[11] - Puisi

42 6 2
                                    

"Mama, May pulang!" Seru Mayra seperti biasa

"Mama belum pulang" teriak Marsya dari atas kamarnya

"... syantik bagai bidadari, bidadari dihatimuu..."

"Eh nyett, ngapain sih lo nyanyi lagu gituan?" Teriak Mayra ketika mendengar suara keras yang mengacaukan moodnya itu

"Lagi karaokean, udah jangan ganggu aku. Nah kan rusak nih rekamanku" balas seseorang dari atas yang sudah pasti adalah adiknya

"Dasar adek bego, micin sih" gumam May sendiri

---

"Yawlah, ini udah tanggal 25 ya? Lah, classmeet nya kan tanggal 1,waktu gue mepet nih. Mesti cepet cepet bikin puisi nih" gumam Mayra lagi

Ia segera mengganti pakaiannya dengan kaos ungu bermotif dot dengan celana selutut berwarna abu abu dan rambut terurai yang menambah pesonanya.

"Eh, gue tanya Lio dulu deh, puisi dia tentang apa. Entar sama lagi...
Eh ya jangan, ga mungkinlah sama
Tapi mungkin aja sih, nanti kalau gue tentang sahabat dia juga tentang sahabat kan jelek. Tanya deh
Eh, ya gengsi lah, entar gue dikira plagiat.
Tapi kalau ga tanya ya gue ga tau lah
Masa bodo deh, gue bikin aja yang banyak
Eh tp besok ulangan fisika lagi, gue belum belajar. duh gimana ya?" Kata kata yang tidak terhenti itu keluar begitu saja dari bibirnya

"ah udah deh bikin. Apa ya?" gumamnya lagi

Ketika awan tak lagi biru
Ketika mawar tak lagi merah
Dan ketika hati tak lagi mencinta
Maka izinkanlah diri ini menjauh darimu

Sedetik kemudian
Aku menyadari, aku rindu
Kebersamaan dan warna yang kau berikan
Kecerahan dan kebahagiaan yang kau ukir dalam diriku

Namun sirna
Sedetik lagi
Aku ingat, semuanya
Kesakitan dan kepedihan yang kau tusukkan ke lubuk hatiku

~sedetik, Mayrany Claudya

"Puisi kek gini bisa gak ya?" gumam Mayra

"Masa bodo deh, penting gue bikin" lanjutnya lagi

Warna warni yang menyenangkan
Menarik dan indah
Tak peduli berapa insan yang membencimu
Dan berapapun yang menyukaimu

RaJuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang