Dering ponsel Hanna berbunyi untuk kelima kalinya. Ia bahkan harus mereject telpon itu sekali lagi.'Dasar si bodoh ini, apa dia tidak tau aku kalau sedang sibuk' batinnya.
Konsultasi hari ini sudah selesai, hari ini begitu melelahkan.
Dokter Jeon Hanna, begitu yang tertulis pada plakat di atas meja kerja wanita itu. Benar, ia adalah seorang dokter yang baru saja lulus dari masa magangnya dan telah sah menjadi Dokter Kesehatan Jiwa atau lebih tepatnya seorang Psikiater.
Ponsel Hanna kembali berdering, buru-buru ia menyambarnya dan menekan tombol hijau.
"Ada apa?"
"Aku baru saja selesai bekerja tuan Kim Mingyu-shii"
"Tidak. Tidak perlu menjemputku. Baiklah, temui aku di restoran yang biasanya"
Klik...
Ia memutuskan panggilan. Hanna kembali menghela napasnya dan bergegas memasukkan ponselnya ke dalam tas.❤❤
Mobil taksi silver itu memasuki area simpang jalan daerah kota Seoul. Hari sudah begitu petang dan harusnya semua orang sudah beristirahat.
"Oh, sudah sampai. Berhenti di depan resto itu saja, Pak."
Pak supir itu menepikan mobilnya di pinggir trotoar. Hanna memberikan uang pecahan 50.000 won sebanyak 2 lembar untuk membayar ongkos taksinya.
"Terima kasih" Hanna menundukkan kepalanya dan tersenyum kepada supir taksi itu.
"Hei Bu Dokter, cepat kemari" tampak berdiri seorang lelaki tinggi bermantel coklat di depan pintu restoran sambil melambai tangannya.
"Dasar merepotkan saja" Hanna mencebiknya bibirnya dan berjalan menghampiri Mingyu.
Hanna memilih tempat di depan meja yang terletak tidak terlalu jauh dari meja kasir. Mingyu dengan cekatan menarik kursi untuk mempersilahkan Hanna duduk. Mingyu menghampiri wanita paruh baya yang berdiri di depan kasir. Dia adalah bibi kenalan mereka yang bernama bibi Jiwon yang sudah sangat dekat dengan mereka semenjak zaman mereka kuliah.
"Bibi, 2 mangkuk sup galbitang dan 3 botol soju ya, jangan lupa kimchi lobak seperti biasa."
"Aigoo, kalian berdua ini kerjanya minum-minum setiap malam." omel bibi Jiwon
"Bukan aku bi yang mau minum" sahut Hanna dari tempat duduknya. Rupanya ia mendengar ucapan bibi Jiwon. Mingyu kembali duduk di hadapan Hanna yang menatapnya dengan penuh curiga.
Mingyu menatap balik pada Hanna, reaksinya seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Aku heran, kenapa kau selalu naik taksi kemana-mana. Bukannya kakekmu kaya? Harusnya ia memberikanmu sebuah mobil"
Hanna tidak menjawab, ia hanya memainkan ponselnya yang entah apa ada di dalamnya.
Tidak membutuhkan waktu lama sup mereka datang dan benar saja baunya menggunggah selera, Hanna segera mengambil sendoknya.
"Kenapa kau memintaku datang kemari??" tanya Hanna alih-alih menjawab pertanyaan Mingyu ia bertanya to the point.
Mingyu buru-buru menyeruput kuah Galbitangnya. "Wah, aku hanya ingin kau tidak melewatkan makanmu, Ibu Dokter. Bisa-bisanya kau berprasangka buruk kepadaku hahahaha" Mingyu tertawa renyah sementara Hanna terus menatapnya tajam.
"Baiklah aku akan jujur, aku butuh bantuanmu"
"Tidak mau!"
"Hei aku bahkan belum mulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOUSE OF 13TH
Teen Fiction[ PRIVATE ] Apa jadinya bila 13 gadis dengan kepribadian berbeda-beda tinggal dalam satu rumah ? Menemukan jati diri yang sebenarnya,mendapatkan pelajaran dan arti kehidupan, serta belajar untuk saling menyanyangi serta merawat satu sama lain. Namu...