9│Happy

50 10 8
                                    

Keesokan paginya, Daniel terbangun dengan tubuh pegal, gatal, juga merasa terusik oleh alunan musik orkestra.

Banyak hal aneh dan gila yang menimpanya kemarin. Dia berharap bisa menjalani hari secara biasa-biasa saja.

"Selamat pagi!" Jean muncul tepat di wajah Daniel, tersenyum lebar. Dia memakai gaun merah muda yang cerah dan berkilau.

Dolyi bergulat dengan kedua kucing Daniel di atas tempat tidur sambil tertawa geli. Sebelum Daniel sempat bangkit dari sofa, dia melihat hal-hal yang aneh dan janggal.

"Rooney? Peter?" tanya Daniel memastikan. "Mengapa mereka mengenakan gaun dan cat kuku merah muda?"

"Mereka tadi berdansa bersamaku," kata Jean, mengamati wajah Daniel yang merasa pegal. "Omong-omong, apa kau bisa memperbaiki gaunku?"

"Apa aku terlihat tahu memperbaiki gaun?" Daniel bertanya sambil meregangkan ototnya. "Apa ini? Kenapa ada lagu Beethoven?"

"Ini instrumental philharmonic orchestra," tukas Jean.

Daniel mengernyit. "Apa kau mendengarkan ini setiap pagi?"

Jean menggelengkan kepala lalu berkata, "Tidak. Kadang-kadang aku mendengar lagu Bach, Chopin, atau Mozart." Dia tersenyum lagi.

Daniel memotongnya. "Oke, oke. aku paham. Baiklah, aku akan membuat sarapan."

Ketika Daniel berjalan keluar kamar, dia menginjak sesuatu yang licin dan kehilangan keseimbangan hingga terjatuh ke bawah. Dia mengerang. "Apa ini?"

"Gaun Barbie-ku," kata Jean, "bukankah gaun ini sangat cantik?"

Daniel mengerutkan hidung. "Barbie?"

Setelah itu Daniel bergegas mandi dan memakai kaus favoritnya, lalu membasuh mukanya.

Daniel keluar dari kamar mandi dan pergi menuju dapur, saat Jean memutarkan tubuhnya seolah sedang berada di sebuah ballroom dan Dolyi yang sibuk mengejar Rooney dengan kakinya yang pendek dan gemuk.

Benar-benar suasana yang tak pernah terpikirkan Daniel.

"Ngomong-ngomong, Jean, mengapa kau tidak sekolah?" tanya Daniel, mengoleskan margarin di lapisan roti dan meletakkan kornet dan keju di atasnya.

"Aku sedang liburan." Jean mulai memalingkan wajah dan mengalihkan perhatian. Daniel bisa melihat gadis itu yang kelihatan enggan membicarakannya.

"Liburan di bulan April? Tidak mungkin," kata Daniel.

Jean melakukan gerakan berdansa lagi. "Aku masuk di sekolah khusus akting ... dan kami libur di bulan April."

"Benarkah? Bahkan aku sedang sibuk," kata Daniel. "Jadi, aku mau kau duduk diam di sini dan makan sarapanmu."

"Aku bisa memutarkan mataku. Mau lihat?" kata Jean, tersenyum sambil menyeringai.

"Tidak." Daniel menuangkan kopi ke dalam cangkir.

Jean memutarkan bola matanya ke arah Dolyi dan bayi itu mulai menangis sambil menjerit. "Dolyi tak suka saat aku melakukannya."

Daniel meletakkan piring di atas meja makan. "Aku tahu bagaimana perasaannya."

Tangisan Dolyi semakin melengking.

"Apa yang―" Daniel terkejut saat taplak meja itu ditarik, menyebabkan makanan dan minuman di atasnya terjatuh dengan berisik. Dia berseru saat melihat kucingnya menggigit sisi taplak meja itu. "Peter!"

Daniel mengerang sebal.

Daniel, Jean, serta Dolyi berencana pergi ke gym tempat latihan Daniel dan membeli kebutuhan Dolyi. Mobil Daniel yang sempat habis bensinnya kemarin akhirnya bisa digunakan kembali. Mobil itu berjalan melewati sebuah tempat rekreasi yang bernama Lotte World.

"Lotte World! Bisakah kita pergi ke sana?" pinta Jean.

"Tidak. Siang ini aku ada jadwal latihan hapkido," kata Daniel.

"Tapi aku belum pernah pergi ke sana," bujuk Jean.

Daniel memutar bola matanya. "Aku tak peduli."

Jean mengerjapkan matanya dan wajahnya memelas. "Kumohon. Sekali ini saja."

Bagi Daniel, jika Jean sudah memohon seperti itu, gadis itu mungkin akan melakukan sesuatu yang lebih menjengkelkan.

"Oke, baiklah," kata Daniel akhirnya.

Kemudian, Daniel memarkirkan mobilnya dan mereka ke luar mobil. Mereka pergi ke loket karcis yang ramai. Jean merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan bersorak saat mereka naik ke atas.

Jean berlari menuju roller coaster bernama French Revolution dan berkata, "Aku mau naik ini!"

Daniel mengikuti Jean sambil menggendong Dolyi yang sedang mengemut dot bayi kesukaannya, melewati rekreasi yang besar. Bahkan langit-langitnya yang berbentuk oval terbuat dari kaca. Lagu Lotte menggema di seluruh ruangan. Hari ini Lotte World lumayan ramai oleh para pelajar sedang darmawisata.

"Maaf, dia harus naik dengan orang dewasa," kata karyawan Lotte World yang menjaga tempat itu.

Daniel mendengus dan memberikan Dolyi pada karyawan itu. Dia naik ke atas kereta di sebelah Jean dan sabuk pengaman pun menahan perut mereka. Saat kereta itu mulai berjalan naik ke atas, jantung Daniel berdetak semakin cepat. Di sampingnya, Jean masih terus bersorak lantang.

Isi tubuh Daniel terasa meleleh dan dia merasa mual saat kereta meluncur ke bawah dan meliuk-liuk. Jean berteriak kencang. Dia sangat gembira.

Kaki Daniel mati rasa dan lemas saat kereta itu berhenti. Jean sudah keluar lebih dulu dan melihat sebuah kios permainan. "Astaga! Lihat boneka itu!" Jean mulai melompat-lompat bersemangat. "Kumohon."

Daniel menggendong Dolyi lagi dan menghampiri pria di balik meja kasir. "Berapa harganya?"

"Ini tak dijual, dan cara mendapatkannya adalah kau harus menjatuhkan bebek itu," kata pria itu. Daniel memberikan beberapa Won padanya.

Jean menembak bebek itu dengan pistol berpeluru bola. Dia fokus membidik si bebek, dan tepat mengenainya. "Aku kena!"

Tapi di layar menampilkan kata "Kau kalah!"

"Hei, apa maksudmu?" tanya Daniel. "Dia menembaknya. Aku melihatnya tadi."

Pria itu tersenyum menyebalkan dan menepis poninya dari kening. "Pak, biar kuberi tahu. Apa kau lihat bebek itu tidak jatuh? Itu berarti kau kalah."

Jean memandang Daniel, merasa seolah berharap untuk bermain lagi. Daniel mengerutkan kening. Wajahnya berubah sebal.

"Oh, tidak, seseorang sepertinya kelihatan sedang marah," kata lelaki itu. "Hei bocah, semoga kau beruntung di lain waktu."

Daniel mengeluarkan uangnya lagi.
"Oke, sekarang giliranku," katanya sambil mengambil pistol itu. Dolyi mencoba menoleh untuk melihat Daniel yang fokus membidik dan menembak. "Jatuh," kata Daniel sombong.

Pria itu memberika boneka beruang cokelat madu pada Jean dengan ekspresi masam.

"Ini sangat lembut!" kata Jean sambil memeluk boneka itu. "Ayo, coba permainan yang di sana!"

Semua kegembiraan Jean mulai menghampiri Daniel. Dia menarik kedua ujung bibirnya, dan tersenyum. Kali ini tidak untuk kamera dan publik.

***

King Daddy│DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang