16│School

39 5 5
                                    

Ketika mobil Daniel sampai di parkiran sekolah baru Jean, Daniel sambil memakai baby hip seat berjalan menggandeng Jean ke gedung SD Yeonseong.

Daniel melirik jam tangan mahalnya. Pukul tujuh pagi. Dia telah mendaftarkan Jean di sekolah ini dua hari yang lalu. Resminya, ini pertama kalinya Daniel mengantar Jean ke sekolah. "Jangan takut," bisik Daniel pada Jean, yang menatap ayahnya ragu.

Tiba-tiba bel masuk berdering.

"Maaf. Ini salahku," kata Daniel saat membuka pintu ruang TU dan dengan santai masuk ke dalam.

"Wow, badanmu gagah juga ya?" kata Pak Yoon, guru kedisiplinan. Dia menatap Daniel. "Apa kau melakukannya setiap hari?"

Daniel tersenyum sopan ke arah Pak Yoon yang memerhatikannya. "Ya. Aku melakukannya setiap hari."

"Kelihatannya kakimu sama besarnya seperti pundakmu," kata Pak Yoon. Itu memang benar. "Kau sering ke gym, ya?"

"Dia benar-benar aneh." Jean menatap Pak Yoon dengan pandangan yang gusar.

Saat itulah, Daniel langsung mengulurkan tangan. "Maaf. Aku Daniel Kang, ayah Jean Kang."

Pak Yoon menjabat tangan Daniel dan menyipitkan matanya yang terlihat semakin menyebalkan bagi Jean. "Aku Yoon Hawoon. Aku yang bertanggung jawab atas kedisiplinan, perilaku, dan absensi. Semuanya."

"Jadi kau adalah Wakil Kepala Sekolah," kata Daniel sebelum dia bisa melanjutkan kalimatnya. Pak Yoon tersenyum angkuh dan melanjutkan, "Dan pelatih gulat."

Saat itulah, seorang wanita muncul dari balik pintu sambil tersenyum. "Selamat pagi, gadis kecil," katanya dengan suara ramah. Wanita itu menatap Pak Yoon dan berkata dengan sinis, "Pak Yoon, terima kasih telah menjaga kantor saya. Biar saya yang urus."

"Baiklah, sampai jumpa." Sekarang Pak Yoon benar-benar pergi dari ruang itu, dengan wajah menyebalkan.

"Baiklah," kata Bu Jung. "Kelas Jean Kang ada di kelas 2-6 di lantai dua. Aku tidak mau kau terlambat di hari pertamamu. Terima kasih."

Daniel akhirnya mengantar anak perempuannya ke kelas barunya. Daniel mengeluarkan tawa kekehan dari seringainya yang lebar.

"Hei, Jean, Sayangku," katanya, "aku dan Dolyi di taman Kyunghee dan tetap akan di sana sampai kau pulang. Belajarlah dengan rajin dan cari banyak teman. Kemari, Sayang."

Jean tidak sanggup menyembunyikan senyumannya. "Love you, Dad."

"Love you too, Sweetheart."

Setelah Daniel mengecupnya, kini dia membuka pintu kelasnya, lalu masuk ke dalam.

Daniel berjalan keluar gerbang sekolah dan menatap jendela kelas Jean. Anak itu sedang duduk di samping jendela dan melambaikan tangan ke arahnya dengan bersemangat.

Senyuman muncul di sudut bibir Daniel.

Daniel membawa Dolyi ke taman dekat SD Yeonseong untuk bersantai selama berjam-jam hingga siang. Matahari melemparkan cahaya panas pada segalanya dan Daniel merasa sedikit berkeringat ketika ikut bermain tepuk tangan dengan Dolyi. Siang ini sangat panas dan Jean belum pulang sekolah.

Awalnya, Daniel memerhatikan segerombolan cewek-cewek SMA berseragam sekolah Yeonseong. Namun, setelah beberapa lama, cewek-cewek SMA yang lainnya mulai bermunculan. Ada yang menjerit menyebut namanya dan menunjuk ke arahnya. Daniel bisa melihat beberapa perempuan yang membawa majalah Elle bergambar dirinya.

Oh, astaga. Jangan sekarang.

"Itu Daniel Kang!" kata cewek berambut cokelat. "Kita harus minta foto bareng dan tanda tangannya!"

Daniel terlonjak dan memasukkan Dolyi ke dalam baby hip seat. Mestinya dia lebih berhati-hati saat berada di luar. Untuk sesaat, Daniel berharap kalau saja dia bukan petinju dan model, pasti orang-orang akan mengabaikannya.

"Itu hot daddy yang bersama Jeon Yeojin, kan?" tanya cewek lainnya. "Masa dia memilih gadis itu untuk menemaninya?"

Daniel mengira mereka menyebut nama Yeojin--atau mereka menyebut Yeojin lain. Namun, setelah mereka menggosip dan melirik ke arahnya, Daniel kebingungan mengapa mereka bisa tepat menyebutkan nama Yeojin.

"Ah, halo Daniel oppa," kata cewek berambut gelombang cokelat yang tampak cantik dan terlihat akan berjalan di peragaan busana Prancis. "Apa kau benar-benar bersama seorang cewek SMA bernama Jeon Yeojin kemarin?"

Mereka teman-teman sekolah Yeojin. Jadi, gadis itu telah membocorkan semua rahasianya. Daniel sudah membayangkan hal itu, tetapi tetap saja ngeri rasanya dikerubungi serigala-serigala yang menatapnya lapar.

"Ya, apa masalahmu dengannya?" kata Daniel, mengusap puncak kepala Dolyi yang halus.

Cewek berambut lurus di sebelahnya memasang wajah terkejut yang dilebih-lebihkan. "Oh, astaga. Dia, ya, temanku, dan kami sangat dekat seperti kau tahu, sahabat sejati."

"Jadi, bagaimana hubungan oppa dengannya?" tanya si cewek yang cantik itu.

Daniel berusaha tidak terkikik. "Jeon Yeojin hanya--"

"Tidak!" teriak Yeojin entah muncul dari mana. "Jangan katakan apapun pada mereka!"

Daniel menarik sudut bibirnya. Dia tahu Yeojin takkan sependapat dengannya.

"Kekasihku," kata Daniel, tersenyum kencang dan melotot padanya. "Ya, kan, Yeojin Sayang?"[]

***


King Daddy│DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang