Sekitar semester satu, Ice, adiknya Blaze, bunda, Tok Aba, dan tantenya. Pindah ke kompleks perumahan di dekat sekolah SD tempat di mana Ice pernah bersekolah di sana dulu. Kebetulan Tok Aba menjabat sebagai kepala sekolah di sana. Jadi, jarak antara rumah dan tempat kerjanya jadi semakin dekat.
Ice tidak protes saat bundanya berkata kalau mereka akan menempati rumah bekas kantor lama sekolah SD-nya. Tapi, Blaze selalu merengek minta kembali ke rumah lama karena menurutnya lingkungan sekitar dan rumah baru mereka terlalu seram.
Kalau soal itu, Ice sependapat dengan Blaze.
Banyak pohon pisang dan kopi disampingnya dan yang tinggal di sekitar rumah mereka pun cuma sedikit. Belum lagi dinding rumah banyak yang retak dan noda aneh yang menempel dilantai dan langit-langit dapur dan juga ruang makan.
Lebih mirip rumah hantu daripada rumah baru.
Tapi berkat kerja keras mereka, rumah pun berhasil disulap menjadi rumah layak huni seperti rumah normal lainnya.
Acara bersih-bersih rumah berakhir sekitar pukul 18.30. Bersamaan dengan itu, Ice pun mendapat panggilan alam dadakan. Saat Ice hendak melesat ke toilet, bunda buru-buru menariknya.
"Abang nak pergi tandas ke? Tadi 'kan atok dah kata jikalau tandas kat rumah kita ni tak boleh dipakai," kata bunda.
"Habis tu? Abang kena buang air kat mana?"
Bunda merogoh saku celananya lalu melempar kunci itu ke arahnya.
"Kat tandas sekolah rendah je, tu kunci dari atok atau … Abang nak buang air kat semak?"Ice tersenyum masam. Toilet SD? yang benar saja!
Jarak rumah dengan toilet sekolah tidak terlalu jauh, tapi perlu melewati beberapa tanjakan. Maklum, daerah pedalaman.
Tapi masih lebih baik daripada pipis di semak-semak, begitu menurut Ice. Sambil membawa senter kecil, Ice berjalan menuju toilet sekolah. Sepanjang perjalanan, suara-suara aneh dari binatang malam terus bersahut-sahutan di berbagai penjuru, sehingga Ice memutuskan untuk mempercepat langkahnya.
Begitu sampai di lokasi, Ice meraih gagang pintu, memasukan kunci, lalu membukanya. Mengingat suara-suara aneh tadi membuatnya sedikit paranoid, dia pun memutuskan untuk mengunci pintu dari dalam.
Ice mengarahkan senter ke segala penjuru, mencari saklar lampu tapi hasilnya nihil. Karena tidak bisa menahan lebih lama lagi, Ice segera masuk ke dalam bilik terdekat.
Toilet SD ini punya empat bilik. Dua di kiri dan dua lagi di kanan. Ice sendiri berada di bilik sebelah kiri. Setelah selesai menjawab panggilan alam, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki anak kecil.
Ice terdiam. Refleks mematikan senter lalu berdiri di dekat kloset.
Langkah kakinya terdengar semakin cepat, dan suara itu mendekat ke bilik sebelah. Pintu bilik sebelah terbuka, lalu terdengar anak itu masuk ke dalamnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara gedoran di pintu utama, diikuti suara bapak-bapak yang terdengar sangat marah. Dia berbicara dengan nada kasar, seperti sedang mencari seseorang. Ice tidak bisa mendengar dengan jelas karena saat ini otaknya sedang bekerja cepat, memproses kejadian ini.
Brak!
Ice tersentak kaget. Tapi dia buru-buru menutup mulut dengan kedua tangan lalu berusaha menahan napas. Terdengar suara langkah berat memasuki toilet sebelah kanan, lalu pintu toilet tersebut itu dibuka paksa.
Pelan-pelan Ice turun dari kloset, lalu mengintip ke bilik sebelah melalui celah diantara sekat bawah. Kakinya gemetaran. Sayup-sayup terdengar suara menahan tangis. Ada cairan gelap yang mengalir dari kakinya.
Pintu bilik disebelah Ice digedor dan si anak berteriak. Tubuh ice bergetar hebat. Kaki si anak melayang dan dia menjerit-jerit minta ampun. Lalu lama-kelamaan yang terdengar hanya suara serak yang tidak jelas dan hening. Dengan seluruh keberanian yang Ice kumpulkan, dia pun membuka pintu dan keluar sambil mengarahkan senter ke samping.
Tidak ada siapa-siapa!
Pintu bilik sebelah tertutup. Tidak ada bekas dobrakan. Saat Ice membukanya, di dalam hanya ada kloset, bak, dan gayung. Tidak ada bekas aliran darah dari kaki si anak.
Bulu kuduknya meremang seketika. Ice segera menuju pintu utama, membuka pintunya lalu keluar dan menguncinya lagi.
"Abang."
Ice menoleh. Ada anak kecil berkaos putih yang berdiri di depan pintu toilet. Rambutnya basah dan kakinya tidak dialasi apapun. dia memiringkan kepalanya sedikit.
"Tadi Abang tengok ke?" tanyanya.
Dia tersenyum lebar sambil memamerkan matanya yang kosong.
Ice segera lari secepat mungkin menuju rumah. Dia berencana memberitahu bundanya untuk memanggil tukang perbaikan toilet segera, karena dia tidak mau ke toilet SD lagi!
Fin.
Source; 2U3ShiRo
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Experience [END]
Short Story[Oneshot - Horror] - [COMPLETED] Buku ini berisi berbagai macam cerita horor yang dikemas dalam bentuk fanfiksi. Di dalam buku ini terdapat kisah horor dari pengalaman penulis, pembaca, dan beberapa rumor mistis yang beredar. Jika kamu ingin merasak...