HENING

64 8 0
                                    

Aneta tidak memahami perkataan Naka sama sekali. Namun hatinya seperti di jatuhkan dari jarak tertinggi bumi.
Matanya yang sedari tadi bergetar mulai melepaskan butiran-butiran air mata yang ditahanya.

" Hahaha kamu kenapa Naka? Becanda?! Hahaha kamu terlalu lucu untuk membuat ku tertawa Naka."

Naka mulai menggenggam tangan Aneta, perempuan yang ia buat menangis didepanya. Perempuan yang menempati satu-satunya hati yang ia miliki.

" Aneta, aku ga ada waktu lagi untuk ngebuat lelucon bodoh ini di kondisi yang benar-benar serius kaya sekarang."

Aneta menatapnya.

" Dan kenapa harus besok ka? Kenapa cara mu melamar ku terkesan menyedihkan? "

Naka menundukan kepalanya dengan butiran air mata yang tak bisa ia tahan juga. Genggamanya semakin erat. Bahunya gemetar hebat. Dan bianglala terus berputar semakin cepat saat dunia milik Naka dan Aneta seolah berhenti. Hatinya lebih hancur. Dan ia sudah terlanjur untuk harus mampu menghadapi kenyataanya.

" Aku ga tau harus ngejelasin ke kamu dengan cara apa ta, aku takut. Aku takut hati kamu hancur melebihi rasa yang udah terlanjur hancur seperti aku rasakan saat ini ta."

Aneta diam.
Tangisnya mulai menjadi-jadi. Pikiranya mulai memahami perkataanya. Lalu dengan mulut bergetarnya, Naka mulai menjelaskan perlahan.

" Bunda ta, Bunda." dengan nada bergetar yang berat.
" Bunda kenapa ka? Hah?! Kenapa Naka?!"
" Bunda menyetujui pernikahan Aku sama Erika ta."

Damm! Aneta Bingung, Hatinya beku.

"Kamu pasti bohong!!"

Naka mencoba memeluknya, ingin menenangkan hatinya, namum Aneta menghempisnya dengan segera.

" Hah! Hahaha , bunda udah janji sama kita ka, kalau bunda akan selalu ada di pihak kita kan ka katanya."

"Aku ga ngerti ta kenapa akhirnya Bunda ikut menyetujui perjodohan yang Ayah inginkan itu. Satu bulan lalu, Bunda menyetujuinya. Bunda bilang kita mungkin pada akhirnya dan bagaimanapun caranya akan tetap di tentang Ayah dan akan berpisah."

" Dan kamu? Kamu menyetujuinya juga? Dari sebulan yang lalu kamu baru ngasih tahu hal bodoh ini hari ini?!"

Kali ini Naka yang terdiam. Dia yang menangis sejadi-jadinya.
Dalam hitungan menit. Keheningan membekukan mereka.

" Naka" panggilnya dalam sela isaknya.

Aneta diam sejenak, Naka menatapnya. Di susul mata Aneta yang balik menatapnya. Mata mereka bertemu. Saling membaca apa yang sebenarnya mereka rasakan. Lalu lewat mata masing-masing, mereka menyadari- bahwa hati mereka sudah menjadi kepingan yang berserakan.

" Naka, kalau besok kamu harus nikah sama Erika, lalu aku harus menikah dengan siapa Ka? Hah? "

Bianglala itu kini berhenti berputar. Naka diam. Aneta diam. Lalu pintu Bianglala di buka penjaganya, Aneta keluar terlebih dahulu. Berjalan dengan mata basah kuyup, Neta harap, hari ini hanya sekedar mimpi. Atau penjelasan Naka barusan hanya akting belaka untuk mengejutkanya saja.

Naka mengikuti langkahnya. Ingin rasanya Naka memeluk Aneta. Meyakinkan bahwa bagaimanapun caranya, mereka akan tetap bersama-sama. Lalu Aneta berhenti. Menoleh kepada arah Naka.

" Kalau perkataan mu barusan itu serius, tentang pernikahan mu besok, berhenti mengikuti ku Ka. Diam di situ!" Lalu Aneta berjalan kembali.

Selangkah, dua langkah, tiga langkah.

Lalu Aneta menolehnya kembali. Dan Naka tetap berada pada tempatnya, ia tidak berjalan. Naka diam. Dan Aneta benar-benar hancur.

RANTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang