8. Kerja jadi Makin kangen

4.2K 162 5
                                    

Kerja jadi makin kangen

Seminggu setelah acara resepsi, Aldiantara langsung terbang menerbangkan burung besinya. Meninggalkan istrinya yang masih berada di rumah orang tuanya.

Sebenarnya dia masih belum bisa meninggalkan istrinya karena dia masih ingin menikmati romansa pacaran setelah menikah. Tapi inilah pekerjaannya, dia mempunyai tanggung jawab mengantar penumpangnya menuju kota tujuan. Tidak bisa ditinggalkan karena sudah terikat oleh kontrak.

Begitu burung besi yang di kendarai Aldiantara mendarat di Bandara dan memarkirkannya. Pria yang sebagai pilot itu langsung keluar kokpit.

"Kenapa capt, dari tadi tuh muka nggak ada senyumnya?" tanya Devan.

"Lagi kepikiran istri, baru saja resepsi sudah ditinggal."

"Sabar capt, nanti kan bisa telepon temu kangen. Lagian juga nggak kapten saja yang lagi galau, aku juga lagi galau," ucap Devan sambil memasang wajah masam.

Al tertawa renyah. "Kamu sih selalu galau, jadi nggak heran."

"Kapten Al..."

Aldiantara menyapu pandangan, dia melihat sosok pramugari berseragam biru, tanpa pikir panjang pramugari tersebut langsung menghampirinya. Saat tangan pramugari tersebut ingin memeluknya, dia langsung menghindar.

"Capt, nanti makan malam bareng yuk," ajak pramugari itu.

"Maaf. Saya nggak bisa," ucap Al.

"Kenapa capt? nanti semua anak kabin crew juga ikut. Mas Devan juga ikut kan?"tanya Sisil.

"Ya...dari pada makan sendiri, " ucap Devan.

"Tuh mas Devan saja ikut, masak Captain nggak ikut," ucap Sisil.

"Nggak bisa, saya capek. Butuh istirahat."

Dia berlalu meninggalkan mereka berdua menuju kantor untuk laporan.

"Mas Devan, bujuk capt Al ya agar makan malam bersama."

"Nanti aku coba."

Devan pun berlalu meninggalkan Sisil dan menarik kopernya.

Rest periode dimana sudah diatur dari pihak CASR untuk keperluan total rest sebelum dinas terbang kembali demi keselamatan dan keamanan penerbangan. Seperti halnya yang dilakukan Aldiantara serta kru lainnya.

Mereka menikmati waktu istirahatnya dengan berbagai macam kegiatan sesuai dengan keperluan mereka masing - masing. Ada yang sekedar di hotel untuk istirahat atau berjalan- jalan atau menikmati gemerlapnya kota.

Seperti halnya dengan Aldiantara, diia memilih untuk istirahat di kamarnya setelah beradu argumen dengan sahabatnya Devan yang ingin ngotot mengajaknya ikut makan - makan dengan para crew yang lainnya.

Suara ketukan pintu dari kamar hotelnya menghentikan kegiatannya. Saat pintu dibukaan oleh Al, seorang wanita cantik berada di ambang pintu.

"Kapten Al.."

"Iya, ada apa?" tanya Al tanpa basa - basi.

"Cuma memastikan kapten soalnya tadi kata mas Devan, kapten lagi nggak enak badan jadi aku bawain jahe hangat."

"Saya nggak apa - apa, dan terima kasih. Sudah malam lebih baik kamu istirahat, saya juga ingin istirahat."

Al mencoba mengusir wanita itu secara halus.

"Sebentar Kapten, aku...."

Sisil mencoba menahan pintu agar tetap terbuka dengan mengunakan tangannya.

"Saya ingin istirahat."

Sisil  menatap pintu yang sudah tertutup rapat itu dengan sedih. Seakan Aldiantara tengah membangun tembok tinggi diantara mereka.

Aldinatara langsung meletakkan secangkir jahe hangat yang di bawa Sisil tadi. Dia langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang dan menghembuskan napas panjang.

Malam ini sungguh Aldiantara capek luar biasa, dia butuh istrinya di sampingnya sekarang. Matanya yang agak sayu langsung mencari ponselnya, dan langsung mencari kontak nama istrinya.

"Albi!' ucap Aeri di seberang saat ini dia berada di ruang tamu rumahnya.

"Hai, sayang. Kamu sudah balik ke - Jakarta?" tanya Aldiantara.

"Iya, saat Albi langsung terbang, aku juga langsung balik ke Jakarta. Albi, kamu baik- baik saja kan?"  tanya Aeri penuh kekhawatiran karena melihat wajah suaminya yang sarat akan kelelahan.

Aldiantara  tersenyum manis berbaring miring mengeratkan selimutnya. Perasaanya sangat bahagia melihat wajah istrinya yang sepertinya mengkhawatirkannya.

"Aku baik- baik saja. Kamu sudah makan?"

"Jangan bohong, Albi istirahat saja sepertinya capek banget."

Aldiantara langsung menggelengkan kepalanya, tanda dia tak setuju.

"Aku kangen sama kamu, Bi."

"Albi, kamu lagi sakit."

"Nggak, Bi. Cuma nggak enak badan, nggak tahu kenapa merasa capek aja."

"Tuh kan kamu sakit, yang mana yang sakit? Sudah minum obat, sudah periksa ke dokter?" tanya Aeri bertubi - tubi. Aldiantara tidak menjawab, dia hanya melihat wajah istrinya sanbil tersenyum tipis.

"Albi, kamu kok diem aja sih." tambah Aeri.
"Soalnya kamu belum jawab pertanyaanku."

"Pertanyaan yang mana? soal makan? aku sudah makan . Nggak usah mandang aku kayak gitu, mendingan sekarang Albi istirahat. Besok kan harus flight lagi. Aku tutup ya."

"Jangan Bi, aku itu lagi memandang kamu dan sakit aku sudah berkurang 100%."

"Mana ada?"

"Ada Bi, Saat kita memandang wajah sang istri, dosa berguguran. Apa lagi kalau kamu balas mandang dengan senyuman, dosa langsung berguguran lagi."

Aeri langsung tersenyum untuk sang suami yang dengan gigihnya mengais rezeki demi keluarganya.

"Kamu jangan ninggalin aku ya, dengan pekerjaan yang aku seperti gini. Aku nggak bisa selalu berada di sampingmu. Kamu harus banyak bersabar dengan pekerjaan aku yang kayak kini."

"Albi ngomong apa sih, aku nggak akan ninggalin. Aku seneng kok sama pekerjaan albi."

"Makasih, sayang. Sekarang aku sudah nggak capek lagi lihat kamu. Aku kangen sama kamu, pengen dipeluk, dicium," ujar Al yang dibuat nada manja.

"Manja!"

"Manjanya cuma sama istri sendiri, nggak apa-apa."

Malam ini Aldiantara ingin bermanja-manja dengan istrinya meskipun lewat ponsel, jadwalnya kali ini memang sungguh menguras tenaga. Dia harus terbang enam leg sekaligus dalam sehari. Jadwal terbangnya kali ini memang bertambah menjadi 1.050 jam dalam setahun. Aldiantara harus rela meninggalkan istrinya demi tugasnya sebagai pilot.

"Al, kapan pulang?' tanya Aeri.
"Ciyeee kangen."

"Ngomong apa sih?"

"Cieeeee salting, pipinya merah."

"Al....aku tutup nih telponnya."

"Jangan....Jangan....jangan kalau kamu tutup nanti aku nggak bisa tidur nyenyak. Soalnya kepikiran kamu terus."

'"Bisa aja pak pilot."

"Bi," panggil Aldiantara.

"Apa?"

"Kamu tahu nggak perbedaannya kamu sama pesawat?" tanya Aldiantara.

"Ya tahu lah, kalau aku itu mahkluk tapi kalau pesawat itu benda mati."

"Bi, aku itu mau gombal loh. Bilang nggak tahu gitu." Cemberut Aldiantara.

Albi ( My pilot )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang