(Morning Star - Song by Babysoul, Kei, Jin)
Setelah jadwal pemotretan dan syuting iklan itu, mereka pulang ke apartemen Daniel dengan taksi dan ingin makan malam serta beristirahat―atau setidaknya itulah yang ingin dilakukan Daniel.
Taksi itu dipenuhi uap dingin dari air conditioner. Tidak heran Daniel selalu menggigil kedinginan.
Dolyi tampak mengigau di pundak Daniel. Bayi itu mengatakan sesuatu yang panjang dan sesekali tersentak hingga bergerak.
Jean tertidur di sebelahnya dan kepalanya terantuk jendela mobil yang keras itu. Daniel merangkul dan memidahkan kepala gadis tersebut ke dekapannya.
Daniel cemas memikirkan Jean dan Dolyi yang kedinginan, mungkin saja sedikit pelukan dapat menurunkan resiko hipotermia. Dengan pelan dia memeluk Jean dan anak itu memeluknya kembali, sangat erat.
Daniel terdiam selama beberapa menit. Perasaan hangat menjalari tubuhnya. Dia mendekat ke puncak kepala Jean, mengecupnya dan kemudian terlonjak.
Dia tak yakin pernah melakukan hal itu sebelumnya, seperti ada dorongan untuk melakukannya dan dapat mencium bau rambut Jean yang wangi shampo.
Tak salah lagi: jiwa kebapakan sudah mulai menguasai tubuh Daniel.
Daniel adalah seorang ayah.
Senyuman terbit di bibir Jean.
Kemudian, Daniel akhirnya ikut tertidur bersama mereka.
"Pak, Anda sudah sampai di tempat tujuan." Supir taksi membangunkan mereka.
Daniel terbangun saat mendengar suara supir taksi, di depan gedung apartemennya dan membangunkan Jean juga. "Jean, sudah sampai."
Daniel dan Jean terhuyung-huyung keluar mobil menuju pintu depan setelah membayar ongkos dan disambut resepsionis. "Selamat sore, Tuan Daniel," sapanya, "Anda sepertinya sangat lelah."
"Ya." Daniel mengusap matanya. "Hari ini jadwal di studio ditambah dua jam."
Daniel menggandeng tangan Jean karena anak itu terhuyung masuk ke lift sambil sedikit ketiduran. Daniel menggendong Dolyi sambil menahan pegal di pundak kirinya.
Daniel menekan sandi apartemennya, lalu masuk bersama Jean, meletakkan Dolyi pelan di atas tempat tidurnya.
"Hei, apa kau punya jelly? Aku mau makan jelly," kata Jean, saat pergi menuju dapur.
"Tidak. Ini malam selasa. Hari ini kita akan makan salad," kata Daniel.
"Apa?" keluh Jean, merengut kecewa. "Tapi aku anak-anak, dan anak-anak suka jelly."
Daniel membuka laci dan menyiapkan mangkuk ke atas meja makan. "Aku jarang makan jelly sejak gigiku bermasalah."
"Oh, apa itu alasan kau tak begitu sering tersenyum lagi?" tanya Jean. "Dan hanya melakukannya saat di depan kamera?"
Daniel yang sedang mencampurkan sayuran dalam wadah berhenti. Dia menghela napas bagaikan sedang menghadapi sesuatu yang buruk. Dia mencampurkan mayonaise, kental manis, dan air jeruk nipis dengan jemarinya tanpa menjawab apa-apa, hingga dua mangkuk salad sudah siap untuk dihidangkan.
Daniel berusaha sangat keras menutupi kebenaran bahwa dia memang kesepian. Peter dan Rooney bukanlah teman kencan yang cocok. Belum pernah dia merasa hangat lagi saat Jean memeluknya tadi, atau merasa cemas kalau Dolyi kemungkinan dapat demam.
Daniel memakan saladnya dengan lahap. Jean langsung terkejut karena salad di mangkuk itu sangat banyak. "Dengar, lebih baik kau makan sebelum jam tidur."
"Tapi ini banyak sekali," kata Jean.
Daniel kembali berkata, "Cepat, makanlah."
Jean menatap Daniel, bergeming memerhatikan wajah ayahnya―dan Daniel menyadarinya. Jean menunjuk sisi bibirnya. "Kau punya sedikit ... ada sesuatu di sana."
"Apa?" kata Daniel, setelah meneguk segelas air putih.
Jean mengusap mayonaise di sudut bibir Daniel dengan ibu jarinya hingga hilang. Daniel hanya bisa membeku karenanya.
"Aku akan pergi mencuci piring. Kau bisa makan," Daniel tersadar dari lamunannya dan kelihatan sedikit canggung "dan menyelesaikannya."
Jean sudah mennyelesaikan makannya, setelah ganti baju dan duduk di atas tempat tidur kamar tamu. "Apa kau tak menceritakan dongeng pengantar tidur?" kata Jean, memelas.
"Dongeng pengantar tidur?" sahut Daniel, sekilas memikirkan sesuatu. "Oke."
Jean menatap Daniel sambil menunggu untuk mendengarkan.
"Judulnya serigala besar jahat. Dia memakan seorang nenek tua, dan meniduri anak kecil bertudung merah. Dan kemudian serigala itu memakannya juga. Tamat," kata Daniel datar. Dia bangkit dari sofa di sebelah kasur Jean dan mengucapkan, "Selamat malam."
"Maksudku dongeng pengantar tidur yang sesungguhnya." Jean memutar bola mata, berbicara dengan wajah datar.
Daniel menghela napas perlahan, dan berbalik menatap Jean dan menyaksikan wajah gadis itu yang memohon. "Sebuah dongeng pengantar tidur seharusnya membuatmu merasa nyaman," kata Jean. "Aku akan memberi contoh."
Daniel menghela napas lagi. Jean menepuk sofa di sebelahnya. "Bersandarlah, santai, dan dengarkan ceritaku."
"Baik, aku akan mendengarkan kali ini saja," tukas Daniel. "Kemudian kau harus tidur, oke?"
Daniel duduk dan bersandar di sofa itu dengan rileks sementara wajah damai Jean terlihat tak sabaran memulai cerita.
"Pada suatu hari, ada seorang putri, dan dia dikutuk oleh penyihir jahat. Saat umurnya berumur enam belas tahun, jika jarinya tertusuk jarum pintal maka dia akan tertidur selama-lamanya."
Daniel memandang wajah Jean yang lembut dalam diam, tetap mendengarkan.
"Saat sang putri berusia enam belas tahun, dia pergi ke loteng dan tak sengaja menyentuh jarum pintal yang tersisa di sana. Sang Putri jatuh tak sadarkan diri dan tertidur selama-lamanya."
Jean tersenyum tipis, melihat ke arah Daniel yang kelelahan tertidur sambil mendengkur. Jean lalu mengecup pipi Daniel.
"Selamat malam juga, Papa."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
King Daddy│Daniel
FanfictionSejak dipecat dari pekerjaan lamanya dan menahan malu karena kecerobohannya, Jeon Yeojin pun terpaksa mencari pekerjaan baru. Namun, ada masalah baru. Daniel Kang si petinju dunia dan model itu memilihnya menjadi pengasuh anak-anaknya, memaksanya me...