BIANGLALA

138 10 1
                                    

BIANGLALA
Senin, Di akhir tahun.

Aneta berjalan mendekati lelaki yang sedari tadi menunggunya. Lelaki itu tersenyum saat melihat gadis yang sedari tadi di tunggunya menghampirinya.

" Maaf pasti sudah dari tadikan yah ka "

" Hmm, sudah beres semuanya ?"

" Sudah, kita mau kemana hari ini ?"
 
" kemana pun kamu mau pergi, aku mau, asal itu bareng kamu."

 Lalu Neta menggenggam tangan lelaki yang sudah berada di sampingnya selama 3 tahun terakhir ini.
 
" Naka "

" iyah"

" mata mu terlihat lebih sendu dari biasanya. Atau memang hanya perasaan aku saja ?"

Naka diam. Ia tidak mengerti kenapa perempuan yang berjalan di sampingnya begitu paham perasaanya selama satu bulan terakhir ini.
Satu bulan yang membuat bisa begitu sendu dan bingung bagaimana caranya mengadu.

"Perasaan mu saja ta." lalu Naka tersenyum untuk meyakinkanya. Kalau semua akan baik-baik saja.

Lalu hari itu, mereka menghambiskan waktu sebaik-baiknya yang membuat mereka begitu saling menyayangi.
Berjalan beriringan, berboncengan, makan di pinggir jalan, berselfi ria, sampai pada titik langit sudah berubah warna menjadi lebih gelap.

" Ka, aku mau naik bianglala itu."

" Hmm, kita akan naik bianglala itu."

Hari itu, Naka mengikuti kemanapun langkah kaki Neta berjalan. Mengikuti semua yang Neta inginkan.

" Bianglala selalu menakjubkan kan Ka."

Naka tersenyum. Mengangukan kepalanya. Mengisyaratkan bahwa apa yang dikatakan Aneta itu benar. Lalu matanya berubah menjadi lebih sendu. Dan kali ini, untuk memanggil nama Aneta, ia merasa berat. Merasa pecah. Lalu dengan kekuatanya perlahan ia memanggil namanya.

"Ta"

" Iyah"

"  Aneta Putri"

" Iyah, Naka Pratama"

" Mau menikah dengan ku besok?"

Aneta diam.

Lalu Naka mengulang pertanyaan yang sama. Menatap mata Aneta dengan sedalam-dalamya. Matanya mulai bergetar. Dengan nada berat Naka mencobanya kembali. Berharap hal gila yang ia tawarkan mau diterima tanpa pertanyaan darinya.

" Mau menikah dengan ku besok Aneta Putri?"

Aneta tetap diam. Lalu Naka melanjutkan. Dan sedikit menegaskan. Bahwa tawaranya bukan sekedar lelucon untuknya.

" kalau kamu tidak mau, aku akan menikah dengan perempuan lain, perempuan yang sama sekali tidak ingin ku nikahi."

Saat itu. Aneta mulai mencerna sebaik-baiknya perkataan Naka yang saat ini sedang ia sampaikan. Matanya mulai ikut bergetar. Hatinya bekecambuk tak karuan. Pikiranya berantakan tak terkendalikan. Tak memahami maksud perkataan Naka barusan. Hatinya tak tahu harus senang atau sedih. Lalu dunianya seakan berhenti berputar.

RANTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang