"Apa kau sudah selesai?" tanya Jiro yang mulai kesal karena wanita itu berkeliling di dalam flat dan terus berbicara tanpa henti. "Ini sudah sangat malam, tidak bisa kau lanjutkan besok saja?"
"Tidak." Kira terlalu sibuk untuk meletakkan semua barang yang dibutuhkan pria itu. Pakaian, juga peralatan mandi. Ia memastikan kalau Jiro harus mengetahui di mana letak semua barangnya mulai besok. "Pakaianmu kuletakkan di sebelah bilik lemariku. Punyamu ada di sebelah kanan. Jangan pernah membuka bagian kirinya lagi."
"Kau terlalu malu menunjukkan pakaian dalam milikmu padaku?" Jiro tidak sengaja membuka lemari wanita itu untuk mencari kaus kaki yang wanita itu minta dan menemukan tumpukan pakaian dalam yang berantakan di sana. Ia tertawa karena mengungkitnya lagi dan dengan cepat menghindari lemparan bantal dari wanita itu. "Di mana kau letakkan koperku?"
Kira menunjuk atas lemarinya. "Pakaian lamamu juga ada di sana."
"Apa malam ini aku akan tidur di lantai lagi?"
Ia mengikuti arah tunjuk lawan bicaranya pada sofa lama yang beberapa sisi sudah terlihat busanya. "Tapi aku tidak muat di sana." Jiro mulai membayangkan sofa kecil itu berteriak menahan tubuhnya yang besar.
"Memangnya kau benar-benar butuh tidur?" Kira mengingat beberapa malam pria itu tidak pernah tidur sama sekali. Ia hanya merebahkan dirinya sama seperti mayat dan membuat Kira yakin kalau tidur bukanlah hal yang diperlukannya. "Kalau kau tidak mau, silakan kembali pada lantai itu," kata Kira.
Jiro mendesah dan membiarkan Kira memiliki waktunya sendiri sementara ia akan membawa bantalnya ke sofa lama di sana. Ia mencoba menutup mata tidak ingin melihat wanita itu berkeliling seperti mesin penyedot debu, tapi kalimat Kira berikutnya membuat ia tertawa. "Kau pasti seorang pria yang kaya raya. Kau kemanakan semua hartamu?"
"Aku tidak akan mengganti semua pengeluaranmu dengan harta yang kumilikiㅡkalau itu maksudmu."
Kira mengeluarkan buku sakunya kemudian. "Bagaimana kau akan membayar semuanya kalau begitu?" tanyanya menunjuk pada barang milik Jiro.
"Aku tidak pernah memintamu untuk mengeluarkan satu rubel pun untukku. Kau membeli semuanya karena inisiatifmu sendiri kemudian memaksakan kehendakmu padaku." Jiro menutup matanya lagi tidak ingin melihat wajah kesal wanita itu padanya. "Kaus yang sekarang aku pakai juga atas paksaanmu. Padahal aku sudah memiliki pakaianku sendiri, tapi kau malah menyingkirkannya."
"Apa perlu aku ulangi kalau pakaian-pakaianmu itu tidak cocok digunakan untuk sehari-hari? Untuk digunakan pada zaman sekarang? Aku harus kembali memberitahumu kalau pakaianmu itu hanya akan digunakan di festival danㅡ" Kira menghentikan pembicaraannya karena Jiro yang berdiri di depannya tiba-tiba membuat ia terkejut. Ia sama sekali tidak menyadari adanya pergerakan dari pria itu dan tidak menyukainya. "Bisa kau hentikan melakukan hal itu?"
"Kita bicarakan besok. Ini sudah sangat malam." Tapi Kira menolak, membuat jarak, dan menjauh. "Tidak. Besok aku harus kembali bekerja dan tidak ada waktu untuk menjelaskannya padamu." Lalu wanita itu memutar tubuhnya kembali ketika menemukan sebuah rencana. "Kau akan bekerja. Ya, kau akan bekerja bersamaku besok. Kemudian gajimu akan membayar semua utangmu padaku."
"Aku akan bekerja denganmu di panti jompo?" Jiro mengerutkan dahinya, tidak bisa membayangkan dirinya akan mengurus para lansia merepotkan di sana. "Tidak. Aku memang akan mengawasimu, tapi tidak dengan aku yang akan bekerja di sana."
"Selalu ada dalam jangkauanku." Ia menaikkan satu alisnya ketika wanita itu menyebutkan satu hal di dalam kontrak mereka. "Kau mengatakan itu dalam kontrak. Aku tidak mungkin berhenti dari sana, kau tidak ingin membayar dengan uangmu sendiri, dan yaㅡhanya ini jalan keluarnya. Kau bekerja denganku."