6│Know

68 12 17
                                    

(Who Are You - BoA ft. Gaeko)

Si-Penuntut-yang-menyayangi-anaknya mungkin gambaran yang lebih tepat.

Entah apa yang kubayangkan bagaimana tentang lelaki itu. Mungkin selalu cuek serta dingin terhadap orang-orang baru dan anak kecil, bersifat pemarah, dan memiliki kisah seorang wanita yang paling berharga yang pernah dicintainya―yang tidak diragukan lagi tewas karena suatu peristiwa menyedihkan dan tragis, yang membuat hatinya terus merasa bersedih dan masih setia mencintai istrinya.

Oke, aku hanya terlalu banyak membaca novel dan menonton drama. Itu seru, ya kan?

Tapi, lelaki itu kelihatan hangat dan menyayangi anak-anaknya. Saat aku mengamatinya lagi dari ujung bangku halte, aku tersenyum.

Semua pria yang sedang menggendong bayi itu selalu terlihat manis. Sumpah.

Aku kembali mengamatinya lagi, yang masih merengkuh bayinya ke dalam dekapannya, matanya terpejam rapat-rapat. Setelah beberapa saat, dia bersin, dan ketika membuka matanya, dia menggigil kedinginan.

Kemudian dia menoleh dan melihatku yang ketahuan mengamatinya di ujung bangku.

Mampus.

"Kau sedang menunggu bis juga?" katanya sambil menahan dingin yang menggigit.

"Ya, dan juga berteduh," kataku gugup. Seolah-olah kami tak pernah melihat satu sama lain sebelumnya.

"Kau dari tadi sendirian di sini?" tanyanya.

Saat aku mengangguk, dia berkata, "Aku Kang Daniel."

"Jeon Yeojin."

"Nama yang bagus." Dia menoleh sebentar ke arah seorang gadis kecil yang tertidur, sambil meletakkan tangan di lengan kanan anak itu untuk merangkulnya lebih dekat. Dia lalu menatapku dengan sepasang mata cokelatnya.

"Apa kita pernah bertemu?"

Aku memalingkan wajah. Aku ketahuan juga.

Ya, kau pria yang mempermalukanku di depan umum dan membuatku dipecat sampai aku memanggilmu si Penuntut.

Walau begitu, aku tak mengatakan hal itu. "Oh, ya?"

Daniel mengangguk sambil mengerutkan alis. "Ya, rasanya aku pernah melihatmu."

"Aku?" Aku balas bertanya.

Daniel mengusap hidungnya yang merah dan berkata, "Mirip dengan pelayan yang melukai Ong. Aku kehilangan kendali emosi padanya sewaktu melihat Ong sampai mimisan, cukup banyak. Tapi aku terlalu marah dan langsung membentaknya."

Aku masih terdiam mendengarnya bicara.

Daniel mencondongkan tubuhnya ke arahku dan suaranya berubah serius, nyaris berbisik. "Kau tahu aku sebenarnya merasa bersalah. Kudengar dia benar-benar dipecat. Tapi tetap saja," dia menghela napas, memandang ke arah aspal yang kehujanan, "aku tak bisa membiarkan temanku terluka seperti itu."

Jadi itu alasannya. Aku jadi berpikir dua kali untuk menyebut lelaki itu si Penuntut selamanya.

Dia kembali menatapku. "Aku terlalu banyak bicara, ya?"

Aku suka cara dia menyampaikan alasannya, jadi nada suaraku sedikit ramah ketika mengucapkan, "Tentu saja tidak."

Senyum tipis Daniel nampak. "Bagus kalau begitu." Dia terkekeh.

"Omong-omong, bagaimana dengan ... hmm ... mobilmu?" tanyaku secara otomatis.

Daniel mengangkat alis dan mengusapkan kedua telapak tangannya satu sama lain. "Aku akan menulis pesan pada suruhanku untuk membawanya," katanya, sambil mengetik pesan di ponselnya.

Kelihatannya percakapan kami sudah selesai, jadi aku menatap ke arah hujan yang mulai mendingan. Bis hijau muncul dari balik tikungan.

Daniel menepuk gadis yang tertidur di sebelahnya. "Jean, ayo bangun."

Aku melihat Daniel yang sedang mencoba mengangkat payung sambil mengawasi anak perempuannya yang terhuyung-huyung melangkah ke pintu bis. Dia menoleh padaku sejenak. "Senang bertemu denganmu, Yeojin-ssi."

Aku tersenyum padanya dan melambai. "Ya, sampai bertemu kembali, Daniel-ssi."

Dia bersin lagi dan wajahnya kelihatan pucat. Aku merasa kasihan padanya. Melihatnya yang kesusahan menutup payung sambil menggendong bayi mendorongku untuk melakukan sesuatu.

"Biar kubantu," kataku. Dia menyerahkan payung itu dan aku segera menutupnya.

"Terima kasih," katanya, sambil membenarkan posisi menggendong bayinya yang hampir merosot.

Aku menyerahkan payungnya, lalu melambaikan tangan.

Daniel bergegas masuk bis dan duduk di sebelah jendela. Di dalam bis sepertinya sepi. Aku hanya melihat dua orang yang duduk di belakang. Tapi rute bis itu tidak melewati gedung kostku.

Kemudian Daniel berputar, melihatku dan percaya atau tidak, dia menyeringai.

Bibirnya bergerak mengucapkan namaku, lalu berkata, "Aku tahu kau pelayan yang waktu itu."

Senyumku langsung lenyap.

Oh, tidak.[]

***

King Daddy│DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang