Chapter 33 " Garis Penunjuk Arah "

15 6 0
                                    


Nabila menggambar garis lagi di tembok. Anehnya, garis tersebut tak bersinar lagi.

" Fi, kok garisnya nggak bersinar lagi? " tanya Nabila kebingungan.

" Eh, iya, Bil. Gue juga nggak tahu. Coba lo gambar di sisi tembok yang lain! " kata Fia.

" Oke, " kata Nabila sambil berjalan ke arah tembok di seberangnya.

Benar saja, garis yang Nabila buat kali ini mengeluarkan cahaya. Mereka pun menjadi semakin bingung.

" Loh, kok sekarang garisnya bersinar lagi. Kalau ini spidol glow in the dark, pasti spidolnya nggak akan nggak bersinar kaya sebelumnya, kan, " kata Nabila.

" Iya, sih, Bil. Tapi kalau bukan spidol yang glow in the dark, ini apa? " tanya Fia.

" Hm... Gue juga nggak tahu. Tapi mungkin ada maksud tersembunyi dari cahaya yang berpendar ini, " kata Nabila.

" Iya, Bil. Itu pasti. Dimas selalu punya maksud tersembunyi dari benda yang ia berikan buat kita, " kata Fia.

" Lo bener, Fi, " kata Nabila. " Hm... Kita pikirin itu nanti lagi aja. Sekarang kita lanjutin perjalanannya yuk! " ajak Nabila.

" Oke, " kata Fia.

Saat mereka akan melanjutkan perjalanan, tiba-tiba tembok yang mereka buat garis tadi bergerak. Kedua tembok itu bergerak dan membuat ruangan baru. Sedangkan, jalan yang akan mereka lewati telah berubah menjadi tembok pembatas. Mereka pun bingung. Sekarang mereka memiliki 2 jalan yang harus dipilih.

" Bil, gimana ini? Kita lewat jalan yang mana? " tanya Fia.

" Hm... Lewat mana, ya? " kata Nabila bingung.

Ia pun menjadi teringat pada garis yang ia buat tadi. Garis itu tetap bersinar terang.

" Fi, gue tahu. Kita lewat sini saja, " kata Nabila sambil menunjuk lorong yang terdapat bekas coretannya yang bersinar.

" Hah, emang kenapa? Lo yakin, Bil? " tanya Fia tak percaya dengan perkataan Nabila.

" Hm... Jadi gini, kalau prediksi gue bener, ini bukan spidol glow in the dark. Tapi, ini spidol dengan garis penunjuk arah, " jelas Nabila.

" Hah, maksudnya garis penunjuk arah? Gue nggak ngerti, Bil, " kata Fia.

" Jadi gini. Kita nemuin benda ini di ruangan tempat pertama kali kita memulai game ini. Dan setiap kita berada di ruangan pertama tempat kita memulai game, kita sering mendapatkan benda yang berguna. Mungkin di game pertama nggak. Tapi di game selanjutnya, kita selalu mendapatkan benda yang berguna di ruangan tempat kita memulai game. Kita juga mendapat spidol ini di ruangan pertama tempat kita memulai game. Dan nggak mungkin Dimas iseng ngasih kita spidol glow in the dark. Ini pasti lebih dari itu. Dan setelah gue pikir-pikir lagi. Bisa jadi, ini adalah spidol dengan garis penunjuk arah. Garis yang perpendar itu menunjukan arah yang benar, sedangkan garis yang tidak berpendar menunjukan arah yang salah, " jelas Nabila lagi.

" Hm... Lo bener juga sih, Bil. Wah, kalo bener, kita bisa lebih cepat sampai tangga dong, " kata Fia.

" Iya, dengan spidol ini, kita akan bisa selesaikan game ini dengan mudah, " kata Nabila.

" Yey, " kata Fia senang.

" Yuk, kita buruan pergi! " ajak Nabila.

" Oke, " kata Fia sambil mengacungkan jempol.

Mereka pun berjalan bersama. Saat menemukan persimpangan, Nabila membuat garis. Ia memilih berjalan di lorong yang membuat garis buatannya berpendar. Nabila dan Fia berjalan ke arah tersebut. Mereka terus berjalan, dan saat menemukan persimpangan, mereka kembali membuat garis dan memilih jalan yang membuat garis itu berpendar. Tapi mereka belum menyadari satu hal. Tidak mungkin jalan mencapai akhir suatu game semudah ini. Selama mereka berjalan, mereka tak menemukan satu pun rintangan. Tapi mereka tetap memilih jalan tersebut.

***

Saat Putri dan Ifa selesai beristirahat, mereka pun melanjutkan perjalan. Beberapa saat kemudian, mereka menenukan sebuah persimpangan. Tapi mereka terkejut. Di persimpangan tersebut terdapat dua lorong. Salah satu lorong terdapat garis yang berpendar, sedangkan lorong lainnya tidak memiliki garis yang berpendar.

" Ini, apa? " tanya Ifa sambil mendekati garis tersebut.

" Gue juga nggak tahu, Fi. Jangan-jangan ini penunjuk arah, " tebak Putri.

" Nggak mungkin Dimas kasih kita penunjuk arah gitu aja, " kata Ifa.

" Terus, ini apa? " tanya Putri.

" Gue juga nggak tahu, " kata Ifa.

" Ya udah, kita lewat sini aja, ya, " kata Putri sambil menunjuk lorong dengan garis yang berpendar tadi.

" Gue nggak, ah. Menurut gue, Dimas pasti buat ini sebagai jebakan saja. Kalau kita ikutin lorong ini, gue punya firasat buruk, " kata Ifa.

" Ah, masa bodo sama firasat lo. Gue tetep mau lewat jalan ini. Kalau lo nggak mau lewat sini ya udah, " kata Putri yang tetap bersikeras ingin lewat lorong dengan garis berpendar itu.

" Oke, gue tetep nggak mau lewat situ. Mulai dari sini, kita pisah. Gue harap lo juga akan selamat, " kata Ifa.

Putri pun terkejut. Dugaannya salah. Ifa yang awalnya mudah digertak dengan ancaman tiba-tiba berubah menjadi pemberani. Ia pun takut jika dirinya meninggalkan Ifa sendirian, ia tak akan tahu bagaimana keadaan Ifa. Dan jika ia tak tahu keadaan Ifa, ia tak akan bisa memanfaatkannya.

' Duh, gimana ini? Apa gue ikutin si Ifa aja. Hm... Ya udah deh. Gue ngalah untuk bisa menang di game ini, ' pikir Putri dalam hati.

" Fi, Oke, gue iku sama lo. Sorry tadi gue udah marah sama lo, " kata Putri berpura-pura menyesal.

" Hm... Oke, " kata Ifa.

" Kita tetep temenan? " tanya Putri sambil menjulurkan tangannya.

" Oke, " kata Ifa sambil membalas salaman dari Putri.

Mereka pun bersalaman sebagai tanda permintaan maaf.

" Ayo, sekarang kita lewat jalan ini! " ajak Putri.

" Ayo! " kata Ifa.

Mereka berjalan ke lorong yang tidak ada garis berpendarnya. Rencana Putri hampir saja gagal. Tapi dengan kebohongan, ia bisa memperbaiki semuanya.

***

" Kali ini dugaan lo salah Nabila. Mungkin nanti lo sadar, tapi semua itu sudah terlambat dan lo akan menyesal, " kata seseorang yang sedang duduk di ruang pengawas CCTV.

TBC (To Be Countinued)

Terima Kasih sudah baca BFF semoga kalian terhibur. Maaf kalau ada salah kata atau ejaan. Maklum masih pemula.

Jangan lupa Vote and Comment ya.

BFF (Bad Friend Forever)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang