Nine?

371 45 21
                                    

Gerimis saat itu sedang mengguyur bumi. Kedelapan petani itu berjalan santai menuju rumah dengan membawa cangkul masing-masing. Hanya dengan bermodalkan tudung sebagai payung mereka terus menelusuri jalan dari jalanan hutan yang gelap, huma (kebun yang dibiarkan liar), sampai jalanan berlumpur. Dan saat ini, mereka sedang melintasi kebun pisang dan sebentar lagi mereka akan sampai ke kampung tempat mereka tinggal.

"Eh? Aku rasa kita ni macam ada yang tertinggal satu oranglah," ujar Kaizo, merasa kurang satu orang.

"Eh? Ha'ahlah, kebenaran pun merasakan ada satu orang yang tertinggal," tukas Papa Zola, merasa aneh dengan sekitar. "Ha, apa kata kita kira dulu, siapa tahu ada diantara kita yang tertinggal," saran Boboiboy.

Karena sarannya itu, semuanya pun setuju.

Dan mereka pun berhitung, diawali oleh Laksamana Tarung.

"Satu!"

"Dua!"

"Tiga!"

"Empat!"

"Lima!"

"Enam!"

"Tujuh!"

"Delapan!"

"Sembilan ...~"

"Hah? Suara siapa tu?" tanya Sai, dengan melihat ke sekeliling. "Errr ... cuba kita kira lagi," usul Koko Ci, semuanya pun mengangguk setuju.

"Satu!"

"Dua!"

"Tiga!"

"Empat!"

"Lima!"

"Enam!"

"Tujuh!"

"Delapan!"

"Sembilan ...~"

Semuanya pun kembali terkejut mendapati suara itu.

"Kita ada ni ada delapan orangan ke sembilan?" tanya Koko Ci, tak paham. "Ish, dari tadi pun kita dah ada delapan orang lah!" seru Fang, antara marah dan merinding.

"Tapi, Jikalau kita ni ada delapan orang, lalu yang cakap sembilan tu siapa?" tanya Gopal.

"Sembilan ... ~"

Suara itu kembali terdengar lagi. Suara itu ada di atas. Dengan kompak kedelapan petani itu melihat seorang wanita berambut panjang dan berbaju putih tengah tersenyum ke arah mereka sambil duduk santai di atas pohon dengan jari-jemarinya yang sibuk memainkan rambutnya.

"Sembilan ...~"

"HUUUUUUUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA....!!!"

Fin.

Source; KRW (teman lamaku yang ada di desa seberang).

Horror Experience [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang