Hal 8

32 6 0
                                    

Cerita ini mengandung muatan 18+. Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan konten tersebut. Dianjurkan untuk tidak membacanya.
.
.
.
Tokekir id

Rombongan Li Mei menatap satu sama lain, tak percaya juga dengan apa yang barusan terjadi. Kini ia mengerti bahwa wanita yang didepannya ini bukanlah orang biasa. Puteri Li Mei yang sama sama terkenal dengan kasar juga kalah telak dengannya.

Sementara pelayan istana yang bersama dengan rombongan Li Mei dengan gerakan cepat  bersujud di depan Wei Yuwen. "Mohon ampuni, puteri Li Mei."

Dalam tempat itu, rombongan dan Puteri Li Mei menatap tak percaya pada pelayan istana yang tiba tiba memohon ampun. Sekuat apakah wanita yang didepannya sampai pelayan istana ini memohon untuk mengampuni kesalahannya. Pikir mereka.

.
.
.

Puteri Li Mei yang melihat itu merasa sedikit terhina. Dia merasa kehadirannya tidak mengguncangkan ketakutan mereka.

Puteri Li Mei menyalurkan amarahnya, tangannya mengulur mencoba meraih Wei Yuwen, tapi sebelum tangan itu mampu menyentuh Wei Yuwen. Wanita itu segera menempis dengan keras.

"Berani sekali kau!" Bentak puteri Li Mei.

Wei Yuwen tertawa. Terdengar sangat renyah tapi begitu menakutkan. "Baguslah, jika kau merasa aku terlalu berani padamu." Ujar Wei Yuwen sambil menepuk Puteri Li Mei lembut. Kemudian setelahnya berlalu dari pandangan Li Mei. Membiarkan pelayan istana yang masih bersujud, dan ia justru memilih pergi begitu saja.

Puteri Li Mei membelalakkan matanya saat melihat kearah Wei Yuwen yang berjalan berlalu meninggalkannya. Ia merasa diabaikan, kehadirannya sama sekali tidak diperdulikan.

"Nona Wei, apa kau pikir setelah bersikap seperti ini kau merasa paling kuat?!" Puteri Li Mei tertawa sinis.

Wei Yuwen menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menuju tempat Li Mei. Melihat wajah kesal puteri Li Mei, dia bisa menyimpulkan bahwa puteri Li Mei adalah orang yang keras kepala. Sudut bibir Wei Yuwen berkedut pelan. Sepertinya ia kurang kejam memperingati Puteri Li Mei tadi.

Wei Yuwen menghela napas pelan. Ia mengambil alih suasana yang semulanya dikuasi oleh puteri Li Mei. Dia mencengkram dagu puteri Li Mei itu. Satu alisnya diangkat tinggi, lalu mengarahkan perhatiannya kepada pelayan yang kini tengah bersujud. "Apakah ini wanita yang kau bela?". Desisnya, kepalanya dimiringkan ke satu sisi. "Sebaiknya kau enyah saja." Bisiknya ditelinga puteri Li Mei sembari melepas tangannya dengan kasar.

Wei Yuwen tersenyum puas. Ia melanjutkan aksinya dengan menatap tajam kepada puteri Li Mei.

Puteri Li Mei membelalak kaget saat melihat tatapan tajam itu yang terlihat mengerikan. Ia terlalu kaget sampai mundur satu langkah, tak mampu mempertahankan harga dirinya lagi.

"Ampun, Tuan. Maafkan hamba dan Puteri Li Mei karena lancang." Ucap gugup salah satu rombongannya yang kini bersujud.

Sementara puteri Li Mei menatap Wei Yuwen penuh ketakutan. Mata Wei Yuwen yang awalnya terlihat biasa kini berubah seperti kilatan tajam, membuat puteri Li Mei semakin gemetar. Kakinya seperti rapuh dan akhirnya dia terduduk.

"Apa yang kau lakukan!?" Tanya Li Yi Feng. Suaranya begitu dingin. Dia tiba tiba muncul di tempat, sampai Wei Yuwen pun tak tahu akan kedatangannya.

"Ah! Kau Yi Feng, aku hanya memberinya sedikit pengajaran. " ucapnya tenang.

Yi Feng beralih menatap Na Na yang berada dibelakang Wei Yuwen, yang anehnya dia hanya menatap dalam diam. "Na Na, apa yang sebenarnya terjadi?"

Wei Yuwen  menatap tajam Yi Feng. Ia merasa sedikit terhina oleh hal itu, seolah Yi Feng tidak percaya akan perkataannyanya. "Apa kau tidak percaya padaku? Ah!"

"Bukankah seharusnya, Nona Wei tidak bersikap seperti itu. Sampai-sampai seorang puteri Xi Fang dibuat berlutut." Sambar selir Shen Xia tenang. Dia tiba tiba muncul di belakang Yi Feng.

Wei Yuwen bisa menangkap nada kesal yang terselip dalam suara lembut selir Shen Xia. "Oh? Kalau begitu kau menganggap diriku tidak sopan juga." Nada dingin dan tidak bersahabat dari Wei Yuwen membuat puteri Li Mei terkejut sekaligus sadar.

Li Yi Feng yang melihat, ia hanya bisa menggelangkan kepalanya. Lalu, perhatiannya mengarahkan kepada puteri Li Mei dengan posisinya. "Berdirilah puteri Li Mei."

Puteri Li Mei menatap sekilas kearah Wei Yuwen, lalu dengan secepat menatap Li Yi Feng dan mengangguk pelan.

Wei Yuwen yang menyaksikan dengan sendiri pun menaikan satu sudut bibirnya pelan. "Yi Feng.. sekarang kau berani juga." Ujarnya dengan tenang, namun wajahnya tetap dingin. Lalu, ia beralih menatap selir Shen Xia. "Bukankah kau selir Shen Xia? Yang waktu itu adalah penyebab diriku marah?!"

Selir Shen Xia tersentak kaget. Ia tidak bisa membalas. Lidahnya mendadak kelu. Wei Yuwen yang sekarang berdiri didepannya saat ini pun membuat bulu kudunya berdiri, ngeri.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan!" Seru Li Yi Feng. Ia menunjuk kearah Wei Yuwen.

Wei Yuwen kesal karena ditunjuk tepat didepan wajahnya. Dia mendengus kesal dan berkata, "Apa yang harus dijelaskan, wanita yang kau anggap bak dewi itu adalah penyebab diriku marah waktu itu!?"

Setelah perkataan itu, bukan hanya Yi Feng yang kaget, bahkan puteri Li Mei dan selir Shen Xia yang menjadi penyebab kemarahannya pun ikut kaget.

"Kau, bukankah sebaiknya kau ikut menjelaskan!?" Sergah Wei Yuwen menunjuk selir Shen Xia.

"Dia menatapku tanpa dosa waktu itu, bahkan tanpa berkedip sekalipun. Apa aku tidak punya perasaan untuk itu!" Lanjutnya kemudian.

Beberapa orang tersentak kaget dan menatap selir Shen Xia tidak percaya. Dalam sebuah kehormatan, sikap selir Shen Xia yang tidak sopan juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepadanya. Namun, Wei Yuwen yang menjelaskan itu semua justru merasa bahwa selir Shen Xia tidaklah berbuat salah.

"Kau marah hanya untuk--,"

"Bukan hanya! namun aku merasa terhina ditatap seperti itu. " Wei Yuwen memotong ucapan Li Yi Feng cepat. Dia menatap sinis sang Putra Mahkota. "Bukankah aku punya Hak, untuk memberikan peringatan akan pandangan selir Shen Xia," desisinya. Ia berbalik menatap selir Shen Xia yang kini bergetar ketakutan.

"Seharusnya dia meminta maaf, namun..apa ini. Cih!" Lanjut Wei Yuwen.

"Kau seharusnya berpikir dewasa." Ujar Yi Feng. Ia menarik pergelangan Wei Yuwen, memaksa wanita itu untuk menatapnya. "Sebaiknya kau belajar tentang hukum."

Wei Yuwen tersenyum tipis. Ia menempis genggaman tangan Li Yi Feng pada pergelangan tangan kanannya. "Bukankah kau seharusnya mengajarkan itu pada selir Shen Xia."

Yi Feng terdiam. Ia sama sekali tidak bisa berbuat selain diam. Ia jadi teringat akan perkataan Wei Yuwen. Bahwa diam adalah cara yang tepat ketika kau tidak ingin menambah masalah. Ia juga merasa bersalah karena terua terang saja. Ia sebenarnya kecewa kepada selir Shen Xia, namun ia juga tak bisa mengambil suara begitu saja.

Sementara Yi Feng tengah melamun, Wei Yuwen tersenyum sinis sebelum meninggalkan mereka bersama Na Na. Semua masalah, semua emosi pasti ada titik penyebabnya. Dan itulah yang menjadi pengorbanan Wei Yuwen membela dirinya.
.
.
.
[Versi REMIX]
Howling Moon

➡♻⬅

-Legend of Zhu Chi, Mu-





Howling Moon, legend of zhu ciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang