Aneta memasukan bajunya kedalam ras ransel berwana pink miliknya. Aneta memutuskan pergi dari kota yang berpijakan sama dengan lelaki telah meninggalkanya.
Aneta mencoba menyusun hatinya yang hancur berkepingan. Berat rasanya pergi dari kota yang (dulu) membuat selalu bahagia."Hari ini pernikahanya ta, Dia bukan Naka yang kamu kenal lagi" . Terus berulang menggema dalam dirinya. Namun tetap saja, ini bukan hari yang Aneta inginkan. Bahkan, memikirkanya saja tidak pernah.
Taxi yang Aneta tumpangi membawanya ke Terminal. Ia belum punya tujuan yang pasti. Dalam perjalanan. Telepon masuk bernama bunda itu kini memenuhi layar ponselnya kembali.
Namun Aneta masih enggan untuk mengangkat telepon dari Bundanya Naka itu. Dalam pikirnya, mungkin ia hanya akan meminta maaf atau mungkin hanya akan memberitahunya bahwa Naka telah menjadi suami Erika.
Lalu pesan masuk dari Bunda yang menggetarkan hati Aneta.Bunda
" Aneta, tolong angkat telepon bunda sebentar, kalaupun Naka menyuruh mu untuk tidak mengangkatnya."Aneta bertanya-tanya maksud pesan yang bundanya bicarakan itu. Naka menyuruhnya untuk tidak mengangkatnya?
Aneta diam sejenak. Lalu saat panggilan dari seseorang yang ia berinama Bunda itu memanggilnya kembali, kini Aneta dengan ragu-ragu mengangkat teleponya." Aneta " panggil perempuan dari sebrang teleponya itu dengan nada bergetar.
Aneta diam. Ia pikir bundanya menangis karena merasa bersalah akan dirinya.Lalu seorang lelaki merebut ponsel yang di pegang perempuan itu di sebrang telepon.
" BAWA KEMBALI NAKA SEKARANG JUGA!"
Aneta kaget. Diam. Tak mengeti maksud lelaki yang yang biasa Naka panggil Ayahnya itu.Lalu Aneta mendengar suara isak tangis dari seorang perempuan lain. Mungkinkah itu Erika? Tapi kenapa?
Lalu Bunda kini memenuhi suara di panggilanya lagi.
"Neta, Maaf ... Maaf .. Tapi bisakah kamu bawa Naka kembali? Disini lebih banyak orang yang terluka karena kepergianya."DAMM!! Tangis Aneta kini melebur kembali. Dengan isaknya Aneta mulai berbicara walau dengan terbata-bata.
"Bundaa... Aneta juga sama. Aneta juga terluka karena keputusan Ayah dan Bunda."
Aneta diam sejenak. Menyeka air matanya dan mengondisikan isaknya. Lalu melanjutkan.
" Bun... Tapi Naka engga pergi sama Neta."" Tapi tadi anak buahnya Ayah mencari Naka ke tempat mu, tapi kata tetangga mu, kamu pergi naik taxi dengan membawa barang yang lumayan banyak. Lampu depan tempat mu juga dinyalakan. Itu berarti mau pergi dengan waktu yang cukup lama bukan?"
" Lalu menurut Bunda, apa Neta bisa terus tinggal di tempat yang berdekatan dengan seseorang yang Neta pikir hari ini telah menjadi suami orang lain, padahal Neta sangat menyayanginya?"
Kini bundanya yang diam.
" Neta pergi sendiri bun "
" Tapi ada orang yang melihat kalian semalam, katanya kalian pergi berduaan."
"Benar bun, tapi malam itu Neta pulang, Neta pikir Naka juga pulang."
" Neta .. Terus Naka kemana? Hmm? Dia baik-baik sajakan? Naka dimana ta? Handphonenya mati ta." Lalu yang dilakukan perempuan di sebrangnya hanya menangis. Dan seorang laki-laki terus berteriak menyalahkan Neta.
Aneta lemas. Pikiranya berkecambuk.
Air matanya tak bisa dibendungnya lagi.
Lalu dalam hatinya, ia menghawartikan keadaanya.Naka kamu dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
RANTING
Short Story" Mau menikah dengan ku besok Aneta Putri?" Aneta tetap diam. Lalu Naka melanjutkan. Dan sedikit menegaskan. Bahwa tawaranya bukan sekedar lelucon untuknya. " kalau kamu tidak mau, aku akan menikah dengan perempuan lain, perempuan yang sama sekali...