Hal 5

65 9 0
                                    

Cerita ini mengandung muatan 18+. Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan konten tersebut. Dianjurkan untuk tidak membacanya.
.
.
.

Tokekir id

"Apa yang terjadi?" Tanya Yi Feng dingin setelah dirinya sampai di tempat empat dayang itu.

Empat dayang yang menyadari, membungkuk memberi hormat lalu berdiri setelah Yi Feng menerima. Empat dayang itu saling berbisik, melempar kepada siapa untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Katakan saja." Ujar Yi Feng tenang.

.
.
.

"Yang Mulia, nona Wei tidak keluar dari kediamannya sejak semalam. Bahkan tak satupun orang yang boleh masuk. Sarapan paginya  juga masih utuh." Salah seorang wanita dengan wajah kacau menjelaskan.

Belum sempat Yi Feng menjawab, pelayan lainnya juga menimpali. "Yang Mulia, bahkan kami semua akan dihukum karena dianggap menganggu nona Wei."

"Na Na juga belum kembali sejak diperintah Nona Wei semalam untuk mencari pakaian yang diinginkannya."

Yi Feng menatap tajam. "Apa maksudnya pakaian, bukankah dia sudah mendapatkan pakaian dilemarinya?"

"Nona Wei mengatakan bahwa tidak ada pakaian yang cocok untuk dirinya."

Yi Feng mendengus kasar, Yi Feng mengumpat. Apa dia benar-benar tidak punya otak membuat keributan hanya dengan masalah seperti ini. Dengan berbagai hal di pikirannya, ia beralih menuju depan pintu kediaman Yuwen.

Tangannya mengulur dan mengetuk pintu beberapa kali. "Yuwen!" Teriaknya.

Hening

Tak ada sahutan sama sekali, semuanya hening. Yi Feng menguap kesal. Sekali lagi ia memanggil Wei Yuwen.

"Ada apa kau mencariku?" Suara itu terdengar dari belakang mereka. Yi Feng berbalik melihatkan Wei Yuwen yang tengah berada di luar paviliun sedang berjalan menuju dirinya.

Saat Wei Yuwen tiba di depan mereka. Tanpa menunggu para pelayan paviliunnya menunduk memberi hormat. Mereka merasa bingung kenapa nonanya sendiri bisa berada di luar. Sementara dari pengetahuan mereka, seingatnya Wei Yuwen terus berada di dalam ruangan. Bahkan saat mereka terjaga sekalipun.

"Apa kalian pikir aku berada di paviliun, kalian benar-benar bodoh!" Wei Yuwen tertawa sinis pada pelayan, lalu beralih menatap Yi Feng yang kini tengah memandangnya dengan berpunggung tangan. "Kau juga!"

"Aku tidak ingin kalian mengangguku, tapi kalian justru terus berteriak." Sambungnya lagi.

"Ampun Yang Mulia, kami hanya khawatir. " bela satu pelayan.

Yi Feng mendengus sinis. Dia tahu betul sifat Wei Yuwen dan dia tahu betul apa alasannya untuk bersikap seperti ini. Karena Wei Yuwen sama sekali tidak punya otak. Namun bahkan ia mengerti akan hal itu sebelum mengenalnya lebih jauh. Ia sudah mengetahui wanita yang sombong dan terus memandang rendah siapapun yang berada di dekatnya ini tidak punya otak.

"Apa tidak ada pekerjaan lain selain ini?" Yi Feng tertawa geli.

Yi Feng mengamati Wei Yuwen dengan teliti, di ulurkan tangannya, mencoba meraih bahu Yuwen. Tapi sebelum tangan itu mampu menyentuh Yuwen. Wanita itu menempis. Yi Feng yang menjadi korban, tertawa terbahak-bahak. "Kau..kau, katanya tidak ada pakaian yang cocok dengan mu, tapi apa ini. Bukankah pakaian ini...?"

"Terpaksa!"

Yi Feng terawa geli. "Kau imut sekali..kau harusnya hati hati dengan pakaian itu."

Wei Yuwen menatap Yi Feng lama, setelahnya ia terdiam ia berujar dengan kilatan tajam di matanya. "Aku sempat termakan oleh omong kosongmu waktu itu, namun kali ini kau beruntung karena aku akan diam."

Yuwen berujar lalu beranjak meninggalkan orang orang yang masih di tempat. Dia tak habis pikir, dimana letak bagusnya Yi Feng ini? Dia bahkan dengan beraninya membalas. Logika mana yang sebenarnya di gunakan Yi Feng ini?   Namun, ada hal lain yang membuatnya memilih beranjak, lehernya tiba-tiba terasa sangat sakit.

Disisi lain, Yi Feng menatap penuh kebencian. Dia melihat Yuwen tak lebih layaknya gadis kecil manja yang bahkan tidak punya otak. Tapi sikapnya benar-benar sombong.

"Aku tidak tahu, nona Wei. Tapi otakmu itu ditaruh mana sampai kau bodoh sekali!" Ujar Yi Feng.

_o0o_

Wei Yuwen memincingkan mata. Sedikit terganggu oleh besarnya perhatian dayang yang ditujunkan padanya. Ia bahkan harus membentak agar dayang dayang itu meninggalkannya seorang diri. Dan sekarang, seolah belum cukup, para dayang itu membantu menyuapinya saat dirinya tidak ingin makan.

Semenjak kejadian lalu, para pelayan paviliunnya terus menganggunya tanpa henti. Sementara salah seorang dayang berjalan mendekat. Dayang paling muda dan berpakain paling beda diantara pelayan lainnya.

"Siapa namamu?" Pertanyaan itu dilontarkan dengan nada dingin hingga membuat dayang itu tersentak lalu bersujud.

"Hamba Na Na, tuan puteri." Jawab dayang muda itu, saking dinginnya tubuhnya bergetar.

"Jadi, kau pelayan yang kusuruh mencari pakian, mana pakaian itu?" Wei Yuwen memutar kedua bola matanya lalu mengibaskan tangan, meminta empat orang dayang lain pergi dari kamarnya.

"Bagus," pekiknya. "Mana pakaian itu!?"

"Tidak ada, Hamba tidak berani, tuan putri. Hamba tidak berani."

Wei Yuwen menghela napas keras. Dia kesal karena Na Na terus saja bersujud selain itu pakaian yang ia inginkan juga tidak dipenuhinya. "Bangun! Jangan membuatku semakin kesal." Tukasnya, dingin. Ia berdiri dalam satu gerakan cepat.

Na Na membeku ditempat. Rasa takut dan cemas menyatu dalam dirinya. Dengan gerakan pelan Wei Yuwen menepuk-nepuk hanfu yang berwarna merah muda itu. Ia menatap lekat Na Na. "Jangan terus meminta ampun padaku, kau membuat telingaku sakit dan--,"

"Rupanya kau ada disini."

Suara yang menggema di ruangan, mengalihkan Wei Yuwen. Ia memindai pandangannya kesegala arah. Tiba-tiba, suasana berubah mencengkam. Bayangan hitam itu memasuki kediaman Wei Yuwen, lalu saat Wei Yuwen menangkap bayangan itu dengan matanya, segera saja bayangan hitam itu menghilang. Meninggalkan kondisi ruangan mencengkam, penuh dengan ketakutan.

Arrggh!

Wei Yuwen beralih, menatap Na Na yang tiba-tiba berteriak. Hal yang membuatnya semakin panik selain bayangan itu adalah tubuh Na Na yang tiba tiba kejang-kejang dan tubuhnya yang berubah memucat.

Wei Yuwen menatap tidak percaya, ketika Na Na berteriak kesakitan. Namun, hal lain dari itu adalah sikap Na Na yang tak sengaja menggambarkan ingatan dirinya pada malam itu. Ketika seorang pria berjubah mencoba mencengkram lehernya dan kini terjadi pada Na Na.

"Na Na?" Desisnya, ia dengan cepat meraih tubuh Na Na, mencoba melepaskan kepanikan akan dirinya. Tapi, apa yang terjadi tubuhnya justru terpental membentur dinding dengan sangat keras. Bahkan jika dibayangkan seperti batu besar yang terlempar jauh menghantam benda lain dan mengakibatkan benturan keras.

Wei Yuwen menggerang kesakitan. Rasanya sepeti tulang tulangnya remuk. Ia memijat keningnya sesaat lalu menggusar kepalanya untuk menghilangkan rasa sakit.

Wei Yuwen dengan tenaganya yang sudah terkuras, dan tubuhnya yang makin melemas. Ia mencoba berdiri, lalu memandang Na Na takut. "Siapapun... Tolong!"

.
.
.
[Versi REMIX]
Howling Moon

➡♻⬅

-Legend of Zhu Chi, Mu-

Howling Moon, legend of zhu ciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang