M | 7 | The Old Man And His Favorite Tea

16.1K 3.6K 419
                                    

"Latte."

"Teh hitam."

Keduanya saling melirik ketika berkata secara bersamaan, dan pemilik kedai tertawa karenanya. "Latte untuk Kira. Dan teh hitam untukmu. Ah, sudah lama tidak ada yang memesan teh ini di menu kami."

"Saya orang Rusia." Jiro menyebut dirinya dengan bangga dan pemilik kedai kembali tertawa. "Ya, orang Rusia memang lebih gila dengan teh daripada vodka."

Kira tidak ingin mendengarkan pembicaraan itu sehingga ia meninggalkan keduanya setelah membayar minumannya bersama Jiro. Lalu tidak lama pria itu menyusul langkahnya. "Jalanmu lambat," komentar pria itu kemudian.

"Orang bodoh mana yang mau berlari di jalanan licin ini?"

"Nada suaramu ketus sekali."

"Karena harusnya saat ini kita terbang."

Jiro menyipitkan matanya dengan heran. Tidak mengerti kenapa wanita itu kesal hanya karena ia tidak ingin mengabulkan permintaan konyol wanita itu. "Bukan urusanku memenuhi keinginan gilamu. Lagipula jalan ini tidak buruk."

Patriki adalah jalanan sempit yang didominasi oleh warga lokal. Tempatnya sama seperti jalan utama Moskowㅡpenuh salju yang licin dan ramai orang. Hanya saja tempat ini lebih layak digunakan untuk pejalan kaki daripada kendaraan roda empat atau dua. Jiro menemukan lebih banyak orang Rusia di sini dengan pakaian modis maupun kasual. Itu mengingatkannya pada perkataan Kira. Lalu ia mulai menyadari kalau pakaiannya beberapa hari lalu adalah hal yang salah jika digunakan untuk sehari-hari. Wanita itu benar. Dan Jiro menyipitkan matanya karena ia benci mengakuinya.

Jiro menghabiskan teh hitamnya dengan cepat. Membuang gelas kertas itu pada tempat yang tersedia dan bertanya setelahnya. "Kau selalu lewat sini?"

Kira mengangguk. "Di sini minim turis, jadi tidak terlalu ramai."

"Aku baru tahu jalan ini."

"Padahal orang Rusia." Wanita itu mendengus seolah mengolok dirinya.

"Aku terlalu sibuk mengurus tokoku."

"Ya, baiklahㅡorang yang terlalu sibuk di gua," kata Kira sedikit bergumam pada bagian akhir kalimatnya.

Jiro ingin mengumpat tapi ia mencoba untuk memulai pembicaraan baru yang lebih baik. "Sepertinya tempat ini akan ramai dengan turisㅡmengingat jalan utama sedang dibersihkan dengan mesin pembersih es. Akan banyak orang-orang memberitahu kalau daerah ini adalah jalan pintas yang tepat untuk ke metro utama."

"Sepertinya begitu."

"Orang yang menjual minuman tadi sepertinya teman dekatmu." Jiro kembali mengubah arah pembicaraan mereka. Dan Kiraㅡdi sela-sela topi bisbol barunya, melirik pakaian pria itu yang pagi ini terlihat seperti pria dewasa seumurannya daripada pria kuno tahun 80-an. Pagi ini Jiro menggunakan hoodie yang dilapisi mantel. Rambut gelap pria itu ditutupi benie sehingga menunjukkan seluruh garis wajahnya yang tegas. Kira membuang arah pandangnya ketika pria itu meliriknya. "Ia bahkan mengetahui namamu," kata Jiro kepadanya tanpa mengetahui tingkahnya tadi.

"Aku pengunjung tetap di sana, jadi kami berkenalan. Namanyaㅡ"

"Tidak. Tidak. Kau tidak perlu memberitahuku. Aku sudah terlalu banyak mengingat nama-nama orang di sekitarmu. Wren, Martina Tavolin, Viktorㅡanak wanita itu yang sebentar lagi aku akan melihatnya. Lalu aku akan berkenalan dengan orang-orang di tempatmu bekerja. Astaga Tuhan, temanmu terlalu banyak."

Kira menyeruput kopinya dan membalas dengan suara datar, "Kalau kukatakan mereka bukan temanku, mungkin terdengar jahat, ya?"

"Apalagi kau sudah menipu merekaㅡaku suamimu."

MOSCOW ✓ | New EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang