7. Wedding Dream

4.4K 174 6
                                        

Hari yang ditunggu oleh Aldiantara dan Aeri selama ini akhirnya tiba. Keduanya akan ditemukan di kediaman Aeri sebagai tempat digelarnya acara resepsi yang akan dilaksanakan pukul sepuluh pagi nanti.

Persiapan acara akad sekaligus resepsi  disiapkan dengan matang.  Seluruh kerabat yang jauh maupun dekat akan datang. Dibalut dengan nuansa adat Jawa yang sangat kental, terlihat sangat indah dekorasi sang pengantin.

Beberapa bangku juga disiapkan untuk para tamu undangan yang hadir. Aeri sudah siap dengan riasan yang syarat akan adat Jawa tinggal menunggu suaminya dan rombongan. Aeri tersenyum tipis saat kakaknya datang.

Aeri berdiri sambil beristigfar agar dilancarkannya acara yang bersejarah ini. Rombongan Aldiantara sudah berdiri di depan dengan gagahnya. Semua dari kalangan teman - teman seprofesinya ikut mengantar.

Seperti layaknya pernikahan pada umumnya, pihak pria membawa seserahan seperti kue, buah dan jangan lupakan tradisi adat dari pihak wanita. Pihak laki-laki juga membawa seserahan selain kue dan buah juga ada padi dan palawija, lemari, meja kursi alat memasak itu sudah wajib (sandang , pangan dan papan) dan Aldiantara juga berinisiatif untuk memberikan sebuah mobil Ferari berwarna merah.

...

"Sah!"

Suara syukur menggema di sana. Aldiantara menghembuskan napas lega, semuanya berjalan dengan yang dia harapkan. Dia benar - benar tidak menyangka statusnya sekarang adalah menjadi suami Aeri, gadis mungil yang selalu mencuri perhatiannya sejak pertama kali melihatnya.

"Jangan pernah mengecewakan anakku dan selalu jaga dia."

"Insyaallah, saya tidak akan pernah mengecewakan Aeri dan selalu menjaga Aeri."
Ardi tersenyum "Jemputlah dia, nak!"

Perkataan Ardi membuat jantung Aldiantara berdebar - debar. Ini saatnya dia bertemu dengan kekasih halalnya. Sementara itu, Aeri menajamkan pendengarannya namanya jelas terdengar di sana. Entahlah, kata apa yang cocok disematkan untuknya saat ini. Bahagia, terharu, sedih, kaget, bingung, marah, malu, tidak menyangka bercampur menjadi satu.

Dalam satu kedipan, air matanya turun ketika Aldiantara menjemputnya. Aeri mencium punggung tangan Aldiantara sebagai bentuk penghormatan sang istri kepada sang suami. Sedangkan Aldiantara menyentuh ubun-ubun Aeri dan membacakan doa di sana.

Aeri memejamkan matanya sambil mengamini doanya. Setelah selesai Aldiantara kembali memandang wajahnya membuat sang hati wanita berdebar dengan kencang, keringat dingin bercucuran. Selama Aldiantara memanjatkan doa, Aeri menahan napasnya.

Dia memejamkan matanya kembali saat Aldiantara mencium kening Aeri.

"Bernapas Bi," ucap Aldiantara lirih, akhirnya Aeri mampu bernapas dengan normal kembali.

"Ini beneran sah?" Kalimat tersebut terlontar dari bibir mungilnya.

"Bi, dulu yang pasangin cincin kamu sendiri. Sekarang sudah bisa aku yang pasangin," ucap Aldiantara, dia pun melepaskan cincin yang terpasang di jari manis sebelah kiri dan memindahkannya di jari manis sebelah kanan.

Saat memegang tangan Aeri, Aldiantara mampu merasakan bahwa tangan Aeri sangat dingin dan berkeringat jangan lupakan tangannya yang masih bergetar.

Aeri mencoba menatap sosok di hadapannya, sosok pria yang selama ini dia harapkan ada di hidupnya.

Acara mereka lanjutkan dengan acara resepsi. Banyak pasang mata yang menatap pasangan ini, karena ini pernikahan yang paling megah yang pernah diadakan di daerah kelahiran Aeri.

Suara pujian terdengar di sana, tak lupa banyak yang mengabadikan momen kebahagiaan mereka. Aeri sudah berdiri di depan bersama kedua orang tuanya sedangkan Aldiantara juga sudah berdiri di hadapannya bersama ayah dan tantenya.

Prosesi demi prosesi adat Jawa sudah mereka lalui dari mulai acara menabur beras kuning sampai acara sungkeman yang penuh dengan linangan air mata. Nasihat pernikahan atau walimahan juga sudah selesai.

Aldiantara dan Aeri duduk di pelaminan untuk bersalaman dengan para tamu undangan. Mereka juga berfoto bersama keluarga inti, keluarga dari Aeri, keluarga dari Aldiantara dan kerabat Aeri serta teman - temannya. Aeri terlihat kelelahan apalagi orang - orang berjejer panjang bersalaman dan memberi ucapan selamat serta berfoto sungguh luar biasa banyaknya.

"Duduk dulu, Bi kalau lelah."

"Tamu masih banyak, Al."

"Wah Ri, aku nggak menyangka kamu nikah sama pilot ganteng sudah nggak menjabat presiden jomblo. Selamat ya, semoga kehidupan barumu ini, kamu sudah nggak kayak anak kecil lagi malu sama umur," ucap Suci.

"Terima kasih ya doanya."

"Sekali lagi selamat ya Ri, semoga Aldiantara menjadi imam yang terbaik buat kamu," ujar Hanan dan Aeri mengamininya sambil mengangguk.

"Ciye sudah jadi istri pilot, sudah siap diterbangkan nih. Samawa ya Ri, jangan suka halu lagi sudah punya pak pilot," ujar Siska sambil memeluk Aeri.

Tamu yang hadir silih berganti naik ke pelaminan memberi ucapan selamat. Hiburan - hiburan dari artis dan keluarga dekat masih menemani acara resepsi tersebut untuk memeriahkan. Acara tersebut selesai saat sore tengah menyapa. Aeri tengah beristirahat di kamarnya sedangkan Aldiantara masih bercengkerama dengan teman - temannya.

Acara resepsi dilanjutkan di malam hari. Aeri dengan balutan gaun berwarna putih dan Aldiantara dengan setelan jas senada dengannya. Malam hari banyak undangan dari kerabat orang tua dari mempelai wanita, kemeriahan dan kebahagiaan juga masih menyelimuti acara pernikahan mereka hingga para teman -teman yang ikut hadir menyanyikan lagu - lagu senandung romantis hingga membuat para undangan yang hadir lainnya terbawa suasana.

Acara selesai pukul sebelas malam, semua sudah berganti baju. Aeri dan Aldiantara sedang bercengkerama dengan kerabat Aeri.

"Bulan madu rencana ke mana?"

"Kita sudah berencana bulan madu ke Korea, "  jawab Aeri.

"Selain ke Korea kemana lagi? Aldiantara kan punya banyak duit."

"Maunya sih ke Jepang lihat bunga sakura, " ucap Aldiantara.

"Zahra, sini sama om."

Aldiantara terlihat sudah akrab dengan keponakannya. Zahra langsung mencium pipi omnya itu dan duduk di pangkuan Aldiantara.

"Sudah cocok nih jadi orang tua cepat punya anak jangan menunda-nunda."

Aeri hanya tersenyum kikuk sambil meremas tangan Aldiantara, sementara Aldiantara hanya mengangguk membalas ucapan bibinya.

Albi ( My pilot )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang