7

1.3K 108 1
                                    




Dia pun merasakan tubuhnya panas dan dia tidak bertenaga. Dilihatnya jam menunjukkan pukul 3 pagi. Dia memaksakan tubuhnya bangkit dari kasur dan berjalan ke arah dapur mencari air dingin untuk mendinginkan panas tubuhnya. Kepalanya terasa sakit, tubuhnya bahkan tidak bertenaga dan tangannya yang berdenyut sakit. Karena lelah dia tidak lagi mempedulikan tangannya yang terluka dan segera ke kasurnya untuk istirahat.

Dia tidak tahu kenapa keadaan jadi begini. Pandangannya sedikit buram, gelas yang di pegangpun akhirnya jatuh ke lantai. Hanya seteguk air yang dia dapat tapi karena tangannya yang sakit dan tidak bertenaga, akhirnya hancurlah gelas tersebut. Dia menyeret kakinya yang berat seperti menarik beban berat sambil menyentuh dinding agar bisa menopangnya tidak jatuh ke lantai sebelum tiba ke kamarnya.


"Akan ku bersihkan nanti.. Haa.. Haaa.."
Ucapnya meninggalkan dapur dengan pecahan gelas dimana-mana. Langkah nya pun terhenti karena seseorang berdiri tidak jauh darinya. Walau pandanganya sedikit buram tapi dia tahu siapa yang ada di depannya.


"Rei. Maaf aku membangunkanmu. Nanti akan kubersihkan."
Ucapnya kembali menyeret kakinya, pandangannya semakin buram tenaga nya seperti tersedot oleh sesuatu magnet yang besar membuatnya lemah dan tak bertenaga. Rei berjalan menghampirinya disaat itu juga tubuhnya mendapat beban yang berat dan membuat keduanya terjatuh ke lantai dengan keras.


BRUKKK
Dia mencoba mengangkat tubuhnya menjauh dari Rei, tapi dia tidak punya tenaga untuk melakukannya.
"Haa.. Haaa... Maaf Rei.. Maaf...."
Ucapnya sebelum dia kehilangan kesadaran.

Rei terdiam sejenak menahan berat tubuhnya yang lebih berat darinya, dia pun sedikit mendorong tubuhnya dan menggeser keluar hingga dia pun bebas. Rei memperhatikannya sejenak sebelum membopongnya ke kamar.
Rei menyelimutinya kemudian berjalan pergi.
Dia membersihkan pecahan gelas di dapur dan kembali ke kamar sambil membawa baskom berisi air dingin beserta kain kering dan obat masuk angin.
Rei mulai mengkompresnya dan berpikir sedikit, mungkin karena kemarin dia mandi terlalu lama makanya dia sakit.
Setelah beberapa saat dia membuka matanya dan melihat Rei.
"Rei.."
Panggilnya dengan suara serak
"Mau minum ?"
Tanya Rei dan mendapat anggukan lemah darinya. Rei memberikan air putih beserta obat masuk anginnya. Setelah beberapa saat dia kembali tertidur lagi, Rei pun kembali mengkompres nya hingga demamnya sedikit turun.


Rei melihat tangannya yang terluka dan noda darah yang sudah mengering di tangannya. Rei menyentuhnya.
"Maaf. Karena sudah melukaimu."
Ucapnya lirih dan menatap orang itu yang tertidur lelap.
Kata yang diucapkan Rei mengandung arti . Bukan karena luka di tangannya, melainkan hal lain yang Rei maksud entah apa itu.

Dia pun terbangun pada siang harinya. Dia terlihat bahagia mengingat semalam Rei merawatnya, memperhatikannya. Dia merasa bersyukur karena sudah sakit. Dia kembali tersenyum melihat tangannya yang dibalut perban. Kemudian pintu kamarnya terbuka dan berdiri Rei sambil membawa nampan berisi makanan dan air. Dia segera menyembunyikan tangannya ke bawah selimut dan tersenyum hangat pada Rei.
"Rei.."
Panggilnya melihat Rei mendekatinya, dia meletakkan nampan itu ke meja lampu tidur dan duduk di samping kasur nya.


"Maaf merepotkanmu, Rei."
Ucapnya malu-malu.
"Tidak apa-apa."
Balas Rei mengambil mangkuk berisi bubur buatannya. Buburnya terlihat lezat dan hangat. Dia mencoba menyuapi nya tapi dia menolak.
"Aku bisa sendiri Rei."
Ucapnya gugup dan malu.
"Tidak apa-apa. Lagipula tanganmu terluka karena melindungiku. Jadi aku harus membalasnya."
ucapnya menyendok sesuap bubur dan disodorkan ke mulut nya, dengan ragu dia membuka mulutnya dan melahap bubur tersebut. Disaat itu juga dia ingin memuntahkan bubur tersebut karena rasanya terlalu asin. Tetapi untuk menghargai Rei dia pun tidak complain dan memakannya seperti tidak ada apa-apa dan terlihat menikmatinya.
"Kau tidak perlu memaksa makan buburku, aku tahu buburnya terlalu asin kan ?"
Tanya Rei membuat nya tertegun. Apa wajahnya menunjukkan wajah tidak suka pada bubur Rei ? pikirnya.
Dia tidak mengatakan apa-apa dan tersenyum malu.


"Rei tidak bisa memasak, karena setiap hari ada yang memasakkan untukku. Jadi maaf jika buburnya tidak enak."
sambungnya.
"Aku tidak bisa menyia-nyiakan masakan orang yang kucintai, karena aku tahu dia sudah berusaha untuk membuatkannya untukku. Walau itu akan meracuniku, aku akan tetap memakan masakan Rei sampai habis."
Jawabnya sambil tersenyum malu.
"Maka kau akan mati bila masakan ku beracun."
Balas rei yang terlihat senang melihat seseorang menghargai masakannya.


"Kalau begitu Rei yang akan menyelamatkanku lagi dengan obat penawarnya seperti di film Romeo dan Juliet."
Ucapnya sedikit ragu, apa benar kisahnya begitu pikirnya?


"Romeo dan Juliet ? Film itu berbeda, memang ada racunnya tapi ending dari kisah mereka adalah Kematian."
Jawab Rei sambil mengingat film yang pernah dia tonton.
Sebenarnya dia tidak pernah menonton tv apalagi film romantis begitu. Terlihat jelas dia tidak tahu jalan cerita di film Romeo dan Juliet, dia hanya mendengar nya dari rekan kerjanya itu pun Cuma sekilas. Dia tertawa malu.
"Begitu ya akhir ceritanya. Kalau yang tentang racun apa lagi ? yang happy ending?"

Tanyanya pada Rei karena tidak tahu film.
"Mm.. Mungkin Snow White. Kisahnya tentang ibu tiri Snow White meracuninya karena cemburu akan kecantikan Snow White. Kemudian Snow White pun meninggal lalu seorang pangeran muncul dan mematahkan sihir ibu tirinya dengan ciuman cinta sejati mereka. Akhirnya Snow White hidup dan mereka pun hidup bahagia."
Cerita Rei sambil berpikir.


"Kalau begitu seperti di film Snow White, Rei akan menciumku dan menghidupkanku lagi."
Ucapnya dengan nada sedikit bercanda.
Rei terdiam sejenak menatap orang di depannya yang tertawa kecil. Tiba-tiba Rei mendekatkan wajahnya ke wajah orang di depannya membuatnya sedikit kaget.
Mata mereka saling bertemu dan dapat melihat bayangan masing-masing dari mata bening tersebut.
"Re.. Rei ?"
Panggilnya melihat Rei tidak bereaksi dan hanya diam.
"Maaf,"
Ucapnya kemudian berlalu pergi dan menghilang dari balik pintu.
Sekilas tadi dia merasa Rei akan menciumnya dan dia sangat mengharapkannya tetapi dugaannya salah, dia terlihat kecewa dan tertawa samar.
"Tidak mungkin Rei.."
Ucapnya terhenti.
Rei berdiri di balik pintu kamarnya, dia seperti berpikir sesuatu dan kembali pada kamarnya.

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang