Jiro melewati banyak pejalan kaki yang memandangnya bingung. Ia berlari dengan mata yang terus mencari siluet wanita itu. Ketika ia menemukannya, wanita itu tidak menyadari kalau beberapa tiang listrik akan roboh dan akan menghantam banyak orang termasuk wanita itu di sana. Anak itu kepekaannya kurang sekali, pikir Jiro.
Semuanya menjadi sangat menegangkan saat tiang listrik roboh secara perlahan menghantam beberapa gedung dan orang-orang berlari untuk menghindarinya. Musim dingin tahun ini membuat hampir permukaan jalan menjadi es sehingga semua orang di sana berteriak ketika mereka terus tergelincir pada langkahnya sendiri.
Di antara orang-orang yang berusaha berlari, Jiro menemukan Kira terinjak di sana berusaha merangkak dengan tangan-tangannya yang kesakitan menahan dinginnya jalanan yang ditutupi es, juga sepatu-sepatu yang menginjak ruas jarinya. Jiro mengusak rambut frustrasi melihatnya. Pria itu tidak bisa mendekat sebab banyak orang yang menghalangi jalannya terlihat panik menyaksikan kejadian itu. "Seseorang lakukan sesuatu!" Dapat Jiro dengar beberapa suara untuk membuat yang lain bergerak membantu.
Orang-orang yang ada dalam jangkauan aman mencoba mengulurkan tangan untuk menarik mereka yang terjebak di jalanan es tersebut. Jiro memperhatikan sekitar mencoba menemukan apapun hal yang dapat ia lakukan tanpa membuatnya mencolok.
Kira melihat bagian pinggir gedung telah hancur menghantam beberapa orang di sekitarnya. Lalu matanya menemukan potongan tiang listrik jatuh menimpa kembali orang-orang yang tidak bisa menyelamatkan diri. "Tanganmu terluka." Tapi di sela-sela napas pendeknya, ia berhasil menghindari detik-detik kejadian itu. Jiro menarik dirinya dengan tali tambang sebagai pegangan tepat ketika ia tidak bisa melarikan dirinya lagi. Pria itu berjongkok untuk melihat tangan-tangannya yang terluka, lalu menutupnya dengan jas beludru yang pria itu pakai.
"Bisa berdiri? Atau aku gendong?"
"Kali ini kau akan menyebutnya dengan prank lagi?"
"Apa? Tidak, tentu saja tidak." Jiro membantunya berdiri dan melihat wajah wanita itu yang memiliki banyak luka di pelipis dan bagian tulang pipinya. Ia tidak menemukan topi bisbol wanita itu lagi sehingga ia bisa memperhatikan seluruh garis wajahnya.
"Kalau begitu, ini adalah bagian dari percobaanmu untuk membunuhku," kata wanita itu lagi.
"Mengingat kejadian di toko, sangat masuk akal kau berkata demikian. Tapi jika tidak keberatan, biarkan aku menjelaskan beberapa hal untukmu. Termasuk luka-lukamu itu."
"Aku kehilangan cerminku." Kira mencari cermin yang terlepas dari tangannya, dan ketika matanya menemukan benda itu telah hancur di antara reruntuhan bangunan sana, ia medesah. "Uangku lenyap di sana."
"Kau menyimpan nota tadi? Di sana ada stempel basah yang bisa digunakan sebagai garansi. Bawa itu ke tokoku, kau bisa memilihnya lagi dengan harga yang sama."
"Sekarang kau mencoba membawaku kembali ke sana dan membunuhku."
"Aku tidak mengerti kenapa kau terus berkata demikian."
Kira melihat wajah pria itu yang menatapnya dengan bingung dan kesal secara bersamaan. "Aku memegang kelemahanmu. Kalau kuberitahukan kepada semua orang, tokomu akan bangkrut."
"Rocultf tidak akan gulung tikar semudah itu. Tidak ketika hanya ada satu ulasan buruk."
Itu membuat Kira memundurkan kepalanya. Terkejut dengan cara bicara pria itu yang begitu menyebalkan di telinganya. "Kau adalah pria asing yang sombong."
Jiro membawanya menyingkir dari keramaian dan berhenti ketika wanita itu menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. "Singkirkan tanganmu dari bahuku. Kenapa kau membawaku ke tempat yang tidak ada orang? Sementara kau melihat ada mobil ambulans di sana. Kau bisa membawaku ke sana, bukan ke gang ini."