Kira mendesah melihat layar ponselnya yang retak. Ia berjalan bersama Jiro di sampingnya dan menyalahkan pria itu atas semua hal yang terjadi padanya. "Semua ini karenamu. Ponselku yang rusak, tubuhku yang terluka, cerminku yang hancur. Semuanya."
Jiro secara singkat telah menjelaskan lebih dari tiga kali kepada Kira bahwa imp adalah peri yang setengahnya adalah iblis. Tapi Kira mulai berpikir kalau Jiro adalah makhluk produk lama tingkat rendah yang membawa masalah untuknya. "Semuanya kesalahanmu." Ia terus mengulang kata-katanya kepada pria itu dengan kesal.
"Jalanmu masih pincang begitu. Mau ke rumah sakit?" Jiro baru menyadari kalau kaki wanita itu terluka, ia tidak tahu sebab luka itu tertutup oleh celana jins yang wanita itu pakai. Ia telah menawarkan diri untuk menyembuhkannya kembali, tapi wanita itu mengancam akan meludahinya jika ia terus menyentuhnya.
"Ponselku lebih penting daripada itu."
"Baru pertama kali kudengar ada manusia yang lebih mengutamakan benda persegi itu daripada lukanya."
"Bagaimana kau akan bertanggung jawab dengan ini?" Kira menunjukkan ponselnya di depan wajah pria itu. "Lebih baik kau berikan aku uang untuk memperbaiki ponselku, dan biaya perawatanku. Oh, dan topiku itu. Aku bahkan kehilangan topiku di reruntuhan gedung tadi."
"Di kepalamu hanya ada uang?"
"Kau makhluk yang bisa membuat segalanya menjadi masuk akal, betul? Kalau begitu, uang bukanlah hal yang sulit untukmu."
"Kenapa kau tidak takut?"
"Denganmu?" Kira memutar kedua bola matanya jengah. "Aku lebih takut tidak punya uang, tidak bisa makan, dan tidak bisa bertahan di negara ini."
Pria itu mendengus dengan gelengan kepala. "Jawabanmu memang tipikal manusia sekali."
"Memangnya zaman sekarang ada yang takut dengan hantu? Kalau ada, pasti anak kecil."
"Aku sudah memberitahumu kalau aku bukan hantu." Ketika mereka berhenti di depan flat berwarna merah bata yang usang, Jiro merasa tidak yakin wanita itu tinggal di sana. "Itu tempat tinggalmu?" tanyanya.
Kira melihatnya dengan alis terangkat satu. "Ya. Pergilah. Terima kasih sudah menolongkuㅡdan mengantarku pulang."
"Aku belum selesai berbicara denganmu."
"Tidak ada hal apapun lagi yang akan kita bicarakan. Aku tidak akan menulis ulasan hal buruk pada tokomu, aku tidak akan mengatakan hal apapun yang terjadi hari ini. Aku juga akan merahasiakan identitasmu. Hal yang kita bicarakan hari ini, mari kita lupakan. Hanya besokㅡbesok kita akan memulai kesepakatan yang kita buat."
Jiro baru saja menghetikan langkah wanita itu yang akan meninggalkannya di sana. "Aku tidak tahu kenapa kau menganggap ini semua terlihat mudah. Seperti rekan bisnis biasa." Kira mendengarkan dan kata-kata berikutnya membuatnya terkejut. "Hal sial bisa menimpamu kapan saja. Apa kau tidak memikirkan kalau hal itu bisa menimpa nyawa orang lain? Seperti kematian puluhan orang di tengah kota tadi?"
Itu membuat Kira memutar tubuhnya dan melihat pria berambut gelap itu dengan kesal. Raut wajahnya kemudian berubah, ia tersenyum mengolok dan mendengus. "Kau ingin mengatakan kalau aku adalah pembunuh dari orang-orang yang memang sudah takdirnya untuk mati? Pembicaraanmu membuatku semakin terlihat seperti orang gila."
"Aku tidak sedang mencoba membuatmu terlihat demikian."
"Kau bunuh saja aku sekarang. Aku muak memikirkan pembicaraan gila ini."
"Bahkan ketika kontrak kita selesai, nyawamu tidak berharga sampai harus kubunuh."
"..."
"..."