluar. Tetapi penumpang satunya menyuruh sopir untuk membawanya ke rumah sakit, dan sang sopir menyetujuinya. Rei berterima kasih padanya.

Hal yang sama terjadi lagi untuk kedua kalinya. Mungkin untuk kedua kalinya dia akan kehilangan orang berharganya itu, dia akan kehilangan seseorang yang tulus mencintainya yang entah akan dia dapatkan lagi atau tidak. Dia tidak mau kehilangannya lagi. Tidak mau.


Dia berlari keluar taksi sambil memanggil nama "Yuya"
Kemudian terbayang-bayanglah dimatanya senyum Yuya yang hangat padanya yang selalu dia acuhkan, menemaninya makan tapi dia tidak mempedulikannnya, memasakkan makanan enak untuknya tetapi tidak dia pedulikan. Wajah sakit dan menderitanya. Semua bayangan Yuya bermunculan. Semua tentang Yuya, bukan tentang Kyo lagi, semuanya tentang Yuya Kazegawa. Pria yang tinggal bersama nya selama 2 tahun setelah kepergian Kyo, pria yang mencintainya dan menyanyanginya seperti Kyo mencintainya. Dia tidak mau kehilangannya lagi.
"Benar-benar bodoh!"

"Maaf! Yuya kazegawa ada di ruangan mana ?"
Tanya Rei setelah masuk dalam rumah sakit.
"Ruang no 108"
Jawab sang resepsionis. Tanpa berterima kasih Rei mulai berlari dilorong rumah sakit mencari no ruang 108.


"Yuya. Kumohon. Kumohon jangan tinggalkanku!"
Doanya selama perjalanan ke ruang 108.
Dan akhirnya dia temukan, tanpa keraguan dia mendorong pintunya ke samping dengan kuat dan cepat hingga menghasilkan bunyi yang keras membuat yang di dalamnya kaget.


SREKKKK
"Haaa... Haaaa... Haaa..."
Rei mengambil napasnya yang hampir habis. Dan berjalan masuk ke dalam ruangan itu dan terlihat Yuya dengan wajah kagetnya dengan luka lebam di wajah, perban di atas kepala dan tangannya yang tergantung di depan dada.
"Re..Rei..?"
Panggilnya kaget. Rei tidak lagi bisa menyembunyikan rasa leganya, yang mendengar Yuya memanggil namanya. Bukan mayat dingin dan penuh jahitan lagi yang dia temui. Dia pun menangis histeris.
"Huwaaaa.... Hicc... Hicc... syukurlah.. syukurlah.. Syukurlah..."
Tangisnya. Yuya tersenyum senang.


"Rei.. Berhenti menangis. Maaf membuatmu khawatir."
Ucapnya sambil tersenyum mencoba menenangkan Rei yang menangis keras.
Yuya merasa sangat bahagia saat ini walau tubuhnya terasa sakit, semua rasa sakitnya hilang ketika melihat Rei menangis di depannya. Rei memeluknya dengan erat.
"Yuya! Jangan pernah tinggalkan Rei! Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Rei!"
Isaknya dalam pelukan Yuya.
"Yaa.."
Balas Yuya bahagia.
"Maafkan Rei, maafkan Rei yang sudah menyakiti Yuya. Maafkan semua kesalahan Rei, Yuya. Rei akan memperbaiki semuanya. Rei janji. Tapi jangan tinggalkan Rei, Yuya."
Sambungnya lagi.

Yuya hanya bisa tertawa kecil mendengar perkataan Rei, dia akan mencoba menerima Rei kembali. Dia juga tidak bisa hidup tanpanya. Karena dia terlalu mencintainya.
"Kupikir Rei akan melihat tubuh dingin Yuya. Rei sangat takut sekali, mendengarmu memanggilku tadi rasanya duniaku berubah. Jangan pernah tinggalkanku. Jangan pernah membuatku ketakutan seperti itu lagi, Yuya."
"Iya. Aku janji Rei. Tidak akan membuatmu panik seperti itu."
ucapnya tertawa.
"Rei, dimana sendalmu ? Dan lihat bajumu."
Ucap yuya yang melihat Rei telanjang kaki dan baju kemejanya tidak dikancing setengah.
Rei melepas pelukannya dan melihat dirinya sendiri. Karena terlalu panik dia tidak lagi mempedulikan hal kecil itu, dia tersenyum malu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan menggosok-gosokkan kakinya yang kotor. Yuya kembali menarik Rei dalam pelukannya.
"Terima kasih Rei."
ucapnya benar-benar bahagia.
"Seharusnya itu kata-kataku Yuya. Terima kasih untuk semuanya.."
"Iyaa.."

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang