"Apa yang akan kau lakukan ketika keinginan biologismu keluar?" Kira hampir saja terjatuh di anak tangga karena pertanyaan Jiro benar-benar tidak masuk akal pagi ini.
Keduanya membawa tumpukan selimut yang telah bersih untuk diletakkan di kamar-kamar lansia. Kira sudah mendengarkan keluhan, dan ocehan menyebalkan pria itu mengenai Richard selama perjalanan mereka di metro, tapi ia hampir terjatuh kalau saja pria di belakangnya tidak menahan punggungnya dengan satu tangan. "Berdiri yang benar," kata Jiro padanya.
"Pertanyaanmuㅡsialan, kenapa kau menanyakan hal itu di sini? Bagaimana kalau staf lain mendengarnya?"
"Kalau aku menanyakan di flat, justru makin aneh, bukan? Hanya kita berdua di dalam ruangan itu. Dan kau akan canggung denganku."
Kira melangkah lebih cepat untuk menghindari pria itu. Ia memasuki kamar lansia yang lain dan mencoba untuk menyelesaikan pekerjaannya kemudian berpikir untuk masuk ke ruangan yang lebih ramaiㅡyang tidak bisa membuat pria itu mendekat padanya. Tapi ia kembali hampir terjatuh ketika Jiro telah menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari dirinya. "Aku menunggu," kata pria itu.
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya?"
"Aku baru ingat kalau manusia punya keinginan biologis itu. Kita tinggal bersama dalam satu ruangan, dan kalau kau tiba-tiba menginginkannya aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."
Jiro mengikuti langkah Kira dan raut wajah wanita itu tidak nyaman dengan kata-katanya. "Jangan salah paham. Aku hanya ingin melakukan pencegahan untuk hal-hal diluar dugaan. Seperti ini salah satunya."
"Tidak ada."
"Ya?"
"Tidak ada," jawab Kira. "Aku cukup bisa mengendalikan diriku. Lagi pula pekerjaanku telah menyita waktu dan membuatku tidak memikirkan itu."
Jiro mengangguk. "Kalau mengingat kelima mantanmu, berarti kau tidak asing dengan ciuman, betul?"
Kali ini Kira melihatnya dengan pandangan sangsi. "Sepertinya malam ini aku harus memaksamu tidur di luar."
"Apa? Tidak. Aku tidak bermaksud hal yang buruk." Jiro mengejar wanita itu dan meraih lengannya. Tidak menyadari kalau keduanya terlihat konyol di ruangan perapian, membuat beberapa lansia dan staf melihat keduanya tarik-ulur seperti orang bodoh. "Aku belum selesai menjelaskannya."
"Tidak." Kira memaksa dirinya untuk menghindar, tapi pada akhirnya Jiro menarik lengannya pergi ke tempat lain. "Elena menciumku." Kira menutup mata. Mendengarkan kata-kata Jiro untuk hari ini sepertinya akan membuat dirinya semakin stres. Baru dua minggu pria itu bekerja di sini dan telah membuat masalah dengan staf lain. "Tapi aku sangat tahu, ciumannya bukan perasaan yang tulus. Ya, kau tahu yang kusebutkan tadi. Biologis."
"Kenapa kau memberitahuku mengenai hal ini? Apa kau ingin tidur dengannya?"
"Tidak," sanggah Jiro cepat, wajahnya sedikit kesal. "Aku berpikir sepertinya orang-orang di sini harus tahu kalau aku adalah suamimu."
"Sebaiknya kau jangan pernah untuk mengatakan itu." Kira menunjuk wajah Jiro dengan jarinya. "Sudah cukup Wren tahu mengenai ini, jangan ada lagi orang luar yang tahu selain mereka yang ada di flat."
"Kenapa?"
"Memangnya kau tidak merasa bersalah telah menipu banyak orang? Penghuni flat Martina itu berjumlah empat puluh orang. Empat. Puluh. Orang telah kita tipu. Itu belum ditambah dengan Martina dan Wren."
"Padahal kau yang memulai semua kebohongan, dan aku hanya mengikuti segalanya. Lalu kau membawa kata 'kita' dalam kesalahanmu." Jiro terkekeh.
Wanita itu mendesah, mengusak rambutnya ke belakang. Membawa kembali pembicaraan awal mereka. "Shift kita berbeda. Oger akan memberhentikan salah datu dari kita kalau mengetahui kita adalah hmm ... pasangan."